Manfaat yang diharapkan dari hasil pembahasan ini adalah dapat
memberikan informasi tentang pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan
hasil belajar matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran IPA di SD
Pengertian: Sains merupakan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsipprinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
Pendidikan Sains di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari
tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam
sekitar. (Depdiknas, 2003 : 2).
Siswa sekolah dasar seperti yang diungkapkan tokoh p sikologis
ternama Jean Piaget, tengan berada pada fase operassional konkrit. semua pola
piker anak usia SD berdasarkan dari pengalaman dan contoh benda nyata. Anak
usia 7-12 tahun sulit untuk berfikir dengan sesuatu yang bersifat abstrak. Anak Usia SD senang jika pembelajaran di
kelas dirancang supaya anak dapat melihatt, melakukan sesuatu, dan langsung
terlibat dalam pembelajaran sehingga mempermudah siswa dalam mengkontruksikan
konsep atau materi yang diajarkan.
Pada Hakikatnya siswa sekolahh dasar memiliki sifat yang unik pada
setiap individunya. sefat-sifat tersebut memang muncul ecara alamiah sesuai
dengan tahap perkembangannya. sifat-sifat dibawah inilah yang terjadi ketika
guru mengajar
1. sangat ingin tahu segala
sesuatu yang ada dalam dunia realitas sekitarnya,
2. tidak lagi swemata-mata
tergantung pada orang yang lebih tua.
3. suka melakukan
kegiatan-kegiatan yang berguna terhadap lingkungannya.
4. telah dapat melakuka
kompetisi dengan sehat.
5. sudah mulai muncul
kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar harusnya sangat
memperhatikan sifat unik dari tahap perkembangan siswa tersebut. Pembelajaran
IPA yang cenderung menitikberatkan pada konsep, proses dan hasil harus
melibatkan peras aktif siswa dalam pembelajarannya, agar konsep-konsep yang ada
dalam matapelajaran IPA yang bersifat abstrak dapat dicerna dengan mudah oleh
pemikiran siswa yang berpola konkrit.
B. Fungsi Pembelajaran IPA
Menurut Kurikulum
Pendidikan Dasar (Depdikbud
1993/1994:97-98) Mata
Pelajaran IPA berfungsi
untuk: (1) Memberikan
pengetahuan tentang berbagai jenis dan
perangai lingkungan alam
dan lingkungan buatan
yang berkaiatan dengan
pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. (2)
Mengembangkan keterampilan proses. (3) Mengembangkan wawasan, sikap dan
nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas
kehidupan sehari-hari. (4) Mengembangkan kesadaran
tentang adanya hubungan
keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan
teknologi dengan keadaan lingkungan di sekitarnya dan
pemanfaatannya bagi kehidupan
sehari-hari. (5) Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan
ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna
dalam kehidupan sehari-hari
maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
C. Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan pemberian
mata pelajaran IPA
atau sains munurut
Sumaji (1998:35) adalah agar
siswa mampu memahami
dan menguasai konsep
- konsep IPA
serta keterkaitan dengan kehidupan
nyata. Siswa juga
mampu menggunakan metode ilmiah
untuk memcahkan masalah
yang dihadapinya, sehingga
lebih menyadari dan mencintai
kebesaran serta kekuasaan
Penciptanya. Pengajaran IPA
menurut Depdikbud (1993/1994:98-99) bertujuan agar siswa:
a. Memahami konsep-konsep
IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari sehari.
b. Memiliki
keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan, dan
ide tentang alam di sekitarnya.
c.Mempunyai minat untuk
mengenal dan mempelajari
benda-benda serta peristiwa di lingkungan sekitar.
d.Bersikap ingin tahu,
tekun, terbuka, kritis,
mawas diri, bertanggungjawab, bekerjasama
dan mandiri.
