UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DENGAN
MENERAPKAN
MODEL PEMBELAJARAN PAKEM
PADA SISWA
KELAS ….
…..
…..
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
…….
NIP:
….
PEMERINTAHAN
….
DINAS
PENDIDIKAN
….
….
2005
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan
Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pembelajaran PAKEM Pada Siswa Kelas ….
2. Identitas Peneliti :
Nama : …
NIP : …
Gol/Ruang : …
Jabatan : …
Unit Kerja : …
3. Lokasi Penelitian : …
4. Lama Penelitian : ..
5. Biaya Penelitian : …
Petugas Pustaka
……..
NIP : ….
|
Peneliti
….
NIP: ….
|
Mengetahui
Kepala …
….
…..
NIP: ….
|
Karya Tulis Ilmiah hasil penelitian tindakan kelas yang
berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan
Menerapkan Model Pembelajaran PAKEM Pada Siswa Kelas … ini telah disetujui dan
disahkan untuk diajukan sebagai bahan penilaian kenaikan pangkat.
Ketua
PGRI
Kabupaten
…
……
NPA.
….
Karya Tulis Ilmiah hasil penelitian tindakan kelas yang
berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan
Menerapkan Model Pembelajaran PAKEM Pada Siswa Kelas … ini telah disetujui dan
disahkan untuk diajukan sebagai bahan penilaian kenaikan pangkat.
Kepala
Dinas Pendidikan
Kabupaten
…
……
NPA.
….
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan karya ilmiah ini dapat
terselesaikan pada waktunya.
Karya ilmiah yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model
Pembelajaran PAKEM Pada Siswa Kelas … ini, disusun untuk memenuhi persyaratan
kenaikan golongan profesi guru dari IV/a ke IV/b.
Dalam penyusunan dan penyelesaian
karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
- Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten …
- Yth. Ketua PGRI Kabupaten …
- Yth. Rekan-rekan Guru …
- Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga
penulisan ini selesai
Peneliti menyadari bahwa
hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penelitian
ini dan demi penelitian yang akan datang.
…, Mei 2005
Peneliti
ABSTRAK
…, 2005. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Dengan Menerapkan Model Pembelajaran PAKEM Pada Siswa Kelas …
Kata Kunci: belajar pai, pakem
Keberhasilan
proses belajar mengajar di dalam kelas sangat ditentukan oleh strategi
pembelajaran, bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa
diimplementasikan melalui strategi yang tepat, maka komponen-komponen tersebut
tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan. Oleh karena itu
setiap akan mengajar guru diharuskan untuk menerapkan strategi atau metode
tertentu dalam pelaksanaan pembelajaran.
Penelitian
ini berdasarkan permasalahan: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam dengan diterapkannya model pembelajaran PAKEM? (b)
Bagaimanakah pengaruh Model pembelajaran PAKEM terhadap motivasi belajar siswa?
Sedangkan
tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi
belajar siswa setelah diterapkannya strategi pembelajaran peningkatan kemampuan
berpikir, (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah
diterapkan model pembelajaran PAKEM.
Penelitian
ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga
putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas …
Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan
belajar mengajar.
Dari
hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (68,00%), siklus II (80,00%), siklus
III (92,00%).
Simpulan
dari penelitian ini adalah model pembelajaran PAKEM dapat berpengaruh positif
terhadap motivasi belajar siswa …. , serta model pembelajaran ini dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran PAI.
DAFTAR
ISI
Halaman
Halaman Judul ..........................................................................................................
Lembar
Pengesahan ..................................................................................................
Kata
Pengantar .........................................................................................................
Abstrak
.....................................................................................................................
Daftar
Isi ...................................................................................................................
Daftar
Lampiran .......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
.................................................................................
A.
Latar Belakang Masalah ...................................................................
B.
Rumusan Masalah .............................................................................
C.
Tujuan Penelitian ..............................................................................
D.
Kegunaan Penelitian .........................................................................
E.
Definisi Operasional Variabel ..................................................
F.
Batasan Masalah ......................................................................
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA ...............................................................
A.
Model PAKEM .......................................................................
B.
Proses Belajar Mengajar ..........................................................
C.
Motivasi Belajar .......................................................................
D.
Prestasi Belajar ........................................................................
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN ...................................................
A.
Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian ..................................
B.
Rancangan Penelitian ..............................................................
C.
Alat Pengumpul Data ..............................................................
D.
Analisis Data ...........................................................................
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..........................
A.
Hubungan Pembelajaran Model PAKEM Dengan
Ketuntasan Belajar ..................................................................
B.
Pembahasan .............................................................................
BAB V SIMPULAN
DAN SARAN .........................................................
A.
Simpulan ..................................................................................
B.
