BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan merupakan sarana yang
paling tepat. Pendidikan dalam hal ini adalah suatu system yang
berkesinambungan mengangkat nilai lebih untuk memproklamirkan lisensi mencerdaskan
kehidupan bangsa Indonesia.
Pada hakikatnya pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang
terhadap orang lain agar memiliki pengetahuan dan keterampilan. Proses
pendidikan selalu terjadi perubahan tingkah laku, bukan hanya perubahan dari
tidak tahu menjadi tahu tetapi lebih dari itu, perubahan yang diharapkan
meliputi seluruh aspek-aspek pendidikan seperti, aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala alam baik
yang menyangkut makhuk hidup, ataupun benda mati. Pada prinsipnya IPA diajarkan
untuk membekali siswa agar memiliki pengetahuan (pengetahuan berbagai cara),
dan keterampilan (cara mengerjakannya) yang dapat membantu siswa untuk memahami
gejala alam secara mendalam dan menyadari akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut UU Sisdiknas No. 20 Bab XII pasal 45 ayat (1) “Setiap
satuan pendidikan menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan
pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan
intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”. Sarana dan prasana
tersebut pada dasarnya adalah media atau yang biasa kita kenal sebagai alat
peraga yang digunakan sebagai perantara agar informasi atau bahan ajar tersebut
dapat diterima dan diserap dengan baik oleh para siswa.
Dikarenakan pemanfaatan alat peraga/media kurang digunakan secara
maksimal, maka pencapaian hasil belajar siswa belum berhasil. Maka itu dalam
pembelajaran IPA, guru perlu memanfaatkan alat peraga. Pendidikan manusia dapat
berdayaguna dan mandiri, karena dengan pendidikan manusia dapat berdayaguna dan
mandiri. Selain itu pula pendidikan sangat penting dalam pembangunan, maka
tidak salah pemerintah mengusahakan untuk meningkatkan mutu pendidikan baik
dari tingkat perguruan tinggi. Sekolah dasar sebagai jenjang tujuan memberikan
kemampuan dasar baca, tulis, hitung, pengetahuan keterampilan dasar lainnya.
Selain itu pula, di sekolah dasar banyak diperkenalkan dengan benda-benda
konkrit yang sering di jumpai di kehidupan sehari-hari yang didesain dalam
suatu mata pelajaran IPA adalah suatu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap
jenjang pendidikan dan merupakan bagian dari integral dari pendidikan nasional
dan tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan pengetahuan lain. IPA juga
merupakan ilmu dasar atau “basic since”, yang penerapannya sangat dibutuhkan
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapan metode pembelajaran dengan menggunakan alat peraga khususnya
mata pelajaran IPA didasari kenyataan pada pembelajaran IPA banyak materi
pesawat sederhana. Oleh sebab itu pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
sangat cepat untuk mempermudah membantu siswa memahami materinya. Hal ini pula
dapat membantu siswa dalam upaya meningkatkan prestasi dalam mata pembelajaran
IPA.
Kenyataan yang ada di lapangan, penggunaan alat peraga belum
dibudidayakan, dalam arti tidak semua guru menerapkan alat peraga dalam
mengajar. Hal ini disebabkan belum timbulnya kesadaran akan pentingnya
penggunaan alat peraga dalam kegiatan proses pembelajaran IPA.
Hasil kajian penelitian ketika melakukan observasi
di SDN 2 Rantau Selamat Kecamatan Rantau Selamat Kabupaten Aceh Timur diperoleh
informasi walaupun alat peraga sebagian sudah tersedia tetapi tidak semua guru
menggunakannya, sehingga prestasi belajar siswa tidak menunjukan hasil yang
memuaskan. Masih banyak hasil ulangan formatif hanya mencapai angka rata-rata
50,00.
Melihat kondisi di atas, maka diperlukan
keterampilan seorang guru untuk memanfaatkan alat peraga agar lebih
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan penulis, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tindakan
kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Konsep Pesawat Sederhana Melalui Pemanfaatan Alat Peraga Pada Siswa
Kelas V Semester II SDN 2 Rantau Selamat”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada
latar belakang masalah di atas, dapat dikemukakan rumusan masalah yang akan
dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: “Apakah
Pemanfaatan Alat Peraga Dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Pesawat
Sederhana Pada Siswa Kelas V Semester II SDN 2 Rantau Selamat?”.
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan
Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengkongkritkan pembelajaran dan dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran IPA sehingga pembelajaran lebih
bermakna bagi siswa.
2.
Tujuan
Khusus
a.
Mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA konsep
pesawat sederhana dengan pemanfaatan alat peraga.
b.
Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA dalam konsep pesawat sederhan sebelum dan setelah menggunakan
alat peraga
c.
Mengetahui respon siswa dalam pembelajaran IPA
konsep pesawat sederhana berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
observer.
D.
Manfaat
Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a.
Mendapatkan teori-teri baru tentang peningkatan hasil
belajar IPA materi pesawat sederhana dengan pemanfaatan alat peraga.
b.
Penelitian ini merupakan dasar bagi penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat bagi:
a.
Bagi Siswa
Sebagai landasan untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi pesawat
sederhana dengan pemanfaatan alat peraga
b.
Bagi guru
Dapat dijadikan sebagai pedoman terutama guru mata pelajaran IPA
khususnya pada materi pesawat sederhana dengan pemanfaatan alat peraga.
c.
Bagi Penulis
Sebagai kegiatan pengembangan profesi pendidik untuk perolehan angka
kredit guna kenaikan pangkat dan golongan setingkat lebih tinggi.
d.
Bagi Sekolah
Dapat dijadikan kebijakan baru yang berhubungan dengan proses pembelajaran guna peningkatan mutu
pendidikan.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.
Landasan
Teori
1.
Hakikat
Pelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang
mempelajari tentang alam semesta di sekolah dasar, dengan menggunkan
metose-metode sains. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun
secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang
dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam
Wina-Putra, 1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala
alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secar tersusun secara teratur,
berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.
Berdasarkan pengertian di atas, tujuan pembelajaran IPA adalah untuk membelaki
siswa tentang:
·
Pengetahuan alam atau sains
·
Kemampuan mengindentifikasi, menganalisis, dan
menyusun alternative pemecahan masalah secara kritis berdasarkan
prinsip-prinsip sains
·
Kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu yang
didapat dari sekolah dengan kehidupan sehari-hari yang berkenaan dengan
pengetahuan alam
·
Kesadaran sikap mental yang kritis positif dan
keterampilan ilmiah terhadap lingkungan hidup
“Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi
antar peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku
ke arah yang lebih baik” (Mulyana, 2003:100). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
sebagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
yang sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
berupa fakta, konsep atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan dan proses sikap ilmiah. Sebagaimana dalam kurikulum
2006 (KTSP) tujuan mata pelajaran IPA diantaranya untuk mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat serta mengembangkan keterampilan proses
untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
IPA sebagai hasil kegiatan manusia
yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar
melalui penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan. Melalui pembelajaran
IPA, kerja ilmiah seperti melakukan pengamatan, memprediksi, dan keterampilan
IPA lainnya serta keterampilan berfikir dapat dilatih kepada peserta didik
dalam usaha memberi bekal pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
diperlukan untuk melanjutkan pendidikan maupun untuk dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan di sekelilingnya.
2.
Hakekat Alat Peraga
Alat peraga merupakan salah satu dari
media pendidikan adalah alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses
komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Hal ini sesuai dengan
pendapat Amir Hamzah (1981:11) bahwa “Media pendidikan adalah alat-alat yang
dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi lebih efektif”.
Sedangkan yang dimaksud alat peraga menurut Nasution (1985:100) “alat peraga
adalah alat pembantu dalam mengajar agar efektif”. Pendapat lain dari
pengertian alat peraga atau Audio-Visual Aids (AVA) adalah media yang
pengajarannya berhubungan dengan indera pendengaran, (Suhardi, 1978:11).
Sejalan dengan itu menurut Sumadi (1975:4) mengemukakan bahwa “Alat peraga atau
AVA adalah alat peraga yang memberikan pelajaran atau yang dapat diamati
melalui panca indera”.
Dari penjelasan di atas adalah media atau alat bantu mengajar
adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan,
dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemmpuan siswa sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Manfaat media/alat peraga dalam
pembelajaran adalah mempelancar proses interaksi antara guru dengan siswa,
dalam hal ini membantu siswa secara optimal. Menurut Kemp da Dayton (1985)
fungsi dari media/alat peraga yaitu sebagai berikut:
a.
Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
b.
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
c.
Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
d.
Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi
e.
Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
f.