e. Mampu menerapkan berbagai macam konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
f. Mampu menggunakan
teknologi sederhana yang
berguna untuk memecahkan suatu
masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
g. Mengenal dan memupuk rasa
cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran
dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut
Kurikulum Pendidikan Dasar
dalam Garis-garis Besar
Program Pengajaran (GBPP) Sekolah
Dasar dinyatakan bahwa
tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah
sebagai berikut:
a. Menanamkan rasa ingin
tahu dan suatu sikap
positif terhadapteknologi dan masyarakat.
b. Mengembangkan
keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
c. Menanamkan pengetahuan
dan pemahaman konsep-konsep
sains yang akan bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Mengembangkan kesadaran
tentang peran dan
pentingnya sains kehidupan sehari-hari.
e. Mengalihgunakan pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman
kebidang pengajaran lainnya.
f. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan
alam.
g. Menghargai ciptaan Tuhan
akan lingkungan alam. Maksud dan tujuan tersebut adalah agar anak memiliki
pengetahuan tentang gejala alam dan berbagai jenis dan peran
lingkungan alam dari
lingkungan buatan dengan
melalui pengamatan agar anak
tidak buta dengan
pengetahuan dasar mengenai
IPA atau Sains.
D. Ruang Lingkup Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) atau Sains
Ruang lingkup mata pelajaran Sains meliputi dua aspek:
a. Kerja Ilmiah
yang mencakup: penyelidikan/penelitian, berkomunikasi
ilmiah, pengembangan kreativitas dan
pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah.
b. Pemahaman Konsep dan
Pemanfaatannya mencakup:
1) Makhluk hidup dan proses
kehidupannya yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya.
2) Benda/materi, sifat-sifat
dan kegunaannya meliputi: cair, padat, gas.
3) Energi dan perubahannya
meliputi: gaya, bunyi,
panas, magnet, listrik, cahaya, dan
pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam sekitarnya meliputi: tanah, bumi, tatasurya dan
benda-benda langit lainnya.
5) Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat merupakan
penerapan konsep sains dan
saling keterkaitannya dengan
lingkungan, teknologi, dan masyarakat melalui pembuatan
suatu karya teknologi
sederhana termasuk merancang dan membuat. IPA
atau sains di
SD diberikan sebagai
mata pelajaran sejak
kelas III sedang kelas
I dan II
tidak diajarkan sebagai
mata pelajaran yang
berdiri sendiri, tetapi diajarkan
secara sistematis.
Karena di
dalam penelitian ini yang dikaji
bahan mata pelajaran
kelas V maka
di bawah ini
konsep-konsep pengembangan pengetahuan IPA atau sains di kelas V semester
I yaitu Benda dan Sifatnya.
E. Pembelajaran Model Cooperative Learning atau Kooperatif
“Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistim pengelompokan
/ tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).
Sistim penilaian dilakukan terhadap kelompok dan memperoleh penghargaan
(reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan
demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif.
Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab
individu terhadap kelompok dan ketrampilan interpersonal dari setiap anggota
kelompok” (Wina Sanjaya, 2006 : 240).
Sedangkan Johnson (Lie, 2003:17) “cooperative
learning adalah kegiatan pembelajaran secara kelompok yang terstruktur.
Siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai kepada pengalaman kegiatan belajar
yang optimal, baik secara individu maupun kelompok”. Pembelajaran kooperatif
menurut Nurhadi (2004:112) adalah “pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar”
Nur (2005: 1) “Model pembelajaran kooperatif dapat
memotivasi seluruh siswa,memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambiltanggung
jawab.” Berdasarkan pendapat tersebut diatas, pembelajarankooperatif dapat
menimbulkan rasa gotong royong yang tinggi, tidak membeda-bedakan antar ras dan
intelegensi, melatih siswa berpikir aktif dan kreatif.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kelompok yang terstruktur
untuk mencapai suatu tujuan yaitu hasil belajar akademik, menerima terhadap
keragaman dan pengembangan terhadap ketrampilan sosial.
