Upaya Meningkatkan
Prestasi Dan Kualitas Belajar bahasa Indonesia Pada Materi Berbicara dan
Membaca Dengan Menerapkan Metode STAD dan Metode Role Playing Pada Siswa Kelas VI
SD
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Negara Indonesia terdiri dari berbagai suku
yang tinggal di beberapa pulau. Negara Indonesia memiliki bahasa persatuan
yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat
penting kedudukannya dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, Bahasa
Indonesia diajarkan sejak kelas 1. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
yang dijadikan status sebagai bahasa persatuan sangat penting untuk diajarkan
sejak anak-anak.
Bahasa Indonesia tidak akan terlepas
dari kebudayaan bangsa Indonesia
karena bahasa Indonesia dijadikan alat berkomunikasi dengan berbagai suku di
tanah air. Bahasa Indonesia memang diajarkan sejak anak-anak, tetapi model
pengajaran yang baik dan benar tidak banyak dilakukan oleh seorang pengajar.
Metode pengajaran bahasa Indonesia tidak dapat menggunakan satu metode karena
bahasa Indonesia sendiri yang bersifat dinamis. Bahasa sendiri bukan sebagai
ilmu tetapi sebagai keterampilan sehingga penggunaan metode yang tepat perlu
dilakukan.
Pada pembelajaran
Bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar / madrasah ibtidaiyah sangat
mengandalkan penggunaan metode-metode yang aplikatif dan menarik. Pembelajaran
yang menarik akan memikat anak-anak untuk terus dan betah mempelajari Bahasa
Indonesia sebagai bahasa ke-2 setelah bahasa ibu. Apabila siswa sudah tertarik dengan pembelajaran maka
akan dengan mudah meningkatkan prestasi siswa dalam bidang bahasa. Di sebagian
siswa, pembelajaran Bahasa Indonesia sangat membosankan karena mereka sudah
merasa bisa dan penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak
langsung siswa menjadi lemah dalam penangkapan materi tersebut. Penulis sebagai
guru Bahasa Indonesia sangat merasakan problem pembelajaran yang terjadi selama
ini.
Penulis juga
menemui kasus serupa ketika berada di daerah kabupaten yang terpencil sangat
kurang sekali penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh sebab itu,
penulis berusaha melakukan perubahan-perubahan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di dalam kelas. Salah satu perubahan yang dilakukan dengan
menggunakan metode role play dan metode STAD (student teams achievement
division) dalam standart kompetensi berbicara dan membaca. Dalam pembelajaran
Menceritakan Kegemaran, dapat dilakukan dengan menggunakan metode role play
sehingga menjadikan siswa lebih aktif. Metode role play memahami bahasa sebagai
keterampilan berbicara secara langsung dengan berdasarkan kehidupan siswa dalam
masayarakat. Metode role play sangat cocok diterapkan ketika pengajar melakukan
pembelajaran berbicara dengan dibantu dengan kartu peran.
Pertama-tama,
siswa dibagi dua kelompok dengan jumlah yang sama. Sebelumnya pengajar
menyediakan kartu peran dua macam yang berbeda