Saran ........................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA .....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran
1 Nilai Formatif Pada Siklus I ..................................................................
Lampiran
1 Nilai Formatif Pada Siklus II .......................................................
Lampiran
1 Nilai Formatif Pada Siklus III ...............................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang
bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakannya. Interaksi yang bertujuan
itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang
bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin
memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan lingkungan
yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik
dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah
yang harmonis antara guru dengan anak didik.
Ketika
kegiatan belajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan
berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Semua
kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat jalannya proses belajar
mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber
dari luar anak didik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkannya. Karena
keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola
kelas.
Dalam
mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana,
bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak
didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai
pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi
pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
Guru
yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik
lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang
sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan
pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak
didik sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan
pendekatan dalam pengajaran.
Kualitas
pembelajaran ditentukan oleh interaksi komponen-komponen dalam sistemnya. Yaitu
tujuan, bahan ajar (materi), anak didik, sarana, media, metode, partisipasi
masyarakat, performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib,
1998). Performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib, 1998).
Optimalisasi komponen ini, menentukan kualitas (proses dan produk) pembelajaran.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah melakukan analisis tentang
karakteristik setiap komponen dan mensinkronisasikan sehingga ditemukan
konsistensi dan keserasian di antaranya untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
Karena pembelajaran mulai dari perencana, pelaksanaan dan evaluasinya
senantiasa merujuk pada tujuan yang diharapkan untuk dikuasai atau dimiliki
oleh anak didik baik instructional effect (sesuai dengan tujuan yang
dirancang) maupun nurturrant effect (dampak pengiring) (Moch. Shochib:
1999).
Realisasi
pencapaian tujuan tersebut, terdapat kegiatan interaksi belajar mengajar
terutama yang terjadi di kelas. Dengan demikian, kegiatannya adalah bagaimana
terjadi hubungan antara guru/bahan ajar yang didesain dan dengan anak didik.
Interaksi ini merupakan proses komunikasi penyampaian pesan pembelajaran. Hal
ini sejalan dengan yang dikemukakan Arief S Sadiman yang menyatakan proses
belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses interaksi yaitu proses
penyampaian pesan melalui saluran media/teknik/ metode ke penerima pesan.
(Arief S, Sadiman, dkk, 1996:13).
Sejalan
dengan inovasi pembelajaran akhir-akhir ini termasuk di Sekolah Dasar, yaitu:
PAKEM. Interaksi belajar mengajarnya menuntut anak didik untuk aktif, kreatif
dan senang yang melibatkan secara optimal mental dan fisik mereka. Tingkat
keaktifan, kreatifitas, dan kesenangan mereka dalam belajar merupakan rentangan
kontinum dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Tetapi idealnya
pada kontinum yang tertinggi baik pelibatan aspek mental maupun fisik anak
didik. Oleh karena itu, interaksi belajar mengajar dengan paradigma PAKEM
menuntut anak:
(1)
Berbuat
(2)
Terlibat dalam kegiatan
(3)
Mengamati secara visual
(4)
Mencerap informasi secara verbal
Dengan
demikian, interaksi belajar mengajar idealnya mampu membelajarkan anak didik
berdasarkan problem based learning, authentic instruction, inquiry based
learning, project based learning, service learning, and cooperative learning.
Pola interaksi yang mampu mengemas hal tersebut dapat mengubah paradigma
pembelajaran aktif menjadi paradigma pembelajaran reflektif.
Dengan
interaksi pembelajaran reflektif dapat membuat anak didik untuk menjadikan
hasil belajar sebagai referensi refleksi kritis tentang dampak ilmu pengetahuan
dan teknologi terhadap masyarakat; mengasah kepedulian sosial, mengasah hati
nurani, dan bertanggungjawab terhadap karirnya kelak. Kemampuan ini dimiliki
anak didik, karena dengan pola interaksi pembelajaran tersebut, dapat membuat
anak didik aktif dalam berfikir (mind-on), aktif dalam berbuat (hand-on),
mengembangkan kemampuan bertanya, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, dan
membudayakan untuk memecahkan permasalahan baik secara personal maupun sosial.
Agar
hasil ini dapat optimal, guru dituntut untuk mengubah peran dan fungsinya
menjadi fasilitator, mediator, mitra belajar anak didik, dan evaluator. Ini
berarti, guru harus menciptakan interaksi pembelajaran yang demokratis dan
dialogis antara guru dengan anak didik, dan anak didik dengan anak didik (Moh.
Shochib: 1999; dan Paul Suparno dkk: 2001).
Dengan
interaksi pembelajaran yang mengemas nilai-nilai tersebut dapat membuat
pembelajaran lingking (link and math atau life skill) dan delinking
(pemutusan lingkungan negatif), diversifikasi kurikulum, pembelajaran kontekstual,
kurikulum berbasis kompetensi, dan otonomi pendidikan pada tingkat sekolah
taman kanak-kanak dengan manajemen berbasis sekolah, dan bertujuan untuk
mengupayakan fondasi dan mengembangkan anak untuk memiliki kemampuan yang utuh
yang disebut: Pendidikan Anak Seutuhnya (PAS).