Proses belajar dapat terjadi dimana saja
g.
Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun
terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan
h.
Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif dan
produktif
Adapun langkah-langkah pembelajaran IPA dengan
pemanfaatan alat peraga yang sederhana adalah sebagi berikut:
a.
Menganalisis karakteristik siswa (karakteristik umum
dan pengetahuan alam)
b.
Menetapkan tujuan pembelajaran (pengetahuan yang akan
diperoleh, sikap yang ingin ditanamkan, dan keterampilan yang ingin ditanamkan,
dan keterampilan yang ingin dikembangkan)
c.
Menyiapkan alat peraga yang sesuai dengan pembelajaran
(materi yang akan dipelajari)
d.
Mendemonstrasikan cara kerja alat peraga
e.
Membagikan LKS (dengan tujuan agar semua siswa
melakukan pengamatan demonstrasi yang dilakukan)
f.
Mempresentasikan hasil pengamatan (LKS)
g.
Membuat kesimpulan (mengenai cara kerja alat peraga
yang didemonstrasikan)
h.
Kegiatan pembelajaran diikuti dengan diskusi kelompok
dan Tanya jawab
Setiap media pembelajaran mempunyai kelemahan dan
kelebihan, menurut Edgar dale YD Fim dan F.Hokan (Ahmad Rohani, 1997:8)
kelebihan dalam penggunaan media/alat peraga sebagai berikut:
a.
Memberikan dasar pengalaman konkrit bagi pemikiran
dengan pengertian-pengertian abstrak
kepada siswa
b.
Mempertinggi/meningkatkan perhatian siswa ketika
belajar
c.
Memberikan realitas, sehingga mendorong adanya
selfacting
d.
Memberikan hasil belajar yang permanent
e.
Menambah perbendaharaan bahasa anak yang benar-benar
dipahami (tidak verbalistik)
f.
Memberikan pengalaman
Disamping ada kelebihan ada pula kelemahannya yaitu:
a.
Kurang efektif untuk mengajar siswa dengan jumlah yang
banyak
b.
Memerlukan fasilitas yang memadai
c.
Kebebasan yang diberikan kepada peserta didik tidak
selamanya dapat dimanfaatkan secara optimal
d.
Membutuhkan perhatian yang khusus bagi siswa karena
daya ingat siswa berbeda-beda
3.
Hasil Belajar
Hasil belajar berasal dari kata, “Hasil” dan
“Belajar”. Hasil berarti hal yang telah dicapai (Depdikbud, 1995:787).
Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, (Depdiknas,
1995:14). Jadi hasil belajar adalah penguasaan keterampilan atau pengetahuan
yang berkembang oleh mata pelajaran, lazimnya ditujukan oleh nilai atau angka
yang diberikan oleh guru. Hasil dalam penelitian yang dimaksud adalah nilai
yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA dalam bentuk nilai berupa angka
yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikannya.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada konsep
pesawat sederhana dengan pemanfaatan alat peraga, alat ukur atau teknik
penilaian yang digunakan salah satunya adalah penilaian unjuk kerja dan
penilaian tertulis. Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan
dengan mengamati kegiatan demontrasi yang dilakukan siswa sendiri. Teknik
penilaian unjuk kerja dapat menggunakan alat atau instrument seperti daftar sek
(check-list) atau skala penilaian (rating scale). Penilaian secara tertulis
dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes di mana soal dan
jawaban diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.
4.
Konsep Pesawat Sederhana
Konsep adalah suatu abstraksi suatu
kelompok benda atau stimulis yang memliki peranan karakteristik. Hasil dari
pengabstraksian tersebut kita beri label atau nama yang merupakan “nama
konsep”. Dengan demikian nama konsep tersebut akan memberikan nama konsep yang
satu dengan yang lain. Menurut Bruner, Goodnow dan Austin (1962) konsep diartikan sebagai abstraksi
kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat, kesamaan yang
dimaksud adalah adanya unsur-unsur yang sama baik dalam bantuk konkrit maupun
dalam bentuk yang abstrak.
Keterhubungan artinya adanya hubungan
antara berbagai benda atau sifat baik yang sifatnya konkrit maupun sifatnya
abstrak dan terjadinya hanya atas dasar pemikiran abstrak tertentu pula.
Contoh: manusia adalah konsep. Jenis kelamin laki-laki atau perempuan juga
konsep yang membedakan antara laki-laki dan perempuan adalah atribut-atribut
seperti bentuk, fisik, suara, alat kelamin dan sebagainya.
Untuk memudahkan pekerjaan
sehari-hari, kita memerlukan alat Bantu. Alat tersebut membuat pekerjaan
menjadi ringan. Alat ini dinamakan pesawat sederhana. Memotong kain dengan
gunting akan lebih mudah, daripada memotong kain dengan cara menyobek dengan
tangan. Begitu pula dengan menggunting kuku dan mencabut paku. Mencabut paku
akan lebih mudah jika menggunakan tang.
Gunting dan palu merupakan contoh
pesawat sederhana. Hanya dengan tenaga yang kecil, dapat melakukan suatu
pekerjaan dengan mudah. Pesawat sederhana ada 4 jenis, yitu pengungkit (tuas),
bidang miring, roda, dan katrol.Jenis dan ciri pesawat sederhana:
a.
Pengungkit (Tuas)
Pengungkit (tuas) adalah alat yang menggunakan sebuah tongkat
dengan titik tumpu yang dapat dipindah-pindahkan. Ciri-ciri pengungkit (tuas)
adalah
·
Memiliki tiga buah titik, yaitu titik tumpu,
titik kuasa, dan titik beban
·
Titik tumpu yaitu tempat untuk tumpuan kuasa dan
beban yang akan diangkat
·
Titik kuasa yaitu tempat dimana gaya digunakan untuk
mengangkat beban berada
·
Jarak antara titik tumpu dan titik beban disebut
lengan beban
·
Jarak anatara titik tumpu dan titik kuasa
disebut lengan kuasa
Alat-alat yang termasuk pengungkit antara lain:
gunting, gerobak dorong beroda satu, pemecah buah pinang, sekop, dan tang.
Pengungkit ada tiga jenis yaitu:
1).
Pengungkit jenis pertama, ciri-ciri pengungkit jenis
pertama adalah titik tumpu diantara titik beban dan titik kuasa, contohnya
gunting, pisau, tang, dan jungkat jungkit.
2).
Pengungkit jenis kedua, ciri-ciri pengungkit jenis
kedua adalah titik beban terletak di antara titik tumpu dan titik kuasa,
contohnya pembuka tutup botol, pemecah buah pinang, gerobak dorong beroda satu,
dan sebagainya.
3).
Pengungkit jenis ketiga, ciri-ciri pengungkit jenis
ketiga adalah titik kuasa terletak diantara titik tumpu dan titik beban,
contohnya sekop.
b.
Bidang Miring
Bidang miring adalah suatu alat bantu yang
permukaannya sengaja diletakkan miring sehingga gaya yang permukaannya menjadi
lebih kecil dan memudahkan kita mencapai tempat yang lebih tinggi, contoh
bidang miring adalah tangga, papan yang dimiringkan, dan jalan di pegunungan
yang dibuat berkelok-kelok termasuk bidang miring. Tujuan pembuatan jalan di
pegunungan dibuat seperti itu adalah untuk melandaikan bidang miring yang
dimiliki oleh gunung sepanjang jalan tersebut.
Contoh bidang miring lainnya adalah baji (kampak), dan
sekrup. Baji (kampak) adalah alat yang ujungnya tajam gunanya untuk memisahkan
(membelah) benda, sedangkan sekrup adalah bidang miring yang melingkar seperti
spiral, gunanya sekrup adalah untuk memudahkan menempel dua benda.
c.
Katrol
Katrol adalah
roda beralur yang berputar pada porosnya. Katrol digunakan karena dapat
mengubah arah gaya
serta mampu menarik atau mengangkat benda. Katrol biasanya digunakan bersama
dengan rantai atau tali. Katrol ada tiga jenis yaitu, katrol tetap, katrol
bebas atau katrol tunggal bergerak, dan katrol ganda atau blok katrol.
1).
Katrol tetap, katrol tetap adalah katrol yang posisinya
tidak berubah, beban diangkat dengan cara menarik tali yang tidak terikat beba.
Contohnya katrol tetap yang disimpan pada tiang bendera.
2).
Katrol bebas atau katrol tunggal bergerak, adalah
katrol yang posisinya selalu berubah, atau dengan kata lain dapat berpindah
tempat. Katrol ini salah satu ujung tali diikat pada tempat yang tetap dan
ujung yang lainnya ditarik ke atas.
3).