Banyak guru
telah melaksanakan metode belajar kelompok, dengan membagi para siswa dan
memberikan tugas kelompok. Namun hasil kegiatannya tidak seperti yang
diharapkan. Siswa tidak memanfaatkan kegiatan tersebut dengan baik dan kreatif
untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mereka. Para siswa tidak dapat
bekerja sama secara efektif dalam kelompok, malah memboroskan waktu dengan
bermain, bergurau, duduk diam, bahkan ada kalanya siswa memanfaatkan kesempatan
ini untuk mengerjakan tugas mata pelajaran yang lainnya. Pada waktu yang sama
ada beberapa siswa mendominasi kelompoknya. Seperti dikatakan Roger dan David
Johnson “tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperatif learning.” Untuk
mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus
diterapkan yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawa perseorangan,
tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok Pendapat
tersebut di atas adalah yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan
pembelajaran kelompok tradisional. Adapun unsur-unsur atau elemen tersebut
seperti yang dinyatakan Abdurrahman & Bintoro (Nurhadi ,2004:112) adalah
sebagai berikut:
a.
Saling ketergantungan positif, dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan
suasana yang mendorong siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling
membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling
ketergantungan dapat dicapai melalui : saling ketergantungan mencapai tujuan,
saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber,
saling ketergantungan peran, dan saling ketergantungan hadiah.
b.
Interaksi tatap muka, interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka
dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan
dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih
mudah belajar dari sesamanya.
c.
Akuntabilitas individual, pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam
belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual
selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok
mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar
semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan
demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata
penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan
akuntabilitas individual.
d.
Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, keterampilan sosial seperti
tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik
teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,
mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar
pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi
secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar
pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.
Dari pendapat diatas pembelajaran kooperatif
mempunyai beberapa keuntungan antara lain: dapat meningkatkan kepekaan dan
kesetiakawanan sosial, memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial,
menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois, meningkatkan rasa
saling percaya. meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa
lebih baik, membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
Selain beberapa keuntungan diatas pembelajaran kooperatif memposisikan siswa
sebagai manusia yang memiliki pengetahuan lewat pengalaman hidupnya, sehingga
dalam menerima informasi tidak hanya dari guru melainkan lingkungan yang
memiliki suatu peran besar dalam membentuk kepribadian siswa. Siswa akan
menggali kepedulian khususnya terhadap lingkungan, jika pendekatan yang
dipergunakan dalam pembelajaran kooperatif ini berorientasi lingkungan.
Lingkungan sekeliling sebagai pusat kegiatan. Guru sebagai fasilitator yang
membimbing kegiatan pembelajaran siap melayani pertanyaan atau perdebatan.
Dalam pembelajaran ini diharapkan guru dapat
menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari
kegiatan yang telah mereka lakukan dan amati melalui pembelajaran. Pembelajaran
ini lebih menekankan pada proses daripada hasil dengan asumsi mengembangkan
kompetensi dan potensi siswa melalui pendidikan.
Tabel 1. Sintak
Pembelajaran Kooperatif
Fase
|
Tingkal Laku Guru
|
|
1. Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru
menyampaikan semua tujuan pelajaran memotivasi siswa belajar.
|
|
2. Menyajikan
informasi
|
Guru
menyajikan informasi dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan
|
|
3.
Mengorganisasikan siswa kedalam
kelompok-kelompok belajar
|
Guru
menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
|
|
4. Membimbing
kelompok kerja
|
Guru
membimbing kelompok-kelompok kerja pada saat mereka mengerjakan tugas
|
|
5. Evaluasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentassikan hasil kerjanya.
|
|
6. Memberikan
penghargaan
|
Guru mencari
cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
|
|
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif langkah
(fase) dapat bervariasi disesuaikan dengan pendekatan (model) yang digunakan.
Adapun salah satu contoh langkah langkah (sintak) model pembelajaran
kooperatif. diantaranya: model pembelajaran kooperatif seperti TGT (Team Game Tournament), Jigsaw I,
Jigsaw II, STAD,TPS (think Paer Sare),
Team Pair Solo, TAI, GI (Group Investigation).