Pada
dasarnya dalam kehidupan suatu bangsa, faktor pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa
tersebut. Secara langsung maupun tidak langsung pendidikan adalah suatu usaha
sadar dalam menyiapkan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui kegiatan,
bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi kehidupan dimasa yang akan datang.
Tentunya hal ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, anggota
masyarakat dan orang tua. Untuk mencapai keberhasilan ini perlu dukungan dan
partisipasi aktif yang bersifat terus menerus dari semua pihak.
Guru
mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan
terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam
rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa
kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu
mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).
Berhasilnya
tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor
guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung
dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan
siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan
secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru mampu
menyampaikan semua mata pelajaran yang tercantum dalam proses pembelajaran
secara tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan
disampaikan.
Dengan
menyadari kenyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis
mengambil judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Dengan Menerapkan Model Pembelajaran PAKEM Pada Siswa … Tahun Pelajaran …
B. Rumusan Masalah
Bertitik
tolak dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahannya
sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam dengan diterapkannya model pembelajaran PAKEM pada siswa kelas ….
Tahun pelajaran …?
2.
Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran PAKEM terhadap
motivasi belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas …. Tahun pelajaran …?
C. Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan permasalahan
di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui peningkatan prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam setelah diterapkannya model pembelajaran PAKEM pada siswa kelas …
tahun pelajaran …
2.
Mengetahui pengaruh motivasi belajar Pendidikan Agama
Islam setelah diterapkan model pembelajaran PAKEM pada siswa kelas … tahun
pelajaran …
3.
Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas … tahun
pelajaran
D. Kegunaan
Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan
penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
1.
Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang
peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar
Pendidikan Agama Islam.
2.
Sumbangan pemikiran bagi guru Pendidikan Agama Islam
dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar Pendidikan Agama Islam.
3.
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode
pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.
4.
Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
5.
Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
E. Definisi
Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah
persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal
sebagai berikut:
1.
Model pembelajaran PAKEM adalah:
Model pembelajaran yang bertumpu pada
empat prinsip yaitu: aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
2.
Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif
menjadi perbuatan atau tingkat laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah
lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3.
Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk
nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
F. Batasan
Masalah
1.
Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas … tahun
pelajaran …
2.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret semester
genap tahun pelajaran …
3.
Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan kisah nabi
Ibrahim a.s, dan nabi Ismail a.s.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model
PAKEM
Model
PAKEM adalah model pembelajaran yang bertumpu pada empat prinsip, yaitu:
aktif, efektif, dan menyenangkan. Model
pembelajaran ini sangat cocok untuk kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang
senantiasa berorientasi pada aktivitas siswa (student centered learning). Model
ini dapat dikembangkan secara sederhana oleh guru dengan memperhatikan prinsip
PAKEM.
Model PAKEM berorientasi pada proses dan tujuan.
Orientasi proses dalam model PAKEM berusaha untuk meningkatkan motivasi
belajar. Kemandirian dan tanggung jawab dibina sejak awal. Kebersamaan dan
bekerja sama untuk mengasah emosional. Persaingan yang sehat ditumbuhkan dengan
saling menghargai satu sama lain serta menumbuhkan sikap kepemimpinan.
Orientasi tujuannya adalah agar anak belajar lebih mendalam, anak lebih kritis
dan kreatif, suasana belajar menjadi bervariasi serta meningkatkan kematangan
emosional. Tidak kalah pentingnya anak siap menghadapi perubahan dan
berpartisipasi dalam proses perubahan.
1. Makna Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan
Tampaknya untuk memaknai aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan masih terlalu abstrak. Beberapa pendidik masih kabur
dengan makna ini. Meskipun untuk memaknai istilah tersebut pernah didiskusikan
oleh para pendidik, namun bukan berarti makna ini sudah paten. Makna tersebut
masih perlu dikembangkan lagi sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. Dalam
diskusi itu, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.
Aktif
-
Selalu mencoba
-
Tidak ingin menjadi penonton
-
Memanfaatkan modalitas belajar (visual, auditorial,
atau kinestika)
-
Penuh perhatian dalam setiap proses pembelajaran
b.
Kreatif
-
Menginginkan adanya perubahan yang baru
-
Ingin mengadakan inovasi
-
Mempunyai banyak cara untuk melakukan sesuatu
-
Tidak cepat putus asa
-
Tidak mudah puas dengan hasil kerjanya dan selalu ingin
berbuat terus
-
Menumbuhkan motivasi, percaya diri, dan kritis
-
Mempunyai banyak cara
c.