Katrol ganda atau blok katrol, adalah katrol gabungan
katrol tetap dengan katrol bebas. Jenis katrol ini biasa digunakan untuk
mengangkat beban yang sangat berat.
d.
Roda
Roda adalah sebuah benda yang
berbentuk lingkaran dqan mempunyai poros di bagian tengahnya. Sebuah roda dapat
bergerak karena roda dapat berputar pada porosnya. Contoh benda yang
menggunakan roda adalah kipas angin, roda sepeda, roda mobil, kursi roda, dan
sebagainya.
B.
Kerangka
Berfikir
Berdasarkan uraian landasan teori di atas fungsi pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran IPA adalah untuk
meningkatkan hasil belajar dan mengkongkritkan
konsep yang terdapat pada materi operasi hitung bilangan. Dengan kata lain, penggunaan metode
resitasi dalam pembelajaran
matematika dapat memperbesar minat dan perhatian siswa.
Secara skematis uraian digambarkan kerangka
pemikirannya sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema
Kerangka Berfikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir diatas, hipotesis
tindakan yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah “ Diduga Pemanfaatan
Alat Peraga Dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Pesawat Sederhana Pada
Siswa Kelas V Semester II SD Negeri 2 Rantau Selamat .”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Setting
Penelitian
1.
Waktu
Adapaun waktu
penelitian berlangsung selama lebih kurang 4 bulan yang dimulai bulan Februari sampai dengan Mei pada semester II tahun pelajaran 2009/2010
2. Tempat
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V pada SD
Negeri 2 Rantau Selamat terletak di
Jalan alue Raya Desa Rantau Panjang Kecamatan Ranto Selamat Kabupaten Aceh
Timur.
B.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V dengan
Jumlah siswa 25 orang yang
terdiri dari 12 siswa laki
laki dan 13 siswi perempuan.
C. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber
dari;
1.
Catatan pengamatan lapangan dari observer/pengamat yang
berasal dari teman sejawat/guru
2.
Kondisi awal serta hasil tes formatif siklus I , dan siklus
II
3.
Hasil angket
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh kebenaran yang objektif dalam melakukan
pengumpulan data, diperlukan adanya instrumen yang tepat sehingga masalah yang
diteliti akan terefleksi dengan baik. Oleh karena itu peneliti menggunakan
instrumen sebagai berikut: a. tes, b.observasi, c. angket
a.
Tes Hasil Belajar
Untuk memperoleh data mengenai prestasi belajar siswa tentang
materi pesawat sederhana yang dilaksanakan ketika observasi awal. Adapun jenis
test yang diberikan dari siklus I dengan siklus II, berupa test tertulis isian
singkatan sebanyak 10 soal dan kinerja siswa yang diambil langsung ketika
proses pembelajaran. Test ini diambil sebelum menggunakan alat peraga. Materi
soal yang diambil ketika pelaksanaan tes awal disesuaikam dengan indikator dari
setiap siklus.
Tes akhir dilaksanakan setelah pelaksanaan siklus I, dan II.
Adapun bentuk soal yang diberikan kepada siswa adalah isian singkat sebanyak 10
soal yang dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
tentang konsep pesawat sederhana setelah menggunakan alat peraga. Materi soal
yang diambil ketika pelaksanaan tes akhir disesuaikan dengan indicator dengan
setiap siklus.
b.
Lembar observasi
.Lembar observasi yang berfungsi untuk mengetahui memperoleh
data tentang aktivitas guru dan siswa selama pelaksanaan tahap-tahap kegiatan
pembelajaran yang tertuang dalam RPP dengan pemanfaatan alat peraga. Observasi
dilakukan dengan observer sebanyak 2 orang, mereka merupakan guru dari kelas
tempat peneliti mengadakan penelitian dan guru yang menjadi observer adalah
guru kelas IV dan kelas VI.
Ada
dua lembar observasi yaitu lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Lembar
observasi aktivitas guru digunakan untuk mengamati kesesuaian antara rencana
yang telah dibuat dengna proses pembelajaran. Adapun kegiatan yang diobservasi
dalam lembar observasi ini meliputi langkah-langkah kegiatan guru dalam
melaksanakan pembelajaran dengan pemanfaatan alat peraga. Selanjutnya lembar
observasi aktivitas siswa dibuat untuk mengetahui keaktifan siswa dalam
berdiskusi kelompok, melakukan kerjasama dalam pemecahan masalah bersama
anggota kelompoknya, dan pembuatan tugas.
c.
Angket siswa
Untuk memperoleh data mengenai respon siswa tentang materi
pesawat sederhana setelah pembelajaran dengan memanfaatkan alat peraga.
Kegiatan angket siswa ini berupa daftar chek pada jawaban yang telah tersedia,
dan peneliti juga mengajukan pertanyaan tentang kesan-kesan siswa selama
pembelajaran IPA dengan pemanfaatan alat peraga.
2. Alat Pengumpulan Data
a.
Butir soal tes siklus I,
b.
Lembar observasi siklus Idan siklus II
c.
Panduan angket
E. Validasi Data
1.
Validasi hasil belajar
Validasi
hasil belajar dikenakan pada instrumen penelitian yang berupa tes. Validasi ini
meliputi validasi teoretis dan validasi empiris. Validasi teoretis artinya
mengadakan analisis instrumen yang terdiri atas tampilan tes, validitas isi dan
validitas kostruksi.
Validitas
empiris artinya analisis terhadap butir-butir tes, yang dimulai dari pembuatan
kisi-kisi soal, penulisan butir-butis soal, kunci jawaban dan kriteria
pemberian skor.
2.
Validasi proses pembelajaran
Validasi
proses pembelajaran dilakukan dengan teknik triangulasi yang meliputi yaitu
triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan
observasi terhadap subyek penelitian yaitu siswa kelas V SD Negeri 2 Rantau
Selamat dan kolaborasi dengan
guru kelas.
Triangulasi
metode dilakukan dengan penggunaan metode dokumentasi selain metode observasi.
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data pendukung yang diperlukan
dalam proses pembelajaran.
F.
Analisis Data
Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dekskriptif,
yang meliputi:
- Analisis
deskriptif komparatif hasil belajar dengan cara membandingkan hasil
belajar pada siklus I dengan siklus II dan membandingkan hasil belajar
dengan indikator pada siklus I dan siklus II.
- Analisis
deskriptif kualitatif hasil observasi dengan cara membandingkan hasil
observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II
G. Indikator Kinerja
Kesimpulan diambil setelah peneliti melakukan proses
pembelajaran di kelas sesuai dengan materi yang diajarakan.
Adapun indikator kinerjanya adalah sebagai berikut:
1.
Data hasil tes awal dan tes akhir
·
Jawaban benar diberi nilai 10 (sepuluh), siswa
ngan mdianggap memahami konsep. Jawaban yang salah diberi nilai 0 (nol), siswa
dianggap belum memahami konsep.
·
Menentukan persentase rata-rata kelas dari
keseluruhan jumlah siswa dengan memakai rumusan sebagai berikut:
R = ∑N
N
Keterangan :
∑N = total nilai yang diperoleh siswa
N = jumlah siswa
R = nilai rata-rata
(Warkitri, 1999)
·
Skor yang diperoleh siswa dihitung presentase
KKM dengan menghitung rumus
·
Peningkatan rata-rata setiap siklus dapat
dihitung indeks dengan menggunakan rumus
2.
Data Hasil Observasi
Menentukan presentase jumlah siswa yang menjawab (Ya)
atau (Tidak) pada lembar angket setiap aspek yang tertera pada lembar angket
adalah sebagai berikut:
Jumlah siswa yang menjawab (ya) atau
(tidak) X 100%
Jumlah siswa seluruhnya
|
3.
Data Hasil Angket
Menentukan presentase jumlah siswa yang menjawab (Ya)
atau (Tidak) pada lembar angket setiap aspek yang tertera pada lembar angket
adalah sebagai berikut:
Jumlah siswa yang menjawab (ya) atau
(tidak) X 100%
Jumlah soal
|
Untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa
setelah melaksanakan pembelajaran dengan pemanfaatan alat peraga, maka data tes
yang ada dirata-ratakan, dikelompokan dan dipresentasekan, dihitung secara
tepat untuk mendapatkan persen berdasarkan kriteria sebagai berikut:
81% - 100% :
Baik sekali
70% - 80% :
Baik
60% - 69% :
Cukup
40% - 59% :
Kurang
≤39% : Sangat
kurang
(Wardani, 2006:216)
H.
