PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Upaya
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai
terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu
antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga
pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma
baru dengan metodologi pengajaran
Guru
merupakan salah satu faktor yang cukup bepengaruh langsung dalam peningkatan
mutu tersebut. Guru merupakan jabatan yang dipilih berdasarkan prinsip-prinsip
vokasional, dalam hal aspek psikologis menjadi faktor untuk melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya sebagai pendidik ( Oemar Hamalik, 2002:24). Peningkatan mutu pendidikan
dasar dan menengah serta mutu pelajaran IPA
di sekolah dasar perlu perubahan pola fikir positif yang digunakan
sebagai landasan pelaksanaan kurikulum.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru mata
pelajaran IPA menggunakan berbagai strategi yang menghendaki keterlibatan dan
peran aktif siswa dalam melakukan
pengamatan, meramal, menerapkan konsep dan mengkomunikasikan nya. Aktivitas dan
keterlibatan siswa secara utuh sangat penting agar kegiatan pembelajaran
mencapai tujuan. Adanya aktivitas belajar siswa secara optimal akan menentukan
tingkat pemahaman dan hasil belajar siswa.
Pada
masa lalu proses belajar mengajar untuk mata pelajaran IPA terfokus kepada guru
dan kurang terfokus pada siswa. Akibatnya kegiatan belajar mengajar lebih
ditekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran. Kata pembelajaran dapat
diartikan sebagai perubahan yang terjadi dalam kemampuan, sikap, atau perubahan
tingkah laku siswa yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman atau
latihan. Perubahan kemampuan yang hanya
sebentar dan kembali ke perilaku semula menunjukkan belum terjadi peristiwa
pembelajaran, walaupun mungkin terjadi pengajaran. Tugas guru adalah membuat
agar proses pembelajaran pada siswa berlangsung secara aktif, efektif, kreatif,
menarik dan menyenangkan, dengan memperhatikan pendekatan sains, serta “ Learning to do, Learning to know, Learning
to be and Learning to live together “ (Depdiknas 2003 : 43).
Melihat kondisi lapangan di kelas IV semester I pada SD
Negeri Jambo Labu , yakni melalui
pengamatan langsung oleh penulis terlihat kurang
terlibatnya siswa dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam. Hal
ini mengakibatkan hasil belajar yang rendah yaitu dengan nilai rata-rata hanya
sebesar 57,69. Dari 26 siswa kelas IV hanya 7 orang (26,92 %) mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu
70,00.
Kondisi lain terlihat aktifitas
belajar siswa cenderung
rendah dan monoton, ditandai dengan siswa lebih senang diceramahi, siswa
sedikit sekali yang mau bertanya,
sedikit siswa yang mampu menjawab pertanyaan, dan contoh-contoh materi
pelajaran yang diberikan guru
masih kurang terkait dengan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari.
Kondisi
pembelajaran IPA yang demikian akan menimbul dampak kurang menggembirakan terhadap
hasil belajar siswa, dan lebih jauh lagi dapat menimbulkan kesan tidak baik
terhadap pembelajaran IPA seperti pengetahuan
IPA hanyalah bersifat teoretis
semata.
Dengan
menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, mendorong penulis untuk
melakukan penelitian guna mengkaji peningkatan hasil belajar siswa dengan permainan gambar puzzle dalam
pembelajaran IPA pada materi“ Fungsi
Alat Tubuh Manusia Manusia” di kelas IV
SD Negeri Jambo Labu
Suatu inovasi pembelajaran yang menyenangkan dan
bermakna untuk membantu peserta didik mencapai kompetensi melalui pengalaman belajar
kontekstual dengan unsur bermain di dalamnya. Sengaja tindakan ini dipilih
karena siswa sekolah dasar masih menyukai pembelajaran apabila ada unsur
bermain di dalamnya (learning by doing
and playing). Tetapi bermain dalam konteks ini bukan berarti belajar sambil
bermain-main atau belajar hanya sebuah main-main belaka, melainkan bermain
dengan kebermaknaan.
B.
Rumusan
Masalah
Bertitik
tolak dari latar belakang masalah
diatas, maka penulis
merumuskan permasalahnnya sebagi berikut:
Apakah Melalui Permainan Puzzles Pictured Game
Dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Terhadap Materi Fungsi Alat Tubuh Manusia Pada
Siswa Kelas IV
Semester I SD Negeri Jambo Labu
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan
Umum
a.
Untuk
mendapatkan gambaran proses belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Alam yang terjadi
di kelas IV SD Negeri Jambo Labu
b.
Untuk mengetahui
metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran IPA di kelas IV SD
Negeri Jambo Labu .
c.
Untuk
mendapatkan gambaran aktifitas belajar siswa pada pembelajaran IPA di Kelas IV SD
Negeri Jambo Labu dengan menggunakan permainan puzzle
2.
Tujuan
Khusus
a. Untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA yang lebih
kondusif dan efektif.
b. Untuk
meningkatkan motivasi dan minat
siswa dalam belajar IPA.
c. Mengembangkan model dan media pembelajaran yang
menyenangkan dan bermakna.
d. Meningkatkan keberanian siswa dalam mengkomuniklasikan
ide dan gagasan.
e. Menanamkan konsep IPA dalam konteks yang tepat serta
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
D.
Manfaat
Penelitian
Dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
dua manfaat sekaligus, baik secara teoretis maupun praktis sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoretis
a.
Menambah pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang keguruan, terutama mengenai pengelolaan proses
pembelajaran yang efektif.
b.
Menambah wacana pengetahuan di bidang penelitian
tindakan kelas.
2.
Manfaat Praktis
a. Bagi
Siswa
Meningkatkan
aktifitas belajar siswa dan mempermudah mengingat serta memahami konsep-konsep
IPA
b. Bagi
Guru
Meningkatkan
kemampuan guru dalam berkreasi dan berinovasi pada pembelajaran sehingga lebih
efektif dan efisien dalam peranannya sebagai fasilitator dan mediator
c. Bagi
Sekolah
Meningkatkan
profesionalisme guru IPA di Sekolah Dasar dengan menulis penelitian ilmiah yang
memberikan solusi bagi permasalahan pembelajaran IPA.
d. Peneliti,
Sebagai
kegiatan pengembangan profesi pendidik
guna menambah pengalaman dalam melaksanakan tugas dimasa depan.
BAB II
LANDASAN
TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan
Teori
1. Paradigma
Pembelajaran
Paradigma yang lama adalah guru memberikan pengetahuan
memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Guru hanya perlu menuangkan apa
yang diketahuinya ke dalam botol kosong yang siap menerimanya. Banyak guru yang
mengganggap paradigma lama ini sebagai satu-satunya alternatif dalam proses
pembelajaran. Mereka mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa
duduk, diam, dengar, catat dan hafal serta mengadu siswa satu sama lainnya.
Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah.
Kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama tersebut. Teori, penelitian,
dan pelaksanaan pembelajaran membuktikan bahwa para guru sudah harus mengubah
paradigma pembelajarannya. Guru perlu menyusun dan melaksanakan pembelajaran
berdasarkan beberapa pokok pemikiran sebagai berikut:
a.
Pengetahuan
ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa.
Guru menciptakan kondisi dan
situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran
melalui suatu proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu
dapat diproses dan dikembalikan lebih lanjut. (Piaget dalam Dimyati, 2002: 45)
b.
Siswa membangun
pengetahuan secara aktif.
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa,
bukan suatu yang dilakukan terhadap siswa. Siswa tidak menerima pengetahuan dari
guru atau kurikulum secara pasif. Teori semata menjelaskan bahwa siswa
mengaktifkan struktur kognitif mereka dan membangun struktur-struktur baru
(Anderson & Armbruster dalam Dimyati, 2002:45). Jadi penyusun pengetahuan
yang terus menerus menempatkan siswa sebagai peserta yang aktif.
c.
Pengajar perlu
berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa.
Kegiatan belajar mengajar harus lebih menekankan pada
proses mendapatkan suatu konsep daripada hasilnya. Seorang guru yang memiliki
paradigma lama mengklasifikasikan siswa dalam kategori prestasi belajar seperti
dalam penilaian ranking dan hasil-hasil tes. Paradigma baru mengembangkan
kompetensi dan potensi siswa berdasarkan asumsi bahwa usaha dan pendidikan bisa
meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa (Maslow dalam
Dimyati, 2002:46 ).
d.
Pendidikan
adalah interaksi pribadi diantara siswa dan interaksi antara guru dengan siswa.
Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang
tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi siswa. Belajar adalah suatu
proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing
orang berhubungan dengan yang lain serta membangun pengertian dan pengetahuan
bersama (Johnson, Johnson & Smith dalam Dimyati, 2002:46).
2. Prinsip
dan Karakteristik Pembelajaran IPA
a.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu guru dituntut untuk merancang proses pembelajaran yang
melibatkan siswa di dalamnya.
Berikut disajikan 4 (empat) prinsip pembelajaran IPA yang
dikemukakan olah Trianto (2007:104) untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
di sekolah, yaitu:
1)
Memberikan
pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran
berbagai fasis.
2)
Menanamkan
pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan
ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap
kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah.
3)
Latihan
berfikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai
penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa
alam.
4)
Memperkenalkan
dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perencanaan dan pembuatan
alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam
menjawab berbagai masalah.
b.
Karakteristik Mata Pelajaran IPA
Sebelum kita menentukan strategi pembelajaran (tujuan, model
dan evaluasi), sebaiknya kita harus memahami dahulu karaktaristik mata
pelajaran IPA atau sains yang akan kita ajarkan. Dalam sains dipelajari
permasalahan yang berkaitan dengan fenomena alam dan berbagai permasalahan
dalam kehidupan masyarakat. Fenomena alam dan sains dapat ditinjau dari objek,
persoalan, tema dan tempat kejadiannya.
Pembelajaran sains memerlukan kegiatan penyelidikan baik
melalui observasi maupun eksperimen, sebagai bagian dari kerja ilmiah yang
melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah. Selain itu
pembelajaran sains mengembangkan rasa ingin tahu melalui penemuan berdasarkan
pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah. Melalui kerja ilmiah,
peserta didik dilatih untuk memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip,
teori sebagai dasar untuk berfikir kreatif, kritis, analisis dan divergen.
Dengan demikian menurut Indrawati (2008:5) dalam pembelajaran
IPA atau sains, peserta didik dituntut untuk menguasai/memiliki kemampuan
minimal dalam empat hal, yaitu :
1) Menguasai
konsep-konsep IPA
2) Terampil
menggunakan ketrampilan berfikir dan motorik
3) Memiliki
sikap-sikap positif sebagaimana yang dimiliki oleh saintis
4) Mampu
menerapkan konsep IPA dan keterampilan berfikir dalam memecahkan masalah
sehari-hari
3.
Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar
IPA
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu
dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di
tingkat sekolah dasar diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains,
lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar
untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan
kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Pembelajaran
IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja
dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan
hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan kepada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Sesuai
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat Sekolah Dasar, ruang lingkup
bahan kajian IPA untuk meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a.
Makhluk
hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya
dengan lingkungan, serta kesehatan.
b.
Benda/materi,
sifat-sifat dan kegunaanya meliputi: cair, padat dan gas.
c.
Energi
dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat sederhana.
d.
Bumi
dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit
lainya.
4.
Implementasi pembelajaran IPA
Setelah mengenal
empat prinsip pembelajaran IPA dan siap mengimplementasikannya, ada beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan untuk membuat siswa belajar dengan baik, yaitu
lingkungan belajar non fisik. Lingkungan belajar non fisik adalah keadaan
psikologis di sekitar siswa yang diciptakan oleh guru secara sengaja untuk
mendorong siswa belajar.
Faktor-faktor
lain yang perlu mendapat pertimbangan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA
di sekolah, adalah sebagai berikut:
a.
Lingkungan
belajar yang mendukung dan produktif.
Lingkungan
belajar yang mencerminkan prinsip ini adalah sebagai guru harus dapat membangun
hubungan yang positif dengan setiap siswa, mengenal dan menghargai mereka satu
per satu. Guru juga membangun budaya saling menghargai dan saling menghormati
antar siswa baik secara individual maupun kelompok. Guru menggunakan berbagai strategi untuk
meningkatkan keyakinan kepada diri sendiri dan kesediaan mengambil resiko dalam
belajar. Dan terakhir guru perlu menunjukkan rasa aman pada setiap siswa secara
individual melalui dukungan yang terstruktur, penghargaan pada usaha siswa
serta yang dikerjakannya.
Salah
satu yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah pada setiap proses
pembelajaran dimulai dengan mengapresiasi konsepsi siswa tentang konsep-konsep
IPA yang akan dipelajari pada pertemuan itu.
b.
Lingkungan belajar menumbuhkan peningkatan kemandirian, kolaboratif
dan motivasi diri.
Dalam
lingkungan semacam ini sebagai guru, mendorong dan mendukung agar setiap siswa bertanggung jawab atas belajar
mereka masing-masing. Keberhasilan belajar di tangan para siswa sendiri, sebaiknya
ditanamkan. Guru juga membangun berbagai strategi yang dapat menumuhkan
keterampilan kolaborasi yang produktif.
c.
Kebutuhan siswa, perspektif siswa, minat siswa tercermin dalam program
belajar.
Sebagai
guru yang menggunakan berbagai strategi yang fleksibel dan responsive terhadap
tata nilai, kebutuhan dan minat siswa secara individual. Guru juga
mempergunakan berbagai strategi yang mendukung berbagai cara berpikir dan cara
belajar siswa. Disarankan pengajaran
guru didasarkan pada pengalaman serta pengetahuan awal siswa.
d.