Efektif
-
Memanfaatkan alat peraga yang ada di sekitar
-
Diajak ke sumber belajar, melakukan observasi
-
Memanfaatkan waktu yang ada
-
Memanfaatkan rangkuman yang tepat
-
Mengoptimalkan panca indera
-
Mengatur stategi pembelajara
d.
Menyenangkan
-
Penampilan guru yang menarik
-
Suasana belajar tidak searah
-
Kaya dengan metode
-
Desain kelas yang tidak membosankan
-
Belajar sambil bermain dan bernyanyi
-
Hasil belajar anak dipajang di kelas
-
Didekatkan ke alam nyata
-
Ada
penghargaan bagi yang berprestasi
2. Pelaksanaan
pembelajaran PAKEM
a.
Persiapan
1)
Berpusat pada siswa
Perubahan paradigma pembelajaran sangat terasa
saat ini. Dulu guru lebih dominan dalam proses pembelajaran atau dengan kata
lain pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning). Saat
ini pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa (student centered learning)
2)
Guru membuat persiapan matang
Persiapan bagi seorang guru merupakan hal yang
mutlak harus dikerjakan. Tanpa persiapan guru akan kehilangan arah dalam proses
pembelajaran. Berbagai metode dengan karakter materi yang akan diajarkan sudah
dipersiapkan sebelum diajarkan.
3)
Skenario pembelajaran secara rinci dan matang
Skenario merupakan salah satu dari persiapan yang
harus dibuat oleh guru. Skenario pembelajaran juga sering disebut dengan
langkah-langkah pembelajaran atau strategi pembelajaran. Dengan disusun
skenario pembelajaran, seorang guru sudah membuat format pada setiap pertemuan
dengan siswa. Bukan hanya sekedar format, melainkan guru sudah mendesain pola
pembelajaran yang ideal dengan karakter materi yang sedang diajarkan.
4)
Menerapkan asas fleksibilitas
Asas fleksibilitas, artinya lebih lentur dalam
memahami kondisi yang akan dihadapi. Seorang guru tidak bisa kaku dalam
menerapkan pola pembelajaran di kelas. Berbagai hambatan dalam proses
pembelajaran akan dihadapi. Untuk itu, berbagai alternatif terutama berbagai
metode harus disiapkan. Seorang guru tidak hanya terpaku pada satu metode yang
ada. Jika hal itu sudah diantisipasi maka akan terjadi proses pembelajaran yang
mengasyikkan.
5)
Melayani perbedaan individual
Semua memaklumi bahwa anak mempunyai perbedaan,
baik perbedaan cara belajar maupun perbedaan kecerdasan. Untuk itulah, dalam
menangani anak sudah dipersiapkan cara pelayanannya. Seorang guru tidak bisa
membuat anak sama seperti gerigi sisir, tetapi disesuaikan dengan karakter dan
kepribadian yang khas yang dimiliki anak. Sebagaimana berbagai teori sudah
disepakati oleh para pakar pendidikan bahwa setiap anak mempunyai modalitas
belajar atau gaya
belajar yang berbeda. Modalitas belajar yang dimiliki anak ada tiga, yaitu gaya belajar visual,
auditorial dan kinestetik.
Modalitas belajar anak cenderung pada karakter
alamiah yang dimiliki. Anak yang mempunyai gaya belajar visual, cenderung senang dengan
cara melihat, baik itu gambar maupun bagan. Anak yang mempunyai gaya belajar auditoria,
cenderung sedang denagn mendengar, sedangkan aank yang mempunyai gaya belajar kinestetik,
cenderung belajar dengan cara bergerak, bekarja, dan menyentuh.
Selain perbedaan gaya belajar, anak juga mempunyai perbedaan
kecerdasan. Jika selama ini orang lebih banyak membicarakan teori yang
dikembangkan oleh ahli psikologi, Alfred Bine, yaitu intelgensi tunggal yang
sering disebut intelligence quotient (IQ). Saat ini muncul teori intekgensi
majemuk yang sering disebut multiple intelligences. Teori ini dirumuskan
oleh Prof. Howard Gardner. Menurut Gardner anak mempunyai delapan kecerdasan,
yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan
visual-spasial, kecerdasan kinestetis-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan natural.
Dengan berpedoman pada kenyataan bahwa murid
mempunyai kelebihan serta kekurangan sendiri, jelas tidak bijak bagi guru
(terutama orang tua) untuk memaksa anak yang tidak ingin pada bidang-bidang
tertentu. Orang tua atau guru yang demikian telah bertindak di luar realitas
psikologi tentang perkembangan inteligensi anak dan mungkin lebih dipengaruhi
oleh motif sendiri. Teori Gardner juga mengingatkan kita agar sejak pendidikan
usia muda, guru dan orang tua menyediakan berbagai pengalaman belajar yang
merangsang berbagai minat anak. Melalui pendekatan ini, mungkin ini pendekatan
yang terbaik. Guru serta orang tua dapat mendampingi anak di dalam
mengembangkan potensi sepenuhnya dengan penuh minat dan kegembiraan.
b.