F. Hasil Belajar
Menurut Oemar Hamalik (http://definisi-pengertian.blgospot.com)
“hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut”. Perubahan tersebut misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (http://definisi pengertian.blgospot.com) “hasil belajar dalam
rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif,
dan psikomotor”. Perinciannya adalah sebagai berikut:
a.
Ranah
Kognitif
Ranah kognitif merupakan perilaku
siswa dalam upaya mengenal dan memahami materi pelajaran. Adapun ranah kognitif
ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu:
1)
Pengetahuan,
merupakan kemampuan pengetahuan jenjang yang paling rendah dalam kognitif.
Kemampuan pengetahuan merupakan kemampuan siswa untuk mengingat atau menghapal sesuatu yang
pernah dipelajari sebelumnya. Yang ditentukan disini adalah pengenalan kembali
terhadap
sesuatu berupa fakta, istilah
prinsip, teori, proses, dan pola struktur.
2)
Pemahaman,
jenjang kemampuan ini menunjukkan kepada kemampuan
berfikir siswa untuk memahami
bahan-bahan atau materi yang akan dipelajari. Dengan kemampuan ini siswa mampu
menterjemahkan dan mengorganisasikan bahan-bahan yang diterima kedalam bahasa
sendiri.
3)
Penerapan,
merupakan kemampuan untuk menggunakan teori-teori, prinsip-prinsip, dan
rumus-rumus dalam situasi tertentu atau dalam situasi yang kongkrit.
4)
Analisis,
adalah kemampuan untuk menguraikan suatu keseluruhan atau suatu
sistem
hubungan
ke
dalam
unsur-unsur
yang
membentuknya, mengidentifikasi
hubungan antara unsur-unsur dan cara unsur-unsur itu
diorganisasikan.
5)
Sintesis,
merupakan kemampuan siswa untuk memadukan atau menyatukan
bagian atau unsur-unsur secara
logis menjadi suatu peta struktur yang menunjukkan suatu keseluruhan.
6)
Penilaian,
merupakan jenjang kemampuan kognitif yang paling kompleks,
menunjukkan pada kemampuan
siswa untuk mempertimbangkan suatu ide, situasi, nilai-nilai, metode berdasarkan suatu
aturan atau kriteria tertentu.
b.
Ranah Afektif
Berkenaan dengan
sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima,
menjawab atau merespon, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu
nilai atau kompleks nilai yaitu sebagai berikut.
1) Menerima, merupakan tahap yang paling mendasar dari
perilaku afektif, siswa menyadari akan suatu fenomena yang menjadi stimulus baginya,
ia
menerima dan memperhatikan
stimulus tersebut.
2)
Menjawab
atau merespon, pada tahap ini secara internal siswa melibatkan diri
dan berpartisipasi aktif
terhadap sesuatu yang menjadi stimulus baginya. Siswa berkeinginan dan memiliki perasaan untuk
merespon.
3) Menilai, pada tahap ini siswa sudah memberikan nilai
tertentu pada sesuatu yang diterimanya. Siswa tidak hanya menerima atau menyetujui
tetapi sudah memberikan
penghargaan dan makna tertentu serta menjalin keterikatan.
4)
Organisasi,
pada tahap ini siswa mengekspresikan suatu nilai yang sudah
dimiliki. Karena setelah siswa
memberikan penghargaan makna tertentu terhadap sesuatu yang ia terima, kemudian ia
mengorganisasikan ke dalam sistem dan struktur nilai yang ia terima.
5)
Karakterisasi,
pada tahap ini siswa mengintegrasikan dan menetapkan suatu
nilai menjadi bagian terpadu
dalam dirinya.
c. Ranah
Psikomotor
Ranah psikomotor
menunjukkan pada segi keterampilan atau kemahiran untuk memperagakan suatu
kegiatan atau memperlihatkan suatu tindakan. Perilaku ini lebih merupakan keterampilan secara fisik.
Aspek-aspek perilaku ini meliputi keterampilan motorik, menirukan, memanipulasi, artikulasi
dan naturalisasi.