Siswa ditantang dan didukung agar mengembangkan kemampuan berpikir
kritis.
Lingkungan
belajar seperti ini dapat terjadi jika guru merancang dan mengimplementsikan suatu
kegiatan yang menumbuhkan belajar yang berkelanjutan, melalui penekanan
hubungan antar gagasan dan konsep, serta menumbuhkan ketrampilan investigasi
dan penyelesaian masalah.
e.
Asesmen merupakan bagian integral dari pembelajaran
Lingkungan
belajar seperti ini tercermin pada asesmen yang dibuat guru dapat mencakup berbagai macam
aspek dari belajar, misalnya dalam bentuk portofolio. Guru juga mengembangkan asesmen
dengan kriteria yang jelas serta terbuka atau transparan. Jangan lupa asesmen
seperti ini mesti mendorong siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri.
Sebaiknya, soal-soal tes baik formatif maupun sumatif bukan menggunakan bahasa
teks dari buku ajar.
f.
Belajar menghubungkan siswa dengan masyarakat dan praktik yang berada
jauh di luar kelas.
Lingkungan seperti ini dapat terwujud
jika guru mendukung siswa terlibat dengan pengetahuan kontemporer dan pengetahuan
praktis di lapangan. Guru juga membuat rencana yang dapat menciptakan hubungan
antara siswa dengan komunitas
sekitarnya.
5.
Hakekat
Hasil Belajar
Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa
hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan
dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah
menjalani proses pembelajaran.
Hasil belajar merupakan suatu prestasi
yang dicapai seseorang dalam mengikuti proses pembelajaran, dengan kata lain
hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri individu yang
belajar. Perubahan yang diperoleh dari hasil belajar adalah perubahan secara
menyeluruh terhadap tingkah laku yang ada pada diri individu. Hasil belajar itu
mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sesuai menurut Bloom yang
dikutip Djaafar (2001:83) menyatakan hasil belajar dibagi dalam tiga ranah atau
kawasan yaitu (1) Ranah Kognitif, (2) Ranah Afektif dan (3) Ranah Psikomotor.
Masing-masing ranah menghasilkan
kemampuan tertentu. Hasil belajar ranah kognitif berorientasi kepada kemampuan
“berpikir” yang mencakup kemampuan memecahkan suatu masalah. Hasil belajar
ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap
hati-hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakkan terhadap sesuatu.
Sedangkan hasil belajar ranah psikomotorik yang berhubungan dengan anggota
tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak.
Menurut Gagne yang dikutip Djaafar
(2001:82) hasil belajar merupakan kapabilitas atau kemampuan yang diperoleh
dari proses belajar yang dapat dikategorikan dalam lima macam, yaitu: (1)
informasi verbal, (2) keterampilan intelektual, (3) Strategi kognitif, (4)
Sikap, dan (5). Keterampilan motorik. Hasil belajar dapat diperoleh dari
interkasi siswa dengan guru atau interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya
yang sengaja dirancang dan direncanakan guru dalam perbuatan mengajar. Sudjana
(2004 : 54) menyatakan hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua
faktor utama yaitu faktor dari dalam diri dan dari lingkungan
Selanjutnya Winataputra (2007:25) lebih
menjelaskan, hasil belajar berupa perilaku atau tingkah laku. Seseorang belajar
akan berubah atau bertambah perilaku, baik yang berupa pengetahuan,
keterampilan motorik atau penguasan nilai-nilai (sikap )
6. Tinjauan
Tentang Permainan Gambar Puzzle
Sebelumnya kita telah mengetahui bahwa permainan dalam
pembelajaran seperti permainan gambar puzzle
adalah salah satu cara yang dapat menarik karena cara ini dapat memotivasi
siswa untuk menyukai pelajaran IPA. Puzzle
Picture menurut Wojowasito dan Poerwadaminta (2004:165) adalah teka-teki
berupa gambar yang dapat merangsang anak untuk berfikir. Hanya saja sebelum
kita mengajarkannya di depan kelas, guru harus mengetahui strategi yang tepat
untuk mengajarkannya. Sebelum kita mengajar harus terlebih dahulu melakukan
persiapan. Salah satunya adalah mengetahui keadaan siswa yang akan diajar dan
mempersiapkan strategi yang tepat serta menarik untuk menghadapinya.
Ada beberapa yang diharapkan siswa setelah guru
memasuki ruangan kelas dan guru nantinya diharapkan dapat memenuhi hal tersebut
sehingga siswa tetap termotivasi untuk belajar. Menurut Ronald. W. Luce (dalam
Suryanto, 2002:207) hal yang diinginkan siswa tersebut adalah: (1) Siswa ingin
kebutuhan pribadinya terpenuhi dalam belajar. Mereka ingin bakat dan
kemampuannya dihargai oleh guru dalam kelas. (2) Siswa ingin gurunya
benar-benar menghargai mereka sebagai “manusia”, yang peduli mereka bukan hanya
guru yang selalu ingin mengevaluasi. (3) Siswa ingin ditantang dengan pelajaran
bukan menjatuhkan mereka. (4) Siswa ingin guru menjaga dan selalu mendukung
mereka mengikuti perkembangnya secara individu. (5) Siswa menyukai guru yang bisa
menyesuaikan diri dengan mereka, humoris dan bisa mengerti humor mereka. (6)
Siswa menyukai cara menerangkan yang jelas dan lengkap serta memberikan contoh-contoh
yang konkrit.
Lana Becker
dan Kent N.
Schneider (dalam Suryanto, 2002:208) menyarankan beberapa peraturan agar
tetap fokus dan termotivasi dalam belajar yaitu: a) menjelaskan kepada siswa
untuk mempelajari materi yang akan diajarkan, b) menyediakan media visual untuk
mendukung materi pelajaran, c) menerangkan materi pelajaran secara logis dan
dapat diterapkan, d) memberikan kegiatan di dalam kelas segera setelah materi
tersebut diajarkan, e) membantu siswa untuk menghubungkan pelajaran yang lalu
dengan pelajaran yang sedang diajarkan, f) menghargai siswa ketika proses
belajar mengajar berlangsung. Apabila siswa merasa dihargai mereka akan
memberikan usaha terbaiknya, dan g) memberikan standar belajar yang tinggi.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa
memberikan materi pelajaran melalui permainan gambar puzzle bertujuan untuk
menarik perhatian siswa dan menjaga motivasinya untuk belajar IPA dan dapat
mengembangkan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kerangka
Berpikir
Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi
aktifitas dan hasil belajar IPA, misalnya kurikulum, media, alat peraga,
strategi dan model pembelajaran. Dengan demikian
salah satu strategi yang cocok dalam proses pembelajaan IPA adalah dengan penerapan
metode permainan puzzle untuk meningkatkan aktifitas belajar pada siswa sebab permainan gambar puzzle adalah salah satu cara yang dapat menarik karena cara ini
dapat memotivasi siswa untuk menyukai pelajaran IPA. Berdasarkan kajiaan teori
di atas penulis dapat menggambarkan kerangka pemeikirannya sebagai berikut.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
C.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan
kajian teoretis dan
kerangka berfikir serta mempertimbangkan konsep yang ada, maka “
Diduga Melalui Permainan Puzzles Pictured Game
Dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Terhadap Materi Fungsi Alat Tubuh Manusia
Pada Siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Jambo
Labu”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting
Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Penelitian ini bertempat di SD
Negeri Jambo Labu yang terletak di Desa
Jambo Labu Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur, dengan alasan penulis bertugas
di sekolah tersebut.