Prosedur Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Perencanaan
Penyusunan rencana
pembelajaran pada pokok pembahasan pesawat sederhana yang berpedoman pada
kompetensi dasar kurikulum (KTSP 2006) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan
SDN 2 Rantau Selamat , selanjutnya peneliti menerapkan rancangan pembelajaran
yang telah memanfaatkan alat perada dalam pembelajaran IPA pada konsep pesawat
sederhana.
2.
Siklus Penelitian
Siklus I
a. Perencanaan
Pada
tahap perencanaan, guru menyusun rencana pembelajaran IPA, yang berkaitan
dengan indikator pada siklus I yaitu, pertama menjelaskan pengertian pesawat
sederhana dan pengungkit, serta ciri-ciri pengungkit. Kedua mendemonstrasikan
prinsip kerja pengungkit, ketiga mengidentifikasi pesawat sederhana jenis
pengungkit, keempat mendemonstrasikan cara menggunakan pengungkit jenis
pertama, pengungkit jenis kedua dan pengungkit jenis ketiga. Selanjutnya
menjelaskan kegiatan sehari-hari yang menggunakan pengungkit jenis pertama,
jenis kedua dan jenis ketiga. Perencanaan dibuat dalam bentuk Rencana Perbaikan
Pembelajaran (RPP) dilengkapi dengan lembar observasi guru, dan siswa, lembar
angket siswa, dan lembar evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Guru
melaksanakan proses pembelajaran dengan membahas topik pesawat sederhana dengan
kompetensi dasar menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerja lebih
mudah dan lebih cepat dan indikator pertama menjelaskan pengertian pesawat
sederhana dan pengungkit, serta ciri-ciri pengungkit. Kedua mendemonstrasikan
prinsip kerja pengungkit, ketiga mengidentifikasi pesawat sederhana jenis
pengungkit, keempat mendemonstrasikan cara menggunakan pengungkit jenis
pertama, pengungkit jenis kedua dan pengungkit jenis ketiga. Selanjutnya
menjelaskan kegiatan sehari-hari yang menggunakan pengungkit jenis pertama,
jenis kedua dan jenis ketiga.
c. Observasi
Dalam
pelaksanaan observasi proses pembelajaran IPA, peneliti dibantu dengan teman
sejawat. Adapun sasaran observasi adalah kegiatan guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung dengan pemanfaatan alat peraga yang di dalamnya
terdapat pula ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab untk satu kali pertemuan (2
X 35 menit). Instrumen yang digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa
selama proses pembelajaran adalah lembar observasi guru dan lembar observasi
siswa. Tugas observer adalah mengamati kegiatan guru dan observer kedua
mengamati kegiatan siswa.
d. Refleksi
Refleksi
menerapkan kegiatan menganalisis terhadap semua informasi yang diperoleh
observer dan hasil angket. Peneliti dan observer mendiskusi hasil proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari data hasil observasi observer dan
hasil observasi peneliti terhadap siswa, mengenai topik pesawat sederhana, maka
diperoleh gambaran tentang pembelajaran IPA yang dilakukan dengan data
tersebut, respon siswa pada pelaksanaan pembelajaran siklus I cukup bagus. Hal
ini terlihat dari hasil LKS yang meningkat dari pretes. Peneliti dapat
menetukan langkah berikutnya yaitu memperbaiki proses pembelajaran dan menyusun
tindakan untuk siklus ke II.
Siklus II
a. Perencanaan
Setelah
diperoleh gambaran dari siklus I, maka peneliti kembali merancang pelaksanaan
pembelajaran dengan pemanfaatan alat peraga dengan topik yang sama yaitu
pesawat sederhana. Kompetensi dasar yang diambil masih sama dengan siklus I,
tetapi dengan indikator yang berbeda. Adapun indikator yang akan diambil pada
tahap ini, yaitu: pertama menyebutkan pengertian dari bidang mirip, roda dan
katrol, kedua mengidentifikasi kegiatan sehari-hari yang menggunakan bidang
mirip, roda dan katrol, ketiga mendemonstrasikan cara kerja bidang mirip, roda
dan katrol.
b. Pelaksanaan Tindakan
Guru
melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan Rencana Perbaikan Pembelajaran
(RPP) yang telah dibuat dengan memperbaiki kekurangan dari proses pembelajaran
pada siklus ke I. Guru melaksanakan proses pembelajaran dengan membahas topik
yang sama dengan siklus I yaitu mengenai pesawat sederhana. Pembelajaran
dilengkapi alat peraga. Kemudian membentuk kelompok belajar untuk mengerjakan
LKS. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5
siswa. Pada tindakan kedua proses pembelajaran IPA dengan pemanfaatan alat
peraga dilaksanakan di luar ruangan/lapangan. Setiap siswa dipersilahkan maju
ke depan untuk mendemonstrasikan katrol tetap yang disimpan pada tiang bendera.
c. Observasi
Observasi
dilaksanakan ketika proses pembelajaran IPA berlangsung dengan dibantu oleh
teman sejawat. Sasaran observasi adalah kegiatan guru dan keaktifan siswa
ketika mengerjakan LKS setelah mendemonstrasikan alat peraga konkrit.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti kembali
melakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan temuan dari proses pembelajaran IPA
yang berlangsung pada siklus I. Dengan data yang diperoleh peneliti dapat
membuat kesimpulan serta membuat laporan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan.
Prosedur
penelitian dapat digambarkan melalui alur penelitian sebagai berikut:
Gambar 3.1 Alur
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Model Kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto,
2006:20)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
Kondisi Awal
Untuk mengetahui proses pembelajaran IPA
di kelas V SDN 2 Rantau Selamat Kecamatan Rantau Selamat Kabupaten Aceh Timur
sebelum melaksanakan tindakan peneliti melakukan observasi tentang proses
pembelajaran IPA. Sebelum mulai menyampaikan materi pelajaran inti, guru
memulai dengan kegiatan awal berupa apersepsi, dilanjutkan dengan kegiatan inti
dengan menggunakan metode ceramah serta diselingi dengan tanya jawab dan
terakhir guru mengadakan evaluasi.
Hasil temuan peneliti pada observasi awal
di kelas V, pada umumnya siswa kurang memperhatikan pelajaran dengan serius,
masih banyak siswa lebih suka bercanda dan ngobrol dengan temanya, karena siswa
merasakan bahwa pembelajaran yang diberikan oleh guru sangat membosankan.
Data hasil yang diperoleh pada pretes
nilai rata-rata siswa adalah 55,2 dan presentase pencapaian nilai siswa yang
mendapatkan nilai di atas 63 adalah 28% dengan jumlah 7 orang siswa .
Hasil
belajar pada kondisi awal dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1. Ketuntasan Belajar
Hasil Tes Kondisi Awal
No
|
Hasil Tes akhir
|
Jumlah
|
Presentase
|
1.
|
Siswa yang tuntas
|
7
|
28
%
|
2.
|
Siswa yang tidak tuntas
|
18
|
72
%
|
Table 4.2 Nilai Hasil Tes Kondisi Awal
No
|
Keterangan
|
Nilai
|
1
|
Nilai Tertinggi
|
80
|
2
|
Nilai Terendah
|
30
|
3
|
Jumlah Nilai
|
1380
|
4
|
Nilai
Rata-rata
|
55,2
|
Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa siswa kelas V yang belum
mencapai ketuntasan belajar minimum (KKM) dari 6,3 untuk materi pesawat
sederhana sebanyak 18 siswa (72 %) .Sedangkan yang telah mencapai ketuntasan
hanya 7 siswa ( 28 %) , hal dapat dilihat
pada grafik dibawah ini:
Gambar 4.1. Grafik Ketuntasan Belajar
Kondisi Awal
B. Deskripsi Tindakan dan Hasil Penelitian
Siklus I
1.