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan
psikomotor karena lebih
menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif
juga harus menjadi bagian dari
hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh
guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan
diiringi oleh perubahan
tingkah laku yang lebih baik lagi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran IPA di SD
Pengertian: Sains merupakan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsipprinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
Pendidikan Sains di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari
tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam
sekitar. (Depdiknas, 2003 : 2).
Siswa sekolah dasar seperti yang diungkapkan tokoh p sikologis
ternama Jean Piaget, tengan berada pada fase operassional konkrit. semua pola
piker anak usia SD berdasarkan dari pengalaman dan contoh benda nyata. Anak
usia 7-12 tahun sulit untuk berfikir dengan sesuatu yang bersifat abstrak. Anak Usia SD senang jika pembelajaran di
kelas dirancang supaya anak dapat melihatt, melakukan sesuatu, dan langsung
terlibat dalam pembelajaran sehingga mempermudah siswa dalam mengkontruksikan
konsep atau materi yang diajarkan.
Pada Hakikatnya siswa sekolahh dasar memiliki sifat yang unik pada
setiap individunya. sefat-sifat tersebut memang muncul ecara alamiah sesuai
dengan tahap perkembangannya. sifat-sifat dibawah inilah yang terjadi ketika
guru mengajar
1. sangat ingin tahu segala
sesuatu yang ada dalam dunia realitas sekitarnya,
2. tidak lagi swemata-mata
tergantung pada orang yang lebih tua.
3. suka melakukan
kegiatan-kegiatan yang berguna terhadap lingkungannya.
4. telah dapat melakuka
kompetisi dengan sehat.
5. sudah mulai muncul
kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar harusnya sangat
memperhatikan sifat unik dari tahap perkembangan siswa tersebut. Pembelajaran
IPA yang cenderung menitikberatkan pada konsep, proses dan hasil harus
melibatkan peras aktif siswa dalam pembelajarannya, agar konsep-konsep yang ada
dalam matapelajaran IPA yang bersifat abstrak dapat dicerna dengan mudah oleh
pemikiran siswa yang berpola konkrit.
B. Fungsi Pembelajaran IPA
Menurut Kurikulum
Pendidikan Dasar (Depdikbud
1993/1994:97-98) Mata
Pelajaran IPA berfungsi
untuk: (1) Memberikan
pengetahuan tentang berbagai jenis dan
perangai lingkungan alam
dan lingkungan buatan
yang berkaiatan dengan
pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. (2)
Mengembangkan keterampilan proses. (3) Mengembangkan wawasan, sikap dan
nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas
kehidupan sehari-hari. (4) Mengembangkan kesadaran
tentang adanya hubungan
keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan
teknologi dengan keadaan lingkungan di sekitarnya dan
pemanfaatannya bagi kehidupan
sehari-hari. (5) Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan
ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna
dalam kehidupan sehari-hari
maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
C. Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan pemberian
mata pelajaran IPA
atau sains munurut
Sumaji (1998:35) adalah agar
siswa mampu memahami
dan menguasai konsep
- konsep IPA
serta keterkaitan dengan kehidupan
nyata. Siswa juga
mampu menggunakan metode ilmiah
untuk memcahkan masalah
yang dihadapinya, sehingga
lebih menyadari dan mencintai
kebesaran serta kekuasaan
Penciptanya. Pengajaran IPA
menurut Depdikbud (1993/1994:98-99) bertujuan agar siswa:
a. Memahami konsep-konsep
IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari sehari.
b. Memiliki
keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan, dan
ide tentang alam di sekitarnya.
c.Mempunyai minat untuk
mengenal dan mempelajari
benda-benda serta peristiwa di lingkungan sekitar.
d.Bersikap ingin tahu,
tekun, terbuka, kritis,
mawas diri, bertanggungjawab, bekerjasama
dan mandiri.
e. Mampu menerapkan berbagai macam konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
f. Mampu menggunakan
teknologi sederhana yang
berguna untuk memecahkan suatu
masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
g. Mengenal dan memupuk rasa
cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran
dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut
Kurikulum Pendidikan Dasar
dalam Garis-garis Besar
Program Pengajaran (GBPP) Sekolah
Dasar dinyatakan bahwa
tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah
sebagai berikut:
a. Menanamkan rasa ingin
tahu dan suatu sikap
positif terhadapteknologi dan masyarakat.