2.
Waktu
Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama ± 4 (empat) bulan yang dimulai
pada bulan Austus s/d November 2013 semester I tahun pelajaran
2012/2013 dengan alasan bertepatan dengan materi yang penulis ajarkan.
B. Subyek
Penelitian
Sebagai subyek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Jambo Labu
Kecamatan Birem Bayeun dengan
jumlah siswanya adalah 26 orang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan. Situasi kelas
yang dijadikan subjek penelitian cukup
memadai.
C. Sumber
Data
Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hasil tes formatif siklus I dan siklus II serta catatan
pengamatan lapangan pada kondisi awal, siklus I dan siklus II serta hasil
pengamatan kelas.
D. Teknik dan
Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi. Instrument yang digunakan untuk melaksanakan penelitian adalah (1)
dokumen observasi tindakan berupa catatan terhadap siswa dalam pembelajaran IPA selama pembelajaran berlangsung,
dokumen tindakan analisis setiap akhir siklus. (2) sumber informasi lain adalah
adalah kolaborator (guru) yang mengamati selama pelaksanaan tindakan. (3)
lembaran test berupa soal yang digunakan untuk melihat penguasaan konsep
–konsep materi pembelajaran tentang sistem pencernaan manusia yang sudah
diajarkan.
Selama proses pembelajaran berlangsung aktivitas siswa
terus diamati oleh observer dan peneliti. Hal-hal yang diamati adalah a) aktif
menyusun gambar puzzle dalam kelompok, b) membaca buku sumber untuk
menyelesaikan tugas dalam lembaran kerja, c) berinteraksi dengan teman
sekelompok dalam menyelesaikan masalah, d) mencatat hasil diskusi dalam
lembaran kerja, e) bertanya dalam diskusi kelas, f) menjawab pertanyaan teman
dalam diskusi kelas, g) membuat kesimpulan hasil diskusi kelas.
E.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dan dideskripsikan sesuai
permasalahan yang ada dalam bentuk laporan hasil penelitian. Rancangan
pembelajaran interaktif dan pemberian tugas kerja kelompok dilakukan validasi
oleh guru
Data hasil observasi keaktifan belajar siswa dianalisi
dengan menggunakan analisis deskriptif sederhana dengan menghitung persentase
peningkatan motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
F. Indikator
Keberhasilan
Indikator
keberhasilan ditentukan setelah peneliti melakukan proses pembelajaran di kelas
sesuai dengan materi yang diajarakan. Di samping itu telah dilakukan tes
formatif setelah pembelajaran selesai.
Adapun
kriteria indikator keberhasilan adalah sebagai berikut.
1.
Apabila
rata-rata hasil ulangan harian siswa dan nilai tes formatif lebih dari 70 (70 %), pembelajaran dapat dikatakan berhasil.
2. Apabila rata-rata hasil ulangan harian kurang dari 70 (70 %), pembelajaran belum berhasil sehingga perlu
dilanjutkan kesiklus 2.
3. Nilai rata-rata adalah jumlah nilai seluruhnya dibagi
banyaknya siswa yang diteliti.
4.
Prosentase
nilai rata-rata adalah jumlah
nilai seluruhnya dibagi banyaknya siswa yang diteliti dan hasilnya dikalikan
seratus persen.
G. Prosedur
Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research) yaitu
tindakan reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Sudarsono
(2002:24) memberikan batasan tentang penelitian tindakan kelas yaitu suatu
bentuk penelitian yang bersifat refleksif dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas
secara profesional. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelas yang
langsung peneliti terlibat di dalamnya atau kelas yang diajar, bertujuan bukan
hanya sebagai solusi untuk mengatasi masalah, tetapi juga melibatkan pengajar
sendiri secara aktif dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran
Penelitian dilakukan melalui empat langkah dalam
setiap siklus penelitian, yaitu perencanaan (planing), tindakan (action),
pengamatan (observation) dan refleksi
(reflection) serta indikator kerja.
Siklus kedua dilakukan mengacu pada siklus sebelumnya dengan menyempurnakan
segala kekurangan yang ada pada siklus pertama tersebut.
Adapun alur penelitian digambarkan sebagai berikut
Siklus
I
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dengan
masing-masing siklus mempergunakan langkah-langkah:
1.
Siklus I
a.
Rencana Tindakan
Guru membuat rencana pembelajaran yang
akan dilaksanakan, kemudian menyiapkan gambar-gambar rangka manusia yang akan
digunakan dalam permainan gambar puzzle. Selain itu juga dipersiapkan lembaran
kerja siswa yang akan memandu siswa dalam kegiatan (kerja). Juga membuat
soal-soal untuk pekerjaan rumah (PR) siswa, sistem penilaian, persiapan buku
pegangan siswa, persiapan soal evaluasi, lembaran observasinya.
b.
Pelaksanaan Tindakan
Guru menjelaskan materi pelajaran tentang
fungsi rangka manusia dan pemeliharaanya sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah dipersiapkan. Selanjutnya memberikan informasi tentang mempergunakan
gambar puzzle yang melibatkan siswa dalam kelompok. Membentuk kelompok belajar
siswa dan siswa menyusun gambar puzzle yang sudah dipersiapkan guru dalam
kelompok masing-masing. Setelah gambar tersusun siswa mengerjakan lembaran
kerja dengan berdiskusi dalam kelompok, guru memberikan penjelasan sehubungan
dengan kesulitan-kesulitan yang dijumpai siswa sambil mengawasi kegiatan siswa
tersebut. Setelah lembaran kerja selesai dikerjakan maka siswa diminta untuk
mempersentasekan hasil pekerjaan di depan kelas dan kelompok yang lain
menanggapi. Pada akhir kegiatan diadakan tes akhir.
c.
Observasi
Observasi dilakukan oleh observer dan
juga peneliti. Semua hal-hal ditemukan ditulis dan direkam oleh peneliti dan
observer.
d.
Refleksi
Untuk mengoreksi kegiatan yang telah
dilakukan diadakan refleksi terhadap hasil yang sudah diperoleh berdasarkan
catatan pengamatan atau rekamannya.