Perencanaan
Rencana tindakan pembelajaran pada siklus I berisi
tentang kegiatan materi pembelajaran yang akan dibahas yakni pembelajaran
konsep pesawat sederhana dengan topic pengungkit dengan pemanfaatan alat
peraga. Sebelum melakukan pembelajaran terlebih dahulu peneliti menyusun
langkah-langkah sebagai berikut: pertama penyusunan rencana pembelljaran pada
pokok pembahasan pesawat sederhana yang berpedoman pada kompetensi dasar
kurikulum (KTSP 2006) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan SDN 2 Rantau
Selamat, kedua peneliti menerapkan rancangan pembelajaran yang telah
memanfaatkan alat peraga dalam pembelajaran IPA pada konsep pesawat sederhana
topic pengungkit, ketiga peneliti membuat pedoman observasi kegiatan guru dan
siswa untuk mengamati selama proses pembelajaran berlangsung, keempat peneliti
membuat pedoman angket siswa untuk mengetahui repon siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, kelima peneliti menyusun soal-soal tes (pretes dan
postes) untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
- Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan penelitian
tindakan kelas siklus I membahas materi pokok tentang pesawat sederhana dengan
indicator sebagai berikut: pertama
menjelaskan pengertian pesawat sederhana dan pengungkit, serta ciri-ciri
pengungkit. Kedua mendemonstrasikan prinsip kerja pengungkit, ketiga
mengidentifikasi pesawat sederhana jenis pengungkit, keempat mendemonstrasikan
cara menggunakan pengungkit jenis pertama, pengungkit jenis kedua dan
pengungkit jenis ketiga. Selanjutnya menjelaskan kegiatan sehari-hari yang
menggunakan pengungkit jenis pertama, jenis kedua dan jenis ketiga. Siklus I
dilaksanakan dua kali pertemuan, setiap pertemuan 2 x 35 menit jam pelajaran,
dan dilaksanakannya pada hari jum’at, 12 Februari 2010. dan jum’at 19 Februari
2010. Kegiatan pembelajaran pada siklus I diawali dengan guru (peneliti)
memasuki ruangan kelas dan mengucapkan salam yang melanjutkan dengan mengabsen
siswa untuk mengetahui kehadiran siswa. Kemudian guru memberi motivasi pada
siswa yang berkaitan dengan materi. Sebelum melaksanakan pembelajaran guru
mengkondisikan kelas terlebih dahulu supaya siswa siap untuk mengikuti
pembelajaran IPA dengan menyuruh siswa mempersiapkan alat yang telah dibawanya
sebagai penunjang pembelajaran. Karena pada siklus I guru mengadakan dua
pertemuan, maka pada pertemuan pertama guru memberikan pretes sebelum melakukan
PBM untuk mengetahui hasil siswa sebelum menggunakan alat peraga. Dan pertemuan
kedua guru mengecek tugas rumah atau PR yang telah diberikan pada pertemuan
pertama. Kemudian guru menginformasikan tujuan pembelajaran dan garis besar
kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti, pembelajaran siklus I, pertemuan
pertama dilaksanakan guru dengan pemanfaatan alat peraga pembelajaran IPA untuk
SD mengenai prinsip kerja pengungkit, dan pada pertemuan kedua pembelajaran IPA
dilaksanakan mengenai cara kerja pengungkit jenis pertama, pengungkit jenis
kedua, pengungkit jenis ketiga.
Untuk memfokuskan perhatian siswa guru membagikan lembar berisi pertanyaan
pengarah (LKS) yang berhubungan dengan materi pengungkit. Ketika pembelajaran
berlangsung guru menyuruh siswa untuk mengajukan pertanyaan apabila ada hal-hal
yang belum mereka pahami. Siswa mendemonstrasikan prinsip kerja pengungkit, dan
cara kerja pengungkit jenis pertama, pengungkit jenis kedua, dan pengungkit
jenis ketiga dengan alat peraga yang telah dibawanya sambil mengisi Lembar
Kerja Siswa (LKS) dan sesakali ada siswa yang bertanya kepada guru tentang
materi yang kurang mereka pahami.
Agar materi yang bersangkutan dengan indikator pembelajaran lebih siswa
pahami, guru meminta tiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatannya,
sedangkan kelompok lain diminta menanggapi jawabannya. Selanjutnya guru
melakukan penguatan mengenai jawaban yang benar.
Pada akhir pembelajaran siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dibahas, pada pertemuan pertama guru tidak melakukan postes, melainkan guru
hanya memberikan tugas atau PR agar siswa tetap mengingat materi yang telah
dipelajari, dan guru mengadakan tes tertulis (postes) berupa soal isian singkat
sebanyak 10 pertanyaan pada pertemuan kedua. Sebelum menutup pembelajaran, guru
menginformasikan materi pembelajaran pertemuan selanjutnya tentang pesawat
sederhana jenis bidang miring, roda dan katrol.
- Observasi
Observasi
pada siklus I yang diamati :
a. Kegiatan Guru
Pada saat membuka pelajaran
guru memotivasi siswa dengan memperlihatkan gambar jenis-jenis pengungkit yang
akan mendukung proses pembelajaran, sambil mengajukan pertanyaan “menggunakan
apakah ibu kamu di rumah bila ingin memotong baju?”. Selanjutnya guru melakukan
apersepsi, dan mengkondisikan siswa dalam situasi yang kondusif, serta guru
memberitahu bahwa pertemuan ini akan membahas konsep pesawat sederhana dengan
topic pengungkit. Pada saat melakukan pengamatan siswa diminta untuk mencatat
hasil pengamatannya tentang prinsip kerja pengungkit dan cara kerja pengungkit
jeins pertama, kedua, dan ketiga pada LKS yang telah disediakan. Ternyata ada
kelompok yang tidak membawa benda-benda yang akan digunakan untuk melakukan
demonstrasi tersebut.
Pada siklus I pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru/peneliti dengan pemanfaatan alat peraga
dan metode demonstrasi dan diskusi kelas. Dalam hal ini guru banyak terlibat
untuk melakukan bimbingan cara melakukan diskusi yang baik pada setiap
kelompok, dan cara mendemonstrasikan alat peraga. Guru memberi contoh dan
menjelaskan tata cara diskusi dengan terperinci, siswa dibimbing untuk
melakukan demonstrasi. Bimbingan yang dilakukan guru pada siswa sangat menyita
waktu untuk pelaksanaan dalam siklus I.
Pada akhir siklus I, guru emminta
siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi, dan melakukan Tanya jawab. Kemudian
guru melaksanakan tes tertulis pada siswa, serta memberikan tugas rumah. Untuk
mendukung pembelajaran berikutnya guru meminta kepada ketua kelompok untuk
mengatur anggotanya agar membawa alat dan bahan yang akan digunakan untuk pembelajaran
berikutnya.
b. Kegiatan Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan oleh teman sejawat bahwa dalam siklus I pemahaman atau penguasaan
materi siswa cukup, hanya saja dalam diskusi kelas dan kemampuan melaporkan
hasil diskusi masih kurang ini semua dikarenakan bahwa tidak semua siswa
mengeluarkan pendapatnya, dan masih ada beberapa siswa yang hanya mengobrol
saja dengan temannya.
Respon siswa ketika proses
pembelajaran cukup bagus. Siswa terlihat senang saat belajar, siswa antusias
mengerjakan urutan kegiatan yang ada pada LKS. Pada saat kegiatan diskusi
kelompok, siswa terlibat, siswa dapat mengemukan pendapat untuk menyelesaikan
masalah yang diajukan oleh gur/peneliti. Kegiatan diskusi kelompok masih
mendapatkan bimbingan dari guru, karena ada beberapa siswa yang hanya asyik
dengan benda-benda yang dipergunakan untuk melakukan demonstrasi, dan ada juga
siswa yang hanya bersendau asyik dengan kegiatan masing-masing, sehingga waktu
yang digunakan tidak efektif karena dalam melakukan diskusi kelompok memerlukan
waktu yang sangat banyak. Tetapi secara keseluruhan kegiatan diskusi berjalan
aktif.
Respon siswa saat proses pembelajaran
siklus I cukup baik, walaupun baru mencapai 65,3% dari siswa yang mengikuti
pembelajaran memeberikan tanggapan yang positif, sedangkan 34,7% dari jumlah
siswa kurang memberikan tanggapan yang positif.
Adapun analisis observasi atau
temuan-temuan selama pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut: pertama
perencanaan, pada proses pembelajaran siklus I peneliti dibantu oleh observer
yang bertugas melakukan pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung
agar dapat mengetahui kondisi nyata pelaksanaan tindakan yang mencakup tindakan
siklus I dilaksanakan sesuai rencana pembelajaran, hal ini bertujuan untuk
menjaring data dari kegiatan proses pembelajaran IPA. Sebagai pelaksanaan
penelitian tindakan kelas, maka digunakan pedoman observasi kegiatan belajar
sebagai pengumpul data tentang aktivitas guru dan siswa dalam proses
pembelajaran IPA dengan pemanfaatan alat peraga. Dalam penelitian tindakan
kelas guru (peneliti) dibantu dengan rekan sejawat yang bertindak sebagai
observer. Observer melakukan penilaian terhadap kegiatan guru selama proses
pembelajaran, dan melakukan penilaian terhadap kegiatan siswa selama proses
pemebelajaran.