b. Mengembangkan
keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
c. Menanamkan pengetahuan
dan pemahaman konsep-konsep
sains yang akan bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Mengembangkan kesadaran
tentang peran dan
pentingnya sains kehidupan sehari-hari.
e. Mengalihgunakan pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman
kebidang pengajaran lainnya.
f. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan
alam.
g. Menghargai ciptaan Tuhan
akan lingkungan alam. Maksud dan tujuan tersebut adalah agar anak memiliki
pengetahuan tentang gejala alam dan berbagai jenis dan peran
lingkungan alam dari
lingkungan buatan dengan
melalui pengamatan agar anak
tidak buta dengan
pengetahuan dasar mengenai
IPA atau Sains.
D. Ruang Lingkup Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) atau Sains
Ruang lingkup mata pelajaran Sains meliputi dua aspek:
a. Kerja Ilmiah
yang mencakup: penyelidikan/penelitian, berkomunikasi
ilmiah, pengembangan kreativitas dan
pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah.
b. Pemahaman Konsep dan
Pemanfaatannya mencakup:
1) Makhluk hidup dan proses
kehidupannya yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya.
2) Benda/materi, sifat-sifat
dan kegunaannya meliputi: cair, padat, gas.
3) Energi dan perubahannya
meliputi: gaya, bunyi,
panas, magnet, listrik, cahaya, dan
pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam sekitarnya meliputi: tanah, bumi, tatasurya dan
benda-benda langit lainnya.
5) Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat merupakan
penerapan konsep sains dan
saling keterkaitannya dengan
lingkungan, teknologi, dan masyarakat melalui pembuatan
suatu karya teknologi
sederhana termasuk merancang dan membuat. IPA
atau sains di
SD diberikan sebagai
mata pelajaran sejak
kelas III sedang kelas
I dan II
tidak diajarkan sebagai
mata pelajaran yang
berdiri sendiri, tetapi diajarkan
secara sistematis.
Karena di
dalam penelitian ini yang dikaji
bahan mata pelajaran
kelas V maka
di bawah ini
konsep-konsep pengembangan pengetahuan IPA atau sains di kelas V semester
I yaitu Benda dan Sifatnya.
E. Pembelajaran Model Cooperative Learning atau Kooperatif
“Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistim pengelompokan
/ tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).
Sistim penilaian dilakukan terhadap kelompok dan memperoleh penghargaan
(reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan
demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif.
Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab
individu terhadap kelompok dan ketrampilan interpersonal dari setiap anggota
kelompok” (Wina Sanjaya, 2006 : 240).
Sedangkan Johnson (Lie, 2003:17) “cooperative
learning adalah kegiatan pembelajaran secara kelompok yang terstruktur.
Siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai kepada pengalaman kegiatan belajar
yang optimal, baik secara individu maupun kelompok”. Pembelajaran kooperatif
menurut Nurhadi (2004:112) adalah “pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar”
Nur (2005: 1) “Model pembelajaran kooperatif dapat
memotivasi seluruh siswa,memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambiltanggung
jawab.” Berdasarkan pendapat tersebut diatas, pembelajarankooperatif dapat
menimbulkan rasa gotong royong yang tinggi, tidak membeda-bedakan antar ras dan
intelegensi, melatih siswa berpikir aktif dan kreatif.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kelompok yang terstruktur
untuk mencapai suatu tujuan yaitu hasil belajar akademik, menerima terhadap
keragaman dan pengembangan terhadap ketrampilan sosial.