2.
Siklus II
a.
Rencana Tindakan
Dengan berdasarkan hasil refleksi dibuat
rencana pembelajaran untuk siklus II (kedua) guna melanjutkan kegiatan siklus I
(pertama), dengan menyempurnakan tindakan-tindakan sesuai koreksi.
b.
Pelaksanaan
Tindakan
Pada siklus II materi pelajaran
dilanjutkan dengan menyiapkan permainan puzzle gambar-gambar alat indera
manusia dengan materi pembelajarannya adalah tentang fungsai alat indera manusia
dan pemeliharaanya. Siswa bekerja
dalam kelampok menyelesaikan LKS yang sudah disediakan dengan berdiskusi,
memplenokan dan mempertahankan pendapat kelompoknya. Peran guru tetap
berkeliling mengawasi dan memberikan penjelasan apabila siswa mengalami kesulitan.
c.
Observasi
Observasi dlakukan oleh pengamat dan
peneliti, semua temuan dicatat dan direkam sebagai bahan kajian dalam refliksi
nantinya.
d.
Refleksi
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan permainan gambar puzzle, dilanjutkan dengan melaksanakan refleksi
terhadap kegiatan siklus II berdasarkan catatan-catatan pengamat
.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripasi Kondisi Awal
Sebelum dilakukan tindakan, proses
belajar mengajar untuk mata pelajaran IPA masih
terfokus
kepada guru dan kurang terfokus pada siswa. Akibatnya kegiatan belajar mengajar
lebih ditekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran
Kondisi tersebut menjadikan
aktifitas belajar siswa kelas IV cenderung rendah dan
monoton, ditandai dengan siswa lebih senang diceramahi, siswa sedikit sekali
yang mau bertanya,
sedikit siswa yang mampu menjawab pertanyaan, dan contoh-contoh materi
pelajaran yang diberikan guru
masih kurang terkait dengan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari. Hal inilah yang menyebabkan nilai
rata-rata hasil belajar IPA pada Fungsi Alat Tubuh Manusia menjadi rendah yaitu 57,69 seperti tertera
pada tabel di bawah ini.
Tabel
4.1 Data Hasil Belajar Kondisi Awal
No
|
Kriteria
|
Rentang
Nilai
|
Jumlah
|
persentase
|
Rata-Rata
|
1
|
Belum
Mencapai
KKM
|
40 – 69
|
19
|
73,08 %
|
57,69
|
2
|
Sudah
Mencapai
KKM
|
70 – 100
|
7
|
26,92 %
|
Data di atas dapat
diperjelas melalui diagram ven seperti tampak pada gambar di bawah ini
Gambar 4.1
Diagram Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
Nilai tertinggi dan
terendah hasil belajar pada kondisi awal juga dapat penulis paparkan pada tabel
di bawah ini.
Table
4.2 Nilai Tertinggi dan Terendah Kondisi Awal
No
|
Keterangan
|
Nilai
|
1
|
Nilai
Tertinggi
|
75
|
2
|
Nilai
Terendah
|
40
|
3
|
Jumlah
Nilai
|
1500
|
4
|
Nilai
Rata-rata
|
57,69
|
Data
diatas dapat diperjelas melalui diagram batang seperti gambar di bawah ini
Gambar
4.2 Diagram Nilai Tertinggi dan Terendah Kondisi Awal
B.
Deskripsi Tindakan dan Hasil Penelitian Siklus I
- Perencanaan
Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi awal,
penulis bersama peneliti menyusun rencana tindakan untuk memecahkan masalah
yang ditentukan dalam refleksi awal. Perencanaan ini mencakup menyiapkan
rancangan tindakan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, instrument
pengumpul data dalam bentuk perencanaan dan rambu-rambu analisis data (target).
Pelaksanaanya dilakukan dalam dua
kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 x 40 menit.
2. Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan
siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan, masing-masing pertemuan 2 x 40 menit.
Dalam laporan ini akan diuraikan pelaksanaan pembelajaran tindakan siklus I
yang dilaksanakan pada tanggal 13
September 2012 untuk pertemuan pertama dan tanggal 20 September 2012 untuk pertemuan kedua.
a. Pertemuan 1
Pelaksanaan
tindakan pertemuan ke satu siklus I
dilaksanakan pada tanggal 13 September 2012
pukul 09.00 sampai dengan pukul 10.20. WIB
Adapun
pelaksanaan proses pembelajaran pada pertemuan pertama diuraikan sebagai
berikut;
1)
Pada
tahap pendahuluan peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran, yang meliputi tujuan
produk, proses dan afektif.
b) Memotivasi siswa dengan cara menjelaskan pentingnya
materi yang akan dipelajari untuk memahami materi selanjutnya dan menerapkannya
kehidupan sehari-hari.
c) Membagi kelompok secara heterogen dan mendiskusikan
beberapa soal PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
2)
Pada
tahap kegiatan inti peneliti melakukan sebagai berikut:
a)
Peneliti
mengkomunikasikan materi tentang bagian-bagian rangka manusia dengan metode
tanya jawab dan ekspositoris, kemudian setiap kelompok dibagikan potongan
gambar-gambar rangka manusia yang harus mereka rangkai menjadi gambar yang
berarti. Selama proses pembelajaran terjadi komunikasi antara siswa dalam
kelompoknya sekaligus menjawab persoalan-persoalan yang diberikan berkaitan
dengan gambar. Peneliti terus memantau aktivitas belajar siswa dan membantu
mengarahkan ketika ada kelompok yang mengalami kebuntuan (tidak tepat) baik
ketika merangkai gambar ataupun dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan.
b)
Memimpin
diskusi kelas dimana masing-masing wakil kelompok mengemukakan pendapatnya atas
gambar dan persoalan apa yang didapat pada masing-masing kelompok.
3) Pada tahap penutup peneliti melakukan kegiatan sebagai
berikut:
a) Menyimpulkan atas hasil data yang diberikan oleh
masing-masing kelompok.
b) Memberikan persoalan tambahan untuk menghubungkan materi
pelajaran yang diberikan saat itu dengan kehidupan sehari-hari.
c)
Memberikan
PR yang diambil dari soal-soal latihan yang terdapat dalam buku paket atau buku
penunjang lainnya.
b. Pertemuan 2
Pelaksanaan
tindakan pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada hari selasa 20 September
2012 pukul 09.00 sampai dengan pukul 10.20.WIB
Adapun pelaksanaan
proses pembelajaran pada pertemuan kedua diuraikan sebagai berikut;
1) Pada tahap pendahuluan peneliti melakukan kegiatan
sebagai berikut:
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran, yang meliputi tujuan
produk, proses dan afektif.
b) Memotivasi siswa dengan cara menjelaskan pentingnya
materi yang akan dipelajari untuk memahami materi selanjutnya dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
c) Membagi kelompok secara heterogen dan mendiskusikan
beberapa soal PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
2) Pada tahap kegiatan inti penelit melakukan sebagai
berikut:
a) Peneliti mengkomunikasikan materi tentang fungsi rangka
pada manusia dengan metode tanya jawab dan ekspositoris, kemudian setiap
kelompok dibagikan potongan gambar-gambar pada tulang manusia yang harus mereka
rangkai menjadi gambar yang berarti. Selama proses pembelajaran terjadi
komunikasi antara siswa dalam kelompoknya sekaligus menjawab
persoalan-persoalan yang diberikan guru berkaitan dengan gambar. Peneliti terus
memantau aktivitas belajar siswa dan membantu mengarahkan ketika ada kelompok
yang mengalami kebuntuan (tidak tepat) baik ketika merangkai gambar ataupun
dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan.
b) Memimpin diskusi kelas dimana masing-masing wakil
kelompok mengemukakan pendapatnya atas gambar dan persoalan apa yang didapat
pada masing-masing kelompok.