Kedua analisis observasi saat
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, berdasarkan yang observer dapat
ditemukan saat kegiatan guru adalah satu, waktu yang digunakan untuk seluruh
pembelajaran siklus I kurang efektif karena melebihi waktu yang direncanakan,
kedua belum bisa mengoptimalkan diskusi kelompok dan diskusi kelas, ketiga
sudah memberikan motivasi dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
keempat belum dapat menoptimalkan kegiatan yang positif, dan kelima belum dapat
emngoptimalkan keaktifan dan kreativitas siswa. Observasi kegiatan siswa ialah
pertama masih ada yang nilainya belum mencapai KKM atau di bawah 63, kedua
pemahaman siswa terhadap petunjuk dalam melakukan diskusi dan pengisian LKS
sangat kurang sehingga siswa menanyakan pertanyaan yang sama secara
berulang-ulang, ketiga kegiatan kelompok pada saat diskusi masih didominasi
oleh ketua kelompok atau siswa yang dianggap pintr, keempat beberapa orang
tampak bermain-main dengan media pembelajaran walaupun mendemonstrasikan alat peraga
sudah selesai, kelima siswa rata-rata tidak berani mengemukakan pendapat atau
pertanyaan dalam diskusi kelas, keenam kemampuan siswa untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya masih sangat kurang.
Berdasarkan dari temuan-temuan yang
didapatkan dari kegiatan guru dan kegiatan siswa maka dapat dikatakan bahwa
pelaksanaan pembelajaran siklus I belum berhasil walaupun dapat dikategorikan
cukup, karena masih ada beberapa siswa yang lupa membawa alat peraga yang akan
didemonstrasikan, dan dalam mendemonstrasikan serta mengisi LKS tidak semua
siswa terlibat masih banyak siswa yang bercanda dengan temanya.
c. Hasil Belajar
Hasil
belajar yang diamati adalah yang tuntas dan yang tidak tuntas. Untuk memperjelas data hasil tes siklus I dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.3. Ketuntasan Belajar Hasil Tes Siklus I
No
|
Hasil Tes akhir
|
Jumlah
|
Presentase
|
1.
|
Siswa yang tuntas
|
15
|
60
%
|
2.
|
Siswa yang tidak tuntas
|
10
|
40
%
|
Table 4.4 Nilai Hasil Tes Siklus I
No
|
Keterangan
|
Nilai
|
1
|
Nilai Tertinggi
|
90
|
2
|
Nilai Terendah
|
50
|
3
|
Jumlah Nilai
|
1760
|
4
|
Nilai
Rata-rata
|
70,4
|
Dari hasil
tes akhir siklus I pada tabel
diatas dapat dilihat, dari 25 orang siswa, 10 orang atau (40% ) sudah tuntas belajarnya dan 15 orang atau (60 %) belum tuntas belajarnya. Rata-rata hasil belajar 70,4 Ketuntasan belajar siswa siklus I dapat dilihat
pada grafik dibawah ini:
Gambar 4.2. Grafik Ketuntasan Belajar
Siklus I
- Refleksi
Berdasarkan nilai diskusi yang dilakukan
dengan guru beserta observer, setelah pembelajaran siklus I selesai
dilaksanakan, secara umum pembelajaran dapat dikatakan cukup baik walaupun
belum optimal dan masih banyak kekurangannya. Dengan siswa lebih memahami
materi, maka cukup terbantu untuk menguasai konsep-konsep yang ada dalam materi
pembelajaran. Dengan peneliti mengevaluasi dan merefleksi selama pelaksanaan
penellitina tindakan kelas pada siklus I, maka peneliti merencanakan tindakan
kelas pada siklus II, sebagai berikut:
Tabel 4.5
Refleksi
Terhadap Pembelajaran Siklus I
Indikator Guru
|
Indikator Siswa
|
Refleksi untuk Tindakan Pembelajaran
Siklus I
|
1.
Waktu yang digunakan utnuk seluruh pembelajaran
siklus I, kurang efektif karena melebihi waktu yang yang direncanakan,
kelebihan waktu yang terjadi karena pada saat siswa mengerjakan pretes,
pembagian kelompok dan saat mengerjakan LKS.
2.
Belum bisa menoptimalkan diskusi kelompok dan diskusi
kelas.
3.
Sudah memberikan motivasi dan menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan.
4.
Belum dapat menoptimalkan kegiatan yang positif.
5.
Belum dapat mengoptimalkan keaktifan dan kreativitas
siswa.
|
1.
Masih ada siswa yang nialinya belum mencapai KKM atau
dibawah 63.
2.
Pemahaman siswa terhadap petunjuk dalam melakukan
diskusi dan mengisi LKS sangat kurnag sehingga siswa menanyakan pertanyaan
yang sama secara berulang-ulang.
3.
Kegaitan kelompok pada saat diskusi masih didominasi
oleh ketua kelompok atau siswa tertentu yang dianggap pintar.
4.
Beberapa orang siswa tampak bermain-main dengan media
pembelajaran walaupun mendemonstrasikan alat peraga sudah selesai.
5.
Siswa rat-rata tidak berani mengemukankan pendapat
atau pertanyaan dalam diskusi kelas.
6.
Kemampuan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya masih sangat kurang.
|
1.
Untuk mengefektifitas waktu dapat dilakukan tindakan
menata kembali penggunaan waktu tiap langkah-langkah pembelajaran secara
proporsional dan dilaksanakan secara konsisten.
2.
Untuk dapat membantu siswa yang nilainya belum
mencapai 63, maka pada siklus II guru/peneliti akan lebih mengoptimalkan
bimbingan dan arahan dalam pengisian LKS.
3.
Agar siswa lebih memahami petunjuk dalam melakukan
demonstrasi alat peraga, maka penulisan petunjuk cara melakukan demonstrasi
dengan alat peraga dibuat dengan bahawasa yang lebihb mudah dipahami siswa.
4.
Pemerataan aktivitas dalam kelompok dapat diatasi
dengan tindakan monitoring dan bimbingan yang lebih intensif dan merata
kepada setiap kelompok.
5.
Agar tidak ada siswa yang bermain-main dengan media
pembelajaran, diatasi dengan memberikan pemahaman bahwa hal tersebut dapat
mengurangi penilaian kelompok.
6.
Guru berusaha membimbing siswa dan berusaha
menumbuhkan keberanian pada diri siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
7.
Untuk meningkatan respon siswa, maka guru/peneliti
merancang pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa saat melakukan kegiatan
individu maupun kegiatan kelompok.
|
C. Deskripsi Tindakan dan Hasil Penelitian
Siklus II
1.
Perencanaan
Kegiatan ini dilakukan dengan menganalisis siklus I,
maka disusunlah suatu pembelajaran sains dengan menekan pada
perbaikan-perbaiakn dalam pembelajaran dari hasil refleksi siklus I. Adapun
materi yang disampaikan adalah mengenai konsep pesawat sederhana dengan topic
bidang miring, roda katrol dengan
pemanfaatan alat peraga. Seting kelas yang digunakan adalah membuat kelompok
menjadi lima kelompok yang setiap kelompok
beranggotakan ada lima
orang siswa.
2.
Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan penelitian tindakan kelas
siklus II membahas materi pokok tentang pesawat sederhana dengan indicator
sebagai berikut: (a) menyebutkan pengertian dari bidang miring, roda dan katrol
(b) mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan bidang miring, roda dan katrol,
(c) mendemonstrasikan cara kerja bidang miring, roda dan katrol bidang miring,
roda dan katrol. Siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan, setiap pertemuan 2
x 35 menit dua jam pelajaran, dan dilaksanakannya pada hari Jum’at, 5 Maret
2010 dan 12 Maret 2010.