Banyak guru
telah melaksanakan metode belajar kelompok, dengan membagi para siswa dan
memberikan tugas kelompok. Namun hasil kegiatannya tidak seperti yang
diharapkan. Siswa tidak memanfaatkan kegiatan tersebut dengan baik dan kreatif
untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mereka. Para siswa tidak dapat
bekerja sama secara efektif dalam kelompok, malah memboroskan waktu dengan
bermain, bergurau, duduk diam, bahkan ada kalanya siswa memanfaatkan kesempatan
ini untuk mengerjakan tugas mata pelajaran yang lainnya. Pada waktu yang sama
ada beberapa siswa mendominasi kelompoknya. Seperti dikatakan Roger dan David
Johnson “tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperatif learning.” Untuk
mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus
diterapkan yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawa perseorangan,
tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok Pendapat
tersebut di atas adalah yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan
pembelajaran kelompok tradisional. Adapun unsur-unsur atau elemen tersebut
seperti yang dinyatakan Abdurrahman & Bintoro (Nurhadi ,2004:112) adalah
sebagai berikut:
a.
Saling ketergantungan positif, dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan
suasana yang mendorong siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling
membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling
ketergantungan dapat dicapai melalui : saling ketergantungan mencapai tujuan,
saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber,
saling ketergantungan peran, dan saling ketergantungan hadiah.
b.
Interaksi tatap muka, interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka
dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan
dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih
mudah belajar dari sesamanya.
c.
Akuntabilitas individual, pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam
belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual
selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok
mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar
semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan
demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata
penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan
akuntabilitas individual.
d.
Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, keterampilan sosial seperti
tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik
teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,
mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar
pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi
secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar
pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.
Dari pendapat diatas pembelajaran kooperatif
mempunyai beberapa keuntungan antara lain: dapat meningkatkan kepekaan dan
kesetiakawanan sosial, memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial,
menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois, meningkatkan rasa
saling percaya. meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa
lebih baik, membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
Selain beberapa keuntungan diatas pembelajaran kooperatif memposisikan siswa
sebagai manusia yang memiliki pengetahuan lewat pengalaman hidupnya, sehingga
dalam menerima informasi tidak hanya dari guru melainkan lingkungan yang
memiliki suatu peran besar dalam membentuk kepribadian siswa. Siswa akan
menggali kepedulian khususnya terhadap lingkungan, jika pendekatan yang
dipergunakan dalam pembelajaran kooperatif ini berorientasi lingkungan.
Lingkungan sekeliling sebagai pusat kegiatan. Guru sebagai fasilitator yang
membimbing kegiatan pembelajaran siap melayani pertanyaan atau perdebatan.
Dalam pembelajaran ini diharapkan guru dapat
menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari
kegiatan yang telah mereka lakukan dan amati melalui pembelajaran. Pembelajaran
ini lebih menekankan pada proses daripada hasil dengan asumsi mengembangkan
kompetensi dan potensi siswa melalui pendidikan.
Tabel 1. Sintak
Pembelajaran Kooperatif
Fase
|
Tingkal Laku Guru
|
|
1. Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru
menyampaikan semua tujuan pelajaran memotivasi siswa belajar.
|
|
2. Menyajikan
informasi
|
Guru
menyajikan informasi dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan
|
|
3.
Mengorganisasikan siswa kedalam
kelompok-kelompok belajar
|
Guru
menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
|
|
4. Membimbing
kelompok kerja
|
Guru
membimbing kelompok-kelompok kerja pada saat mereka mengerjakan tugas
|
|
5. Evaluasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentassikan hasil kerjanya.
|
|
6. Memberikan
penghargaan
|
Guru mencari
cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
|
|
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif langkah
(fase) dapat bervariasi disesuaikan dengan pendekatan (model) yang digunakan.
Adapun salah satu contoh langkah langkah (sintak) model pembelajaran
kooperatif. diantaranya: model pembelajaran kooperatif seperti TGT (Team Game Tournament), Jigsaw I,
Jigsaw II, STAD,TPS (think Paer Sare),
Team Pair Solo, TAI, GI (Group Investigation).
F. Hasil Belajar
Menurut Oemar Hamalik (http://definisi-pengertian.blgospot.com)
“hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut”. Perubahan tersebut misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (http://definisi pengertian.blgospot.com) “hasil belajar dalam
rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif,
dan psikomotor”. Perinciannya adalah sebagai berikut:
a.