3) Pada tahap penutup peneliti melakukan kegiatan sebagai
berikut:
a) menyimulkan atas hasil data yang diberikan oleh
masing-masing kelompok.
b) Memberikan persoalan tambahan untuk menghubungkan materi
pelajaran yang diberikan saat itu dengan kehidupan sehari-hari.
c) Memberikan PR yang diambil dari soal-soal latihan yang
terdapat dalam buku paket atau buku penunjang lainnya
- Observasi /Pengamatan
Berdasarkan data
hasil pengamatan, diskusi dengan observer yang berasal dari teman sejawat dan
hasil tes akhir siklus I, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a. Belajar IPA dengan menggunakan permainan gambar puzzle
terlihat lebih baik dalam proses belajar di kelas, aktivitas siswa mulia
meningkat dalam kegiatannya, peneliti/guru belum menjadi fasilitator dan
motivator bagi seluruh siswa, kerja sama kelompok belum maksimal dan siswa
masih malu-malu untuk mengemukakan pendapatnya.
b. Siswa yang pandai kelihatannya lebih dominan dalam
aktivitas kelompok, guru kelihatannya kurang memotivasi siswa-siswa yang berada
di level bawah untuk bisa memunculkan potensinya.
c. Gambar puzzle yang diberikan hanya satu untuk tiap-tiap
kelompok (dengan jumlah anggota kelompok 5 siswa) sehingga waktu yang diberikan
banyak tersisa dan hal ini mengakibatkan munculnya sikap negatif dari beberapa
orang siswa.
d. Dari hasil pengamatan observer tergambar belum seluruh
siswa aktif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan permainan puzzle hal
ini dibuktikan dengan hanya beberapa siswa ikut aktif dalam kegiatan kelompok.
(lihat foto aktifitas siswa pada lampiran)
Hasil belajar IPA pada
Materi Rangka Manusia yang ditunjukkan
melalui hasil tes akhir siklus I, terdapat 11 siswa yang memiliki nilai dibawah 70 dengan nilai terendah 50 dan tertinggi 85,
rata-rata 68,46.
Berikut hasi
belajar setelah diberikan tindakan pada siklus I secara lengkap dapat penulis
paparkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3
Data Hasil Belajar Siklus I
No
|
Kriteria
|
Rentang
Nilai
|
Jumlah
|
persentase
|
Rata-Rata
|
1
|
Belum
Mencapai
KKM
|
40 – 69
|
11
|
42,31 %
|
68,46
|
2
|
Sudah
Mencapai
KKM
|
70 – 100
|
15
|
57,69 %
|
Data di atas dapat
diperjelas melalui diagram ven seperti tampak pada gambar di bawah ini
Gambar
4.3 Diagram Ketuntasan Belajar Siklus I
Nilai tertinggi dan
terendah hasil belajar pada siklus I juga dapat penulis paparkan pada tabel di
bawah ini
Table 4.4
Nilai Tertinggi dan Terendah Pada Siklus I
No
|
Keterangan
|
Nilai
|
1
|
Nilai
Tertinggi
|
85
|
2
|
Nilai
Terendah
|
50
|
3
|
Jumlah
Nilai
|
1780
|
4
|
Nilai
Rata-rata
|
68,46
|
Data diatas dapat
diperjelas melalui diagram batang seperti gambar di bawah ini
Gambar 4.4 Diagram Nilai Tertinggi dan Terendah Pada Siklus I
- Analisis
dan Refleksi Siklus I
Analisis dan refleksi ini dilakukan setelah
pembelajaran berlangsung, observer/pengamat
dan peneliti berdiskusi tentang
kelemahan-kelemahan yang berkaitan dengan
pembelajaran pada siklus I.
Berdasarkan hasil
refleksi di atas, maka perlu dicarikan alternatif perbaikan dari permasalahan
yang timbul dengan menyempurnakan tindakan yang dipilih dan meningkatkan
keadaan yang telah baik pada siklus I.
C. Deskripsi Tindakan
dan Hasil Penelitian Siklus II
1.
Perencanaan Tindakan
Perencanaan ini mencakup menyiapkan
rancangan tindakan yang sudah
direvisi dalam mengantisipasi kelemahan-kelemahan pada siklus I
Pelaksanaanya dilakukan dalam dua kali
pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 x 40 menit.
2.
Pelaksanan Tindakan
Siklus II
dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, masing-masing pertemuan 2 x 40 menit.
Dalam laporan ini akan diuraikan pelaksanaan pembelajaran tindakan siklus II
yang dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober
2012 untuk pertemuan pertama dan tanggal 18 Oktober 2012 untuk pertemuan kedua. Pada dasarnya pelaksanaan
proses pembelajaran pada sikus II sama halnya dengan siklus I. Pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan pada siklus II adalah melakukan perbaikan dalam
proses pembelajaran.
a.
Pertemuan 1
Pelaksanaan
tindakan pertemuan ke satu siklus II
dilaksanakan pada 11 Oktober 2012 pukul
09.00 sampai dengan pukul 10.20.WIB
Adapun pelaksanaan
proses pembelajaran pada pertemuan pertama diuraikan sebagai berikut;
1)
Pada
tahap pendahuluan peneliti/guru melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran, yang meliputi tujuan
produk, proses dan afektif.
b) Memotivasi siswa dengan cara menjelaskan pentingnya
materi yang akan dipelajari untuk memahami materi selanjutnya dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
c) Membagi kelompok secara heterogen dan mendiskusikan
beberapa soal PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
2) Pada tahap kegiatan inti guru melakukan sebagai berikut:
a) Guru mengkomunikasikan materi tentang fungsi alat indera manusia dengan metode tanya jawab dan
ekspositoris, kemudian setiap kelompok dibagikan potongan gambar-gambar alat
indera manusia yang harus mereka rangkai menjadi gambar yang berarti. Selama
proses pembelajaran terjadi komunikasi antara siswa dalam kelompoknya sekaligus
menjawab persoalan-persoalan yang diberikan guru berkaitan dengan gambar. Guru
terus memantau aktivitas belajar siswa dan membantu mengarahkan ketika ada
kelompok yang mengalami kebuntuan (tidak tepat) baik ketika merangkai gambar
ataupun dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan.
b)
Memimpin
diskusi kelas dimana masing-masing wakil kelompok mengemukakan pendapatnya atas
gambar dan persoalan apa yang didapat pada masing-masing kelompok.