Kegiatan pembelajaran pada siklus II diawali dengan
guru mengkondisikan siswa dalam situasi belajar yang kondusif. Guru mengecek
soal atau pekerjaan rumah yang telah diberikan. Guru memberikan pretes pada
pertemuan pertama, sedangkan pada pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga guru
hanya memberikan pekerjaan rumah. Guru mengadakan apaersepsi. Kemudian guru
menginformasikan tujuan pembelajaran dan garis besar yang akan dilakukan oleh
siswa dalam pembelajaran.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti,
pembelajaran siklus II, tindakan pertama dilaksanakan guru dengan pemanfaatan
alat peraga, pembelajaran IPA, dengan guru memotivasi siswa dengan memperlihatkan
gambar-gambar orang sedang menaikan barang ke atas truk dan orang sedang naik
tangga sambil mengajukan pertanyaan “Apakah kamu pernah melakuan pekerjaan
seperti yang ada digambar ini?” guru meminta siswa untuk menyebutkan
gambar-gambar yang telah diperlihatkan, alat-alat berat yang ada digambar ini?”
guru meminta siswa untuk menyebutkan gambar-gambar yang telah diperlihatkan. Pada
tindakan kedua siswa dibawa keluar ruangan untuk mendemonstrasikan cara kerja
katrol. Guru memotivasi siswa dengan
memperlihatkan gambar alat-alat teknologi yang menggunakan alat bantu
katrol sambil mengajukan pertanyaan
“Apakah kamu pernah melihat alat-alat berat yang ada digambar ini?” Guru meminta siswa untuk menyebutkan
gambar-gambar yang telah diperlihatkan, Guru meminta siswa untuk berkelompok
dengan kelompok yang sudah di bentuk dan pemberian nama kelompok berdasarkan
pesawat sederhana misalnya gunting, jungkat-jungkit dan sebagainya, tiap
kelompok berjumlah 5 orang. Tiap kelompok diminta untuk mempersiapkan alat
peraga masing-masing yang telah dibawanya, dan mendemonstrasikan cara kerja
alat peraga tersebut. Guru membimbing siswa dalam berdiskusi dengan memberikan
LKS. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan
perwakilan ketua kelompok masing-masing. Setiap kelompok diminta untuk
menanggapi hasil dari kelompok lain. Guru bertanya kepada siswa tentang
kegiatan-kegiatan yang menggunakan bidang miring, roda. Dari berbagai jawaban
guru menjelaskan bahwa roda sangat dibutuhkan untuk meringankan pekerjaan.
Setiap kelompok diminta membuat laporan hasil diskusi dengan bimbingan
guru. Siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya tentang materi yang telah dipelajarinya. Guru memberikan penjelasan
berdasarkan pertanyaan yang dikemukakan siswa. Guru bersama siswa membuat
kesimpulan.
Pada akhir pembelajaran siswa diminta mengumpulkan
laporan diskusinya, pada pertemuan pertama guru tidak melakukan postes, dan
guru mengadakan tes tertulis (postes) berupa soal isisan singkat sebanyak 10
pertanyaan pada pertemuan kedua. Setelah pelaksanaan pembelajaran tindakan
siklus II dapat menghasilkan data berupa nilai pretes dan postes. Data tersebut
dapat diperoleh melalui pretes dan postes yang telah dilakukan siswa.
3.
Observasi
Observasi pada siklus II yang
diamati:
a. Kegiatan Guru
Pada saat membuka pelajaran guru memotivasi siswa
dengan memperlihatkan gambar bidang miring, roda dan katrol yang akan mendukung
proses pembelajaran, sambil mengajukan pertanyaan “Apakah kamu sering melakukan
kegiatan yang ada pada gambar tersebut?”. Selanjutnya guru mengkondisikan siswa
dengan situasi belajar yang kondusif, mengecek soal-soal pekerjaan rumah, dan
melakukan apersepsi, serta guru memberitahu bahwa pertemuan ini akan membahas
pesawat sederhana dengan topic bidang miring, roda dan katrol. Pada saat
melakukan pengamatan siswa diminta untuk mencatat hasil pengamatannya tentang
cara kerja bidang miring, roda dan katrol pada LKS yang telah disediakan.
Pada siklus II pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru/peneliti dengan pemanfaatan alat peraga dan metode demonstrasi dan
diskusi kelas. Pada pembelajaran siklus II ini guru masih tetap terlibat untuk
melakukan bimbingan cara melakukan diskusi yang baik pada setiap kelompok, dan
cara mendemonstrasikan alat peraga. Guru memberi contoh dan menjelaskan tata
cara diskusi dengan terperinci, siswa dibimbing untuk melakukan demonstrasi.
Bimbingan yang dilakukan guru pada siswa lebih terarah dibandingkan pada siklus
I.
b. Kegiatan Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan teman sejawat
bahwa dalam siklus II pemahaman atau penguasaan materi siswa baik sekali, dalam
diskusi kelas dan kemampuan melaporkan hasil diskusi sudah baik, semua siswa
mengeluarkan pendapatnya, dalam mengisi LKS siswa mendapat tugas
sendiri-sendiri sehingga tidak ada siswa yang saling berebut untuk mengisi LKS.
Respon siswa ketika proses pembeljaran baik sekali.
Siswa terlihat senang saat belajar, siswa antusias mengerjakan urutan kegiatan
yang ada pada LKS. Pada saat kegiatan diskusi kelompok, siswa terlibat, siswa
dapat mengemukakan pendapatnya untuk menyelesaikan masalah yang diajukan oleh
guru/peneliti. Kegiatan diskusi kelompok sudah baik sekali.
Respon siswa
saat proses pembelajaran pada siklus II sangat baik sekali, yaitu mencapai 100%
semua siswa yang mengikuti pembelajaran memberikan tanggapan yang positif.
Adapun temuan-temuan selama tindakan saat perencanaan,
pada proses siklus II peneliti dibantu oleh observer yang bertugas melakukan
pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung agar dapat mengetahui
kondisi nyata pelaksanaan tindakan yang mencakup tindakan siklus II
dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran, hal ini bertujuan untuk
menjaring data dari kegiatan proses pembelajaran IPA yang lebih efektif dari
siklus I. Sebagai pelaksanaan peneliti tindakan kelas, maka digunakan pedoman
observasi dalam kegiatan belajar sebagai pengumpul data tentang aktivitas guru
dan siswa dalam proses pembelajaran IPA dengan pemanfaatan alat peraga.
Dalam penelitian tindakan kelas guru (peneliti)
menggunakan dua rekan sejawat yang bertindak sebagai observer. Observer pertama
melakukan penilaian terhadap kegiatan guru selama proses pembeljaran, sedangkan
observer kedua melakukan penilaian terhadap kegiatan siswa selama proses
pembelajaran.
Temuan-temuan saat pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II berdasarkan yang observer lakukan dapat ditemukan sebagai berikut:
pertama pada kegiatan guru (1) waktu yang digunakan untuk seluruh pembelajaran
siklus II sudah efektif, (2) sudah bisa
mengoptimalkan diskusi kelompok dan diskusi kelas, (3) sudah memberikan
motivasi dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, (4) sudah dapat
mengoptimalkan kegiatan yang positif, (5)sudah dapat mengoptimalkan keaktifan
dan kreativitas siswa. Kedua temuan-temuan pada kegiatan siswa ialah (1) semua
siswa yang nilainya sudah mencapai KKM atau di atas 63, (2) pemahaman siswa
terhadap petunjuk dalam melakukan diskusi dan mengisi LKS masih sudah optimal,
(3) kegiatan kelompok pada saat diskusi semua siswa sudah terlibat dengan
baik,, (4) siswa dengan antusias dalam mengemukakan pendapat atau pertanyaan
dalam diskusi kelas, (5) kemampuan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya sangat baik.
Berdasarkan hasil temuan-temuan yang didapatkan dari
kegiatan guru dan kegiatan siswa maka, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran
siklus II dapat dikategorikan baik, walaupun masih ada sisa yang nialinya belum
mencapai KKM, dan pada saat pengisian LKS siswa berebut sehingga menimbulkan
kkurang keharmonisan dalam diskusi kelompok
c. Hasil Belajar
Hasil
belajar siklus II yang
diamati adalah yang tuntas dan yang tidak tuntas. Untuk memperjelas data hasil tes siklus II dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6. Ketuntasan Belajar
Hasil Tes Siklus II
No
|
Hasil Tes akhir
|
Jumlah
|
Presentase
|
1.
|
Siswa yang tuntas
|
24
|
96
%
|
2.
|
Siswa yang tidak tuntas
|
1
|
4
%
|
Table 4.7. Nilai Hasil
Tes Siklus II
No
|
Keterangan
|
Nilai
|
1
|
Nilai Tertinggi
|
100
|
2
|
Nilai Terendah
|
60
|
3
|
Jumlah Nilai
|
2200
|
4
|
Nilai
Rata-rata
|
88
|
Dari hasil
tes siklus II pada tabel
diatas dapat dilihat, dari 25 orang siswa,24 orang (96%) sudah tuntas belajarnya dan hanya 1 orang (4 %) belum tuntas belajarnya. Rata-rata hasil belajar
adalah 88 Ketuntasan belajar siklus I dapat dilihat
pada grafik dibawah ini:
Gambar 4.3. Grafik Ketuntasan Belajar
Siklus II
|
|
4.
Refleksi
Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan dengan guru
kelas beserta observer, setelah pembelajaran siklus II selesai dilaksanakan,
secara umum pembelajaran dapat dikatakan baik sekali dan sudah optimal. Dengan
siswa lebih memahami materi, maka cukup terbantu untuk emnguasai konsep-konsep
yang ada dalam materi pembelajaran.