Proses
1)
Mendengarkan pendapat siswa
Setiap anak mempunyai karakter dan keinginan yang
berbeda untuk itu apa yang diinginkan siswa harus didengarkan. Mendengarkan apa
yang diinginkan merupakan penghargaan terhadap siswa.
2)
Menggunakan bermacam-macam sumber belajar
Sumber belajar yang harus dimiliki oleh guru
adalah dari sumber tangan pertama dan tangan kedua. Sumber belajar tangan
pertama, artinya sumber belajar yang langsung dialami oleh siswa, seperti
pengalaman kunjungan belajar, peristiwa yang dialami atau dilihat, situs
bersejarah, nara
sumber, dan lingkungan sekitarnya. Adapun sumber belajar tangan kedua adalah
sumber belajar yang sudah dihasilkan oleh orang lain, misalnya: buku paket atau
perlengkapan perpustakaan, dan media pembelajaran lainnya.
Seorang guru dalam model PAKEM tidak boleh selaku
menganggap buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar yang lebih
bervariatif, terutama sumber belajar yang dihasilkan oleh siswa dan segala yang
ada di sekitar.
3)
Merangsang keberanian siswa untuk menyatakan dan
menanyakan sesuatu
Guru seyogyanya menumbuhkan minat anak untuk
menanyakan sesuatu atau menyatakan pengalamannya. Semua pembelajaran berpusat
pada siswa maka seorang guru bisa menggali potensi yang ada pada siswa dengan
memberikan rangsangan agar anak mempunyai keberanian dalam mengungkapkan
sesuatu.
4)
Pertanyaan terbuka, menantang, dan produktif
Agar anak lebih berwawasan luas, pertanyaan yang
diberikan oleh guru diusahakan mampu mengembangkan cara berpikir anak dengan
pertanyaan terbuka. Dengan demikian, anak akan lebih produktif dalam
mengembangkan cara berpikir yang lebih luas dan terbuka.
5)
Pemecahan masalah (problem solving)
Pembelajaran yang dilakukan lebih mengarah pada
pemecahan yang dihadapi oleh anak agar pembelajaran lebih menarik dan
bermanfaat.
6)
Menuntut hasil terbaik dari siswa
Guru menyiapkan dan mengarahkan dalam proses
pembelajaran sehingga mendapat hasil yang maksimal dari siswa.
7)
Memberikan umpan balik seketika
Kebiasaan anak-anak mempertanyakan segala hal
harus dapat direspon dengan baik oleh guru. Pertanyaan yang timbul dari anak
itu didorong oleh kebutuhan psikologis alamiah, yaitu rasa ingin tahu (curiosity).
Banyaknya pertanyaan yang diajukan anak menunjukkan dinamisme dan kreativitas.
Melihat gejala anak seperti ini, seorang guru harus memberikan umpan balik
seketika. Dengan demikian, akan muncul keingintahuan yang lebih besar. Dalam
kondisi seperti ini, sebenarnya sudah terjadi proses pembelajaran yang berarti.
8)
Siswa memanjangkan hasil karyanya
Sesuatu yang sangat berarti bagi seorang anak
adalah ketika apa yang dikerjakan mendapat pengakuan dari orang yang ada di
sektiarnya, terutama orang-orang yang sangat dicintainya. Dalam proses
pembelajaran, siswa sering menunjukkan hasil karyanya, namun terkadang kurang
mendapat penghargaan. Mungkin karena tidak ada tempat atau mungkin dianggap
kurang layak untuk diberikan penghargaan. Agar anak tumbuh motivasi yang lebih
besar, hasil karyanya dipajang di dalam kelas, apa pun bentuk karyanya.
9)
Kompetetif dan kooperatif
Persaingan dan kerja sama perlu diciptakan sejak
dini. Persaingan dalam hal ini mempunyai pengertian bahwa ada perbedaan
individu yang perlu dikembangkan potensinya. Setiap anak harus bisa
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dan guru sangat berperan untuk
menggali dan mengembangkan potensi ini. Di sisi lain harus diciptakan kerja
sama yang baik. Perbedaan yang satu dengan yang lain mampu mewujudkan rasa
saling menghargai dan mampu bekerja sama dengan baik.