3)
Pada
tahap penutup guru melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) menyimulkan atas hasil data yang diberikan oleh
masing-masing kelompok.
b) Memberikan persoalan tambahan untuk menghubungkan materi
pelajaran yang diberikan saat itu dengan kehidupan sehari-hari.
c) Memberikan PR yang diambil dari soal-soal latihan yang
terdapat dalam buku paket atau buku penunjang lainnya.
b. Pertemuan 2
Pelaksanaan
tindakan pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2012
pukul 09.00 sampai dengan pukul 10.20.
Adapun pelaksanaan
proses pembelajaran pada pertemuan kedua diuraikan sebagai berikut;
1) Pada tahap pendahuluan guru melakukan kegiatan sebagai
berikut:
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran, yang meliputi tujuan
produk, proses dan afektif.
b) Memotivasi siswa dengan cara menjelaskan pentingnya
materi yang akan dipelajari untuk memahami materi selanjutnya dan menerapkaannya
dalam kehidupan sehari-hari.
c) Membagi kelompok secara heterogen dan mendiskusikan
beberapa soal PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
2) Pada tahap kegiatan inti guru melakukan sebagai berikut:
a) Guru mengkomunikasikan materi tentang pemeliharaan alat
indera manusia dengan metode tanya jawab dan ekspositoris, kemudian setiap
kelompok dibagikan LKS yang harus mereka
jawab dengan mendiskusikan bersama anggota kelompoknya. Selama proses pembelajaran
terjadi komunikasi antara siswa dalam kelompoknya sekaligus menjawab
persoalan-persoalan yang diberikan guru berkaitan dengan gambar. Guru terus
memantau aktivitas belajar siswa dan membantu mengarahkan ketika ada kelompok
yang mengalami kebuntuan dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan.
b) Memimpin diskusi kelas dimana masing-masing wakil
kelompok mengemukakan pendapatnya atas apa yang didapat pada masing-masing
kelompok.
3) Pada tahap penutup guru melakukan kegiatan sebagai
berikut:
a) menyimpulkan atas hasil data yang diberikan oleh
masing-masing kelompok.
b) Memberikan persoalan tambahan untuk menghubungkan materi
pelajaran yang diberikan saat itu dengan kehidupan sehari-hari.
c) Memberikan PR yang diambil dari soal-soal latihan yang
terdapat dalam buku paket atau buku penunjang lainnya
- Observasi/Pengamatan
Berdasarkan
data hasil pengamatan, hasil tes akhir siklus II dan diskusi anggota peneliti,
ternyata pembelajaran IPA pada materi ” Alat Indera Manusia” melalui penggunaan
permainan gambar puzzle memberi manfaat yang cukup baik. Hal ini dapat disimpulkan
sebagai berikut :
a. Aktivitas siswa tampak baik dimana mereka lebih sibuk
menyusun gambar secara berkelompok, kemudian berusaha dengan sungguh-sungguh
menyelesaikan soal dalam lembaran kerja yang diberikan guru.
b. Siswa yang pandai tidak lagi menonjol dalam kelompok,
guru sudah berhasil memotivasi siswa yang berada pada level bawah untuk bisa
lebih aktif dalam mengemukakan pendapatnya. (lihat foto aktifitas siswa terlampir)
c. Suasana kelas sudah lebih terkontrol, karena pada siklus
II kegiatan belajar siswa dibagi 4 kelompok. Masing-masing kelompok mengerjakan
1 gambar puzzle dan jumlah anggota tiap kelompok 5 orang. Sehingga waktu untuk
mengerjakan tugas lebih lama.
d. Berdasarkan hasil pengamatan observasi, siswa lebih
menyukai pembelajaran menggunakan gambar puzzle. Hal ini dibuktikan dengan
seluruh siswa terlibat aktif mengerjakan tugas yang diberikan guru dan semangat
sekali untuk menemukan jawaban lembaran kerja dengan membaca buku sumber.
Hasil belajar
siswa yang ditunjukkan dengan nilai siswa hasil tes pada akhir siklus II
ternyata dari 26 jumlah siswa, hanya 1 orang siswa (3,85 %) yang memperoleh nilai dibawah 70, skor terendah 65
dan tertinggi 100 dengan nilai rata-rata 79,75.
Berikut hasi belajar setelah diberikan tindakan pada
siklus II secara lengkap dapat penulis paparkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5
Data Hasil Belajar Siklus II
No
|
Kriteria
|
Rentang
Nilai
|
Jumlah
|
persentase
|
Rata-Rata
|
1
|
Belum
Mencapai
KKM
|
40 – 69
|
1
|
3,85 %
|
80,19
|
2
|
Sudah
Mencapai
KKM
|
70 – 100
|
25
|
96,15 %
|
Data di atas dapat
diperjelas melalui diagram ven seperti tampak pada gambar di bawah ini
Gambar
4.5 Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II
Nilai tertinggi dan
terendah hasil belajar pada siklus II juga dapat penulis paparkan pada tabel di
bawah ini
Table 4.6
Nilai Tertinggi dan Terendah Pada Siklus II
No
|
Keterangan
|
Nilai
|
1
|
Nilai
Tertinggi
|
100
|
2
|
Nilai Terendah
|
65
|
3
|
Jumlah Nilai
|
2085
|
4
|
Nilai Rata-rata
|
80,19
|
Data diatas dapat
diperjelas melalui diagram batang seperti gambar di bawah ini
Gambar 4.6 Diagram Nilai Tertinggi dan Terendah Pada Siklus II
- Analisis
dan Refleksi Siklus II
Analisis dan refleksi ini dilakukan
setelah pembelajaran berlangsung,
observer/pengamat dan peneliti berdiskusi tentang kemajuan yang berkaitan
dengan pembelajaran pada siklus II.
Dari analisis data diatas,
sudah tergambar adanya peningkatan hasil belajar IPA pada materi Rangka dan
Alat Indera hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya nilai rata-rata siswa mulai dari kondisi awal, siklu I hingga ke
siklus II
Berdasarkan hasil
observasi di atas, maka peneliti beserta pengamat memutuskan unutk menghentikan
penelitian ini pada siklus II karena sudah dianggap berhasil dan KKM yang
ditetapkan yaitu 70,00 sudah tercapai. Namun demikian peneliti berusaha terus
untuk lebih meningkatkan hasil belajar dengan penerapan inovasi-inovasi baru
pada proses pembelajaran.