Dengan guru/peneliti mengevaluasi dan merefleksi
selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II, maka peneliti
dapat membuat kesimpulanI sebagai berikut:
Tabel
4.8
Refleksi
Pembelajaran Siklus II
Indikator Guru
|
Indikator Siswa
|
Refleksi untuk Tindakan Pembelajaran
Siklus III
|
1.
Waktu yang digunakan utnuk seluruh pembelajaran
siklus III, sudah efektif
2.
Sudah bisa
mengoptimalkan diskusi kelompok dan diskusi kelas.
3.
Sudah memberikan motivasi dan menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan.
4.
Sudah dapat mengoptimalkan kegiatan yang positif.
5.
Sudah dapat mengoptimalkan keaktifan dan kreativitas
siswa.
|
1.
Semua siswa yang nialinya sudah mencapai KKM atau
dibawah 63.
2.
Pemahaman siswa terhadap petunjuk dalam melakukan
diskusi dan mengisi LKS sudah optimal.
3.
Kegaitan kelompok pada saat diskusi semua siswa sudah
terlibat, dengan baik.
4.
Siswa dengan antusias dalam mengemukakan pendapat
atau pertanyaan dalam diskusi kelas..
5.
Kemampuan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya sangat baik.
|
1.
Guru harus mempertahankan kegiatan positif seperti
memuji siswa, memberikan penghargaan pada siswa supaya pembelajaran dapat
menyenangkan.
2.
Dengan mengevaluasi dan merefleksi hasil temuan
pembelajaran siklus III, maka guru dapat membuat kesimpulan bahwa
pembelajaran IPA konsep pesawat sederhana dengan pemanfaatan alat peraga
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
|
D.
Pembahasan Tiap Siklus Dan Antar
Siklus
1.
Hasil Belajar
Dari dua
siklus yang telah dilakukan, hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan.
Pembelajaran matematika materi operasi hitung bilangan sudah mencapai ketuntasan yang diharapkan, yang
terjadi pada siklus II. Pada
kondisi awal nilai rata-rata siswa pada pelajaran IPA khususnya pada materi
operasi hitung bilangan sangat rendah, hanya mencapai 55,2 dengan ketuntsan
belajar hanya sebesar 28 % .
Pada siklus
I, sudah memberikan perubahan
dibandingkan kondisi awal. Dengan alat peraga siswa terbantu dalam proses
belajar dan tidak hanya dibayangkan jenis-jenis pengungkitnya. Hasil yang
diperoleh pada siklus I ini masih cukup memuaskan karena dari 25 orang siswa,
yang tuntas sebanyak 15 orang
siswa (60%) sedangkan nilai rata-rata nya hanya 70,4..
Berdasarkan
hasil observasi peneliti dengan pengamat atas hasil belajar siswa, maka peneliti
dan pengamat kembali merencanakan untuk melanjutkan pada tindakan siklus II dengan terlebih dahulu
melakukan perbaikan. Dengan demikian
kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I direncanakan pada siklus II menggunakan
pemanfaatan alat peraga dan demonstrasi langsung oleh siswa.
Pada siklus
kedua, hasil belajar siswa sangat mengembirakan peneliti, karena 24 dari 25siswa
sudah tuntas hasil belajarnya atau (96 %) dengan nilai rata-rata tes
siswa mencapai 88. Hal ini terlihat
jelas dari siswa saat mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas dan
mendemonstrasikan alat peraga. Peneliti lebih banyak mengadakan bimbingan dan
berkeliling melihat hasil pekerjaan siswa. Dari wajah siswa terpancar bahwa mereka
senang dengan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sikap optimis dari
siswa terlihat, dari cara mereka berebut untuk menjawab pertanyaan. Hal ini
disebabkan mereka sudah mulai paham dengan materi yang disajikan oleh peneliti.
Pada saat ulangan harian dilaksanakan mereka bekerja dengan tenang dan penuh
percaya diri, namun masih ada bebarapa orang siswa yang tidak tuntas menjawab
pertanyaan. Pada siklus II
ini terbukti, bahwa hasil belajar siswa meningkat mencapai hasil yang
diharapkan dengan menggunakan alat peraga. Melalui alat peraga ini siswa dapat belajar
lebih optimal melalui tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Supaya
lebih jelas gambaran peningkatan kegiatan siswa dan hasil belajar siswa dari kondisi
awal, siklus I dan siklus II, dapat dilihat dan diperhatikan pada rekapitulasi
tabel dan grafik ketuntasan belajar di bawah ini.
Tabel 4.9 Rekapitulasi Ketuntasan
Belajar Pada Kondisi Awal, Siklus I, dan II
No
|
Hasil Tes akhir
|
Siklus
|
Presentase
|
KA
|
I
|
II
|
KA
|
I
|
II
|
1.
|
Siswa yang tuntas
|
7
|
15
|
24
|
28 %
|
60 %
|
96 %
|
2.
|
Siswa yang tidak tuntas
|
18
|
10
|
1
|
72 %
|
40 %
|
4 %
|
Table 4.10 Rekapitulasi
Nilai Rata-Rata Pada Kondisi Awal, Siklus I, dan II
No
|
Keterangan
|
Nilai
|
Kondisi Awal
|
Siklus I
|
Siklus II
|
1
|
Nilai Tertinggi
|
7
|
90
|
100
|
2
|
Nilai Terendah
|
4
|
50
|
60
|
3
|
Jumlah Nilai
|
1380
|
1760
|
2200
|
4
|
Nilai
Rata-rata
|
55,2
|
70,4
|
88
|
Gambar
4.4. Grafik Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Kondisi Awal , Siklus I dan II
|
|
2.
Observasi
Mulai dari siklus I hingga siklus II aktivitas
guru/peneliti mengalami perubahan ke arah perbaikan guna meningkatkan mutu
pembelajaran atau meningkatkan kompetensi guru. Kemampuan dari membuka
pelajaran sudah cukup baik meskipun dari efektivitas waktu perlu perhatian
memotivasi siswa setelah dilakukan dengan berbagai macam cara untuk emnumbuhkan
minat siswa. Dalam membimbing kelompok pada saat melakukan diskusi telah
dilakukan oleh guru/peneliti sesuai dengan peran guru. Saat diskusi keas pada
siklus I guru mendominasi pembicaraan, pada sklus II mulai berangsuran kearah
perbaikan sesuai dengan fungsi guru sebagai moderator dan fasilitator. Guru
tidak hanya mengajar untuk menyampaikan gagasan atau konsep, melainkan sebagai
suatu proses mengubah gagasan/konsep yang sudah ada pada diri anak yang mungkin
salah. Hal ini sependapat dengan Dahar (1996:167) “Dalam pembelajaran gagasan
yang sudah ada pada siswa dikembangkan dan berakhir dengan gagasan yang sudah
termodifikasi”. Peningkatan presentasi belajar yang tinggi ini disebabkan oleh adanya perubahan
pola KBM yang berbeda dari yang biasa dilakukan. Jika sebelumnya siswa
diberikan konsep-konsep yang dipelajari. Hal tersebut sesuai dengan prinsip
belajar konstruktivisme (Arifin, 2000). Pengelolaan KBM yang dilakukan guru
dengan pemanfaatan alat peraga menjadi proses belajar mengajar tidak terkesan
monoton dan membosankan bagi siswa. Keterampilan menutup pelajaaran telah
dilakukan oleh guru pada setiap siklus terus mengalami perbaikan. Hal ini untuk
memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa,
mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan tingkat keberhasilan guru dalam proses
belajar mengajar (Usman, 1995:92).
Aktivitas siswa dalam pembelajaran ini meliputi
aktivitas dalam kegiatan pengamatan terhadap media pembelajaran, aktivitas
siswa dalam diskusi kelompok. Pembelajaran IPA melalui diskusi kelompok maupun
pengamatan terlihat aktivitas siswa meningkat. Aktivitas siswa dalam membuat
laporan hasil pengamatan, mencari jawaban pertanyaan dalam LKS, dilakukan siswa
dengan penuh perhatian, sehingga pembelajaran dirasakan lebih bermakna bagi
siswa, karena siswa dihadapkan dengan objek asli dan didekatkan dengan
kenyataan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Poedjiadi (1996:128)
“Melalui kegiatan praktek langsung siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
mengembangkan dirinya bagi kelangsungan hidupnya”.
3. Angket Siswa
Respon siswa terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan dengan pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran IPA sangat baik,
hal ini terlihat dari lima
aspek pertanyaan yang diberikan kepada siswa melalui angket dapat disimpulkan
bahwa seluruh siswa menyenangi dan menyukai pembelajaran IPA yang dilaksanakan
dengan pemanfaatan alat peraga. Sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran
sangat baik