3. Kegiatan PAKEM
Kegiatan model PAKEM haruslah bervariatif dan
tidak monoton. Ada
beberapa yang perlu diketahui, misalnya:
-
Mengamati, mengukur dan mendiskripsikan
-
Mengajukan pertanyaan dan mencatat
-
Berdiskusi, berdebat, dan membuat rangkuman
-
Merencanakan dan melakukan percobaan
-
Melaporkan, mempresentasikan, bermain peran, membuat
puisi atau hasil karya lain dan memajangkan
4. Ciri lulusan PAKEM
Jika proses model PAKEM dilaksanakan dengan
benar, dengan asumsi dasar bahwa belajar merupakan proses individual, belajar
merupakan proses sosial, belajar harus menyenangkan, belajar harus selalu
aktif, dan belajar tak pernah terhenti. Dengan demikian, akan menghasilkan
lulusan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
-
Berpikir kritis, kreatif, dan produktif
-
Mampu belajar mandiri
-
Bisa bertanggung jawab
-
Bisa bekerja sama dengan orang lain
-
Siap menghadapi perubahan
-
Selalu mencari dan memanfaatkan informasi
-
Dapat memecahkan masalah
B. Proses
Belajar Mengajar
Proses dalam pengertian di sini merupakan interaksi
semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama
lainnya saling berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk
mencapai tujuan (Usman, 2000:5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah
laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami
proses akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,
keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,
dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000:5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan
tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa
dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan
anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan
timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000:4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan
Agama Islam, proses belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu
rentetan kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi
program tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997:18).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa proses belajar mengajar PAI meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai
dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak
lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu
yaitu pengajaran PAI.
C. Motivasi
Belajar
1. Pengertian
Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme
yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif
menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah
lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000:28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:114)
motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke
dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar,
motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar
sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan
lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang
mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
2. Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi
Intrinsik
Jenis motivasi ini
timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan,
suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian
akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000:29).
Sedangkan menurut
Djamarah (2002:115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata
(dalam Erriniati, 1994:105) ada beberapa strategi dalam mengajar untuk
membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa
2)
Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran
sebatas yang pokok
3)
Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk
mengerjakan tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah
4)
Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas
pekerjaannya
5)
Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang
timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar.
Seseorang yang memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya maka secara sadar
akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b. Motivasi
Ekstrinsik
Jenis motivasi ini
timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan,
suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian
akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar
karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya
(Usman, 2000:29).
Sedangkan menurut
Djamarah (2002:117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi
intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara
membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik antara
lain:
1)
Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan
persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha
memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi
orang lain.
2)
Pace Making (membuat tujuan sementara atau
dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu
menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa
berusaha untuk mencapai TIK tersebut.
3)
Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk
mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu
yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan sesuatu
perbuatan.
4)
Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan
rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan
kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya
banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha
mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
5)
Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu
memiliki minat yang besar.
6)
Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa
mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam
kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan
tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah
siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi,
angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari
uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul
dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar,
misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain
sebagainya.
D. Prestasi Belajar
Belajar
dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini
merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik.
Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan
dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto
(1991:768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan),
dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh
seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang
membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa
prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang
dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil
belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar.
Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti
pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh
mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat
diartikan bahwa prestasi belajar PAI adalah nilai yang diperoleh siswa setelah
melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam
proses belajar mengajar.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan
masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian
deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan
dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk (2002:54) ada 4
macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai
peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan
terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental.
Keempat bentuk penelitian tindakan
di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana
dikutip oleh Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari
setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya,
(2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3)
proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antara
proyek dengan sekolah.
Dalam penelitian ini menggunakan
bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalam proses
penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan
kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam
kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini
peranannya tidak dominan dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada
perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14)
menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian
tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan
refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan
dan dirasa sudah cukup.
A. Tempat,
Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat
penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk
memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di …. Tahun pelajaran
…
2. Waktu
Penelitian
Waktu penelitian adalah
waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret semester genap ….
3. Subyek
Penelitian
Subyek penelitian adalah
siswa-siswi kelas … tahun pelajaran … pada pokok bahasan kisah nabi Ibrahim
a.s, dan nabi Ismail a.s.
B. Rancangan Penelitian
Menurut pengertiannya penelitian tindakan
adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok
sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang
bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam
penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti
dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi
pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan
inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.
Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling
mendukung satu sama lain.
Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi
beberapa prinsip sebagai berikut:
1.
Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi
kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu
ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
2.
Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan
yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
3.
Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan
efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu,
dana dan tenaga.
4.
Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan
terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang
yang berminat terhadap penelitian dapat mengecek setiap hipotesis dan
pembuktiannya.
5.
Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses
kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan
perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi
tantangan sepanjang waktu. (Arikunto, Suharsimi, 2002:82-83).
Sesuai
dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang
satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana),
action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection
(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I
dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus
spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan
alur di atas adalah:
- Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan
penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana
tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat
pembelajaran.
- Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang
dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta
mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pengajaran kontekstual
model pengajaran berbasis masalah.
- Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan
berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
- Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil
refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan
pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga
siklus, yaitu siklus 1, 2, dan
seterusnya, dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan
yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes
formatif di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan
jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
C. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes
buatan guru yang fungsinya adalah: (1) untuk menentukan seberapa baik siswa
telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu, (2) untuk
menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai, dan (3) untuk memperoleh suatu
nilai (Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk
mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individual maupun secara klasikal.
Di samping itu untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
sehingga dapat dilihat dimana kelemahannya, khususnya pada bagian mana TPK yang
belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan maka juga digunakan
metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui
dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
D. Analisis Data
Dalam
rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan
suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka digunakan analisis data
kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kualitatif. Cara
penghitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar
mengajar sebagai berikut.
- Merekapitulasi hasil tes
- Menghitung jumlah skor yang tercapai
dan prosentasenya untuk masing-masing siswa dengan menggunakan rumus
ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis
penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan
nilai minimal 65, sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas belajar jika
jumlah siswa yang tuntas secara individu mencapai 85% yang telah mencapai
daya serap lebih dari sama dengan 65%.
- Menganalisa hasil observasi yang
dilakukan oleh guru sendiri selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hubungan Pembelajaran Model PAKEM
dengan Ketuntasan Belajar
Suatu
pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara klasikal jika siswa
yang mendapat nilai 65 lebih dari atau sama dengan 85%, sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas
belajar pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai
minimal 65.
1. Siklus I
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini
peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan model pembelajaran
PAKEM, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap
Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2005
di Kelas VI jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang
telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses
belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil
Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No
|
Uraian
|
Hasil
Siklus I
|
1
2
3
|
Nilai
rata-rata tes formatif
Jumlah
siswa yang tuntas belajar
Persentase
ketuntasan belajar
|
70,00
15
68,18
|
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan
menerapkan pembelajaran model PAKEM diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar
siswa adalah 70,00 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa
dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada
siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai ³
65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki
yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum
mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran
model PAKEM.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai
berikut:
1)
Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran
2)
Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu
3)
Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung
d. Refisi
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga
perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1)
Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan
lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk
terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2)
Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan
menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
3)
Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam
memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini
peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 11 Maret
2005 di Kelas VI dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran
dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses
belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian
pada siklus II adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No
|
Uraian
|
Hasil
Siklus II
|
1
2
3
|
Nilai
rata-rata tes formatif
Jumlah
siswa yang tuntas belajar
Persentase
ketuntasan belajar
|
77,73
17
79,01
|
Dari tabel di atas
diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 77,73 dan ketuntasan
belajar mencapai 79,01% atau ada 17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar.
Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara
klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya
peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa
setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah
mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan
pembelajaran model PAKEM.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan
kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut.
1)
Memotivasi siswa
2)
Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3)
Pengelolaan waktu
d. Revisi
Rancangan
Pelaksanaan
kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka
perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:
1)
Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat
siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2)
Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada
perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3)
Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa
merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4)
Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga
kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5)
Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan
memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan
belajar mengajar.
3. Siklus III
a. Tahap
perencanaan
Pada tahap ini
peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 18 …..
2005 di Kelas … dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran
dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses
belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian
pada siklus III adalah sebagai berikut.
Tabel 4.3. Hasil Formatif
Siswa Pada Siklus III
No
|
Uraian
|
Hasil
Siklus III
|
1
2
3
|
Nilai
rata-rata tes formatif
Jumlah
siswa yang tuntas belajar
Persentase
ketuntasan belajar
|
82,73
19
86,36
|
Berdasarkan tabel
di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 82,73 dan dari 22 siswa
telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar.
Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,36%
(termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan
lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini
dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan
pembelajaran model PAKEM sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan
pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang
telah diberikan.
c. Refleksi
Pada tahap ini
akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik
dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran model PAKEM. Dari
data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
1)
Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan
semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup
besar.
2)
Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa
aktif selama proses belajar berlangsung.
3)
Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah
mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4)
Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai
ketuntasan.
d. Revisi
Pelaksanaan
Pada siklus III
guru telah menerapkan pembelajaran model PAKEM dengan baik dan dilihat dari
aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar
sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi
yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses
belajar mengajar selanjutnya penerapan model pembelajaran PAKEM dapat
meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
B. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil
Belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pembelajaran model PAKEM memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman
siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari
siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 68,18%, 79,01%, dan 86,36%. Pada
siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam
Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan model
pembelajaran PAKEM dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak
positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata siswa pad setiap siklus yang terus mengalami
peningkatan.