Ranah
Kognitif
Ranah kognitif merupakan perilaku
siswa dalam upaya mengenal dan memahami materi pelajaran. Adapun ranah kognitif
ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu:
1)
Pengetahuan,
merupakan kemampuan pengetahuan jenjang yang paling rendah dalam kognitif.
Kemampuan pengetahuan merupakan kemampuan siswa untuk mengingat atau menghapal sesuatu yang
pernah dipelajari sebelumnya. Yang ditentukan disini adalah pengenalan kembali
terhadap
sesuatu berupa fakta, istilah
prinsip, teori, proses, dan pola struktur.
2)
Pemahaman,
jenjang kemampuan ini menunjukkan kepada kemampuan
berfikir siswa untuk memahami
bahan-bahan atau materi yang akan dipelajari. Dengan kemampuan ini siswa mampu
menterjemahkan dan mengorganisasikan bahan-bahan yang diterima kedalam bahasa
sendiri.
3)
Penerapan,
merupakan kemampuan untuk menggunakan teori-teori, prinsip-prinsip, dan
rumus-rumus dalam situasi tertentu atau dalam situasi yang kongkrit.
4)
Analisis,
adalah kemampuan untuk menguraikan suatu keseluruhan atau suatu
sistem
hubungan
ke
dalam
unsur-unsur
yang
membentuknya, mengidentifikasi
hubungan antara unsur-unsur dan cara unsur-unsur itu
diorganisasikan.
5)
Sintesis,
merupakan kemampuan siswa untuk memadukan atau menyatukan
bagian atau unsur-unsur secara
logis menjadi suatu peta struktur yang menunjukkan suatu keseluruhan.
6)
Penilaian,
merupakan jenjang kemampuan kognitif yang paling kompleks,
menunjukkan pada kemampuan
siswa untuk mempertimbangkan suatu ide, situasi, nilai-nilai, metode berdasarkan suatu
aturan atau kriteria tertentu.
b.
Ranah Afektif
Berkenaan dengan
sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima,
menjawab atau merespon, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu
nilai atau kompleks nilai yaitu sebagai berikut.
1) Menerima, merupakan tahap yang paling mendasar dari
perilaku afektif, siswa menyadari akan suatu fenomena yang menjadi stimulus baginya,
ia
menerima dan memperhatikan
stimulus tersebut.
2)
Menjawab
atau merespon, pada tahap ini secara internal siswa melibatkan diri
dan berpartisipasi aktif
terhadap sesuatu yang menjadi stimulus baginya. Siswa berkeinginan dan memiliki perasaan untuk
merespon.
3) Menilai, pada tahap ini siswa sudah memberikan nilai
tertentu pada sesuatu yang diterimanya. Siswa tidak hanya menerima atau menyetujui
tetapi sudah memberikan
penghargaan dan makna tertentu serta menjalin keterikatan.
4)
Organisasi,
pada tahap ini siswa mengekspresikan suatu nilai yang sudah
dimiliki. Karena setelah siswa
memberikan penghargaan makna tertentu terhadap sesuatu yang ia terima, kemudian ia
mengorganisasikan ke dalam sistem dan struktur nilai yang ia terima.
5)
Karakterisasi,
pada tahap ini siswa mengintegrasikan dan menetapkan suatu
nilai menjadi bagian terpadu
dalam dirinya.
c. Ranah
Psikomotor
Ranah psikomotor
menunjukkan pada segi keterampilan atau kemahiran untuk memperagakan suatu
kegiatan atau memperlihatkan suatu tindakan. Perilaku ini lebih merupakan keterampilan secara fisik.
Aspek-aspek perilaku ini meliputi keterampilan motorik, menirukan, memanipulasi, artikulasi
dan naturalisasi.
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan
psikomotor karena lebih
menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif
juga harus menjadi bagian dari
hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh
guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan
diiringi oleh perubahan
tingkah laku yang lebih baik lagi.