D. Pembahasan
Tiap Siklus dan Antar Siklus
Aktivitas
siswa pada siklus pertama sudah bergeser dari kondisi awal sebelum dilakukan
tindakan namun belum maksimal. Pada kegiatan menyusun gambar puzzle belum
diikuti oleh seluruh anggota kelompok. Masih ada siswa yang tidak mau tahu
dengan apa yang dikerjakan teman dan menerima saja hasil yang sudah dibuat
temannya.
Kegiatan
kerjasama ataupun diskusi yang dilaksanakan pada siklus I masih didominasi oleh
beberapa orang siswa. Siswa yang tampil berbicara itu ke itu saja dan siswa
yang berada di level bawah masih malu-malu untuk mengungkapkan pendapatnya.
Sedangkan
pada siklus II siswa menjadi lebih aktif, termotivasi, lebih tertantang untuk
belajar, muncul sikap positif dan berkurang sikap negatifnya. Siswa lebih
sering aktif ikut menyusun gambar puzzle, berinteraksi dengan teman sekelompok
dan peduli dengan temannya, aktif dalam diskusi kelas serta tekun membaca buku
sumber untuk menyelesaikan soal-soal dalam LKS.
Belajar
sambil bermain itulah gambaran proses belajar mengajar yang teramati dalam
penelitian ini, siswa menjadi semangat dalam belajar, suasana kelas menjadi
hidup, guru sudah bisa menjadi fasilitator dan motivator. Lebih penting lagi
terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep materi pelajaran.
Disamping
itu pola pembentukan kelompok yang memadukan antara pertimbangan guru dengan
kemampuan siswa serta keinginan siswa menghasilkan kelompok yang harmonis.
Antara siswa yang pandai dengan yang kurang pandai terjalin hubungan yang baik
sehingga terjadi saling membantu dalam kegiatan diskusi. Pada akhirnya terjadi
peningkatan hasil belajar siswa setelah tes hasil belajar dilakukan guru.
Hasil tes akhir
belajar pada kondisi awal sebelum diberikan tindakan hanya mencapai nilai
rata-rata 57,69 dengan ketuntasan belajar hanya sebesar 26,92 % (7 siswa) yang
sudah mencapai KKM. Pada tes akhir belajar siklus I mulai adanya peningkatan yaitu rata-rata nilai
siswa 68,46 dengan ketuntasan belajar sebesar 57,69 % (15 siswa). Ini berarti belum mencapai KKM yang sudah ditetapkan
yaitu 70,00. Oleh sebab itu peneliti perlu melanjutkan siklus II dengan memperbaiki
proses pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi kegiatan siklus pertama.
Pada siklus kedua
rata-rata nilai siswa sudah mencapai 80,19, ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran
siklus II sudah menunjukkan peningkatan yang sangat tajam, dimana ketuntasan
belajar sudah dicapai bahkan melebihi target yang ditetapkan. Semua ini
disebabkan oleh keterlibatan dan kesungguhan siswa dalam berdiskusi semakin
tinggi. Peneliti/guru sudah berhasil memotivasi siswa sehingga minatnya semakin
baik dalam diskusi untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari pencapian
hasil belajar yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada kelas IV semester
I SD Negeri Jambo Labu Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur adalah sebagai berikut:
1.
Pembelajaran
melalui Permainan Puzzles Pictured Game dapat
meningkatkan pemahaman konsep pada mata pelajaran IPA khusunya materi ” Fungsi Alat
Tubuh Manusia”
2.
Melalui
media gambar puzzle dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan kerjasama antar siswa
serta hasil belajarnya.
3.
Guru
mendapat kemudahan dalam berkreasi dan berinovasi pada pembelajaran, lebih
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4.
Aktivitas
siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan seiring dengan semakin
optimalnya pelaksanaan pembelajaran dengan permainan gambar puzzle.
5.
Aktivitas
siswa berupa penyelesaian tugas-tugas pembelajaran secara kelompok sangat
dipengaruhi oleh susunan anggota kelompok.
6.
Aktivitas siswa
membaca buku dalam pembelajaran IPA mendorong meningkatnya kemampuan bertanya
dan menanggapi pertanyaan teman dalam berdiskusi.
7.
Suasana
pembelajaran lebih variatif, tidak monoton, dan menambah minat siswa untuk
mencari tahu tentang konsep-konsep materi ” Fungsi Alat Tubuh Manusia” pada pembelajaran
IPA.
B. Saran
Mengacu kepada
hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka dapat diajukan saran-saran
sebagai berikut:
1.
Pembelajaran
IPA agar diupayakan lebih mengutamakan mendorong siswa secara aktif
2.
Permainan
gambar puzzle dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru untuk
meningkatkan pemahaman konsep bagi siswa dalam mata pelajaran IPA.
3.
Sebaiknya
guru menyiapkan beberapa alternatif gambar yang menarik untuk digunkan dalam
proses pembelajaran.
4.
Bahan
bacaan atau sumber belajar IPA perlu diupayakan guru agar lebih sesuai dengan
kompetensi yang dituntut kurikulum.
5.
Agar
aktivitas siswa dalam pembelajaran terpantau lebih baik, perlu dikembangkan
instrumen yang benar-benar dapat mencakup seluruh aktivitas pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Darmansyah
, 2006. Tekhnik Belajar Yang Menyenagkan. Jakarta. Rineka Cipta
Dimyati. 2002. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Dikmenum. 2003. Menjadi Guru Yang
Terampil. Jakarta: Direktorat Menengah Umum Ditjen Pendidikan dasar dan
Menengah. Depdiknas.
Djaafar, 2001.
Belajar dan
Pembelajaran . Jakarta Erlangga
Haryanto. 2004. Sains Jilid 4
Untuk Kelas IV Sekolah Dasar. Jakarta: Erlangga.
Hamalik, Umar. 2002. Psikologi
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Iskandar, Srini. 2002. Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdikbud.
Indrawati, 2008. Karakteristik
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta. Erlangga.
Nasution, S.2002. Berbagai
Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto.2005. Belajar dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudarsono, F.X. 1992. Action
Research. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana 2004.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Hasil Belajar. Jakarta.
Rineka Cipta
Suryosubroto, B. 1996. Proses
Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suryanto, 2002. Pembelajaran Dengan Permainan Gambar Puzzle. Jakarta.
Rineka Cipta.
Trianto, 2007. Prisip-Prinsip
Pembelajaran IPA Jakarta. Erlangga
Usman , 2002 Tujuan Pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar. Jakarta.
Erlangga.
Winataputra 2007.
Beberapa
Penyebab Rendahnya Hasil belajar. Bandung Sinar
Baru
Wojowasito, Poerwadaminta..2004. Belajar
Sambil Bermain. Jakarta. Rineka Cipta
Zamroni. 2003. Paradigma
Pendidikan Masa Depan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah. Depdiknas.