3. Aktivitas Siswa Dalam
Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PAI pada pokok bahasan kisah nabi
Ibrahim a.s, dan nabi Ismail a.s dengan model pembelajaran PAKEM yang paling
dominan adalah, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar
siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa
dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama
pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar
dengan menerapkan pengajaran konstekstual model pengajaran berbasis masalah
dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya
aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan
materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk
aktivitas di atas cukup besar.
BAB V
SIMPULAN DAN
SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh
pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1.
Model pembelajaran PAKEM dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran PAI.
2.
Pembelajaran model PAKEM memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (79,01%),
siklus III (86,36%).
3.
Model pembelajaran PAKEM dapat menjadikan siswa merasa
dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan,
ide dan pertanyaan.
4.
Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok,
serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok.
5.
Penerapan pembelajaran model PAKEM mempunyai pengaruh
positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
B. Saran
Dari
hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar
mengajar PAI lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa,
maka disampaikan saran sebagai berikut:
1.
Untuk melaksanakan model pembelajaran PAKEM memerlukan
persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih
topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran model PAKEM dalam
proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2.
Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru
hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau
dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan
baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3.
Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil
penelitian ini hanya dilakukan di … tahun pelajaran …
4.
Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan
perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen
Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar
Mengajar Pendidikan. Jakarta:
Usaha Nasional.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep
Pendidikan Moral Pancasila. Semarang:
Aneka Ilmu.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi
Belajar. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research,
Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi
UGM.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan
Mengajar. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
Hasibuan K.K. dan Moerdjiono. 1998. Proses
Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta.
Rineksa Cipta.
Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas
Press.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi
Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk
Belajar. Surabaya:
University Press. Univesitas Negeri Surabaya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta:
Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta:
Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan
Model Pembelajaran. Jakarta:
PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian
Tindakan Kelas. Surabaya:
Insan Cendekia.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran
Nasional. Bandung:
Jemmars.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar
Mengajar di Sekolah. Jakarta:
PT. Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan,
Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru
Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Lampiran 1
Nilai Tes Formatif Pada Siklus I
No. Urut
|
Skor
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Skor
|
Keterangan
|
T
|
TT
|
T
|
TT
|
1
|
100
|
Ö
|
|
12
|
80
|
Ö
|
|
2
|
60
|
|
Ö
|
13
|
50
|
|
Ö
|
3
|
80
|
Ö
|
|
14
|
70
|
Ö
|
|
4
|
60
|
|
Ö
|
15
|
70
|
Ö
|
|
5
|
70
|
Ö
|
|
16
|
80
|
Ö
|
|
6
|
80
|
Ö
|
|
17
|
70
|
Ö
|
|
7
|
70
|
Ö
|
|
18
|
50
|
|
Ö
|
8
|
50
|
|
Ö
|
19
|
60
|
|
Ö
|
9
|
70
|
Ö
|
|
20
|
100
|
Ö
|
|
10
|
40
|
|
Ö
|
21
|
70
|
Ö
|
|
11
|
90
|
Ö
|
|
22
|
70
|
Ö
|
|
Jumlah
|
770
|
7
|
4
|
Jumlah
|
770
|
8
|
3
|
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 15
Jumlah Siswa yang tidak tuntas :
7
Skor Maksimal Ideal :
2200
Skor Tercapai : 1540
Rata-rata Skor Tercapai : 70,00
Prosentase Ketuntasan :
68,18
Lampiran 3
Nilai Tes Formatif Pada Siklus III
No. Urut
|
Skor
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Skor
|
Keterangan
|
T
|
TT
|
T
|
TT
|
1
|
100
|
Ö
|
|
12
|
90
|
Ö
|
|
2
|
70
|
Ö
|
|
13
|
70
|
Ö
|
|
3
|
90
|
Ö
|
|
14
|
90
|
Ö
|
|
4
|
80
|
Ö
|
|
15
|
90
|
Ö
|
|
5
|
80
|
Ö
|
|
16
|
90
|
Ö
|
|
6
|
90
|
Ö
|
|
17
|
80
|
Ö
|
|
7
|
90
|
Ö
|
|
18
|
60
|
|
Ö
|
8
|
60
|
|
Ö
|
19
|
80
|
Ö
|
|
9
|
90
|
Ö
|
|
20
|
100
|
Ö
|
|
10
|
60
|
|
Ö
|
21
|
80
|
Ö
|
|
11
|
100
|
Ö
|
|
22
|
80
|
Ö
|
|
Jumlah
|
910
|
9
|
2
|
Jumlah
|
910
|
10
|
1
|
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 19
Jumlah Siswa yang tidak tuntas :
3
Skor Maksimal Ideal :
2200
Skor Tercapai : 1820
Rata-rata Skor Tercapai : 82,73
Prosentase Ketuntasan :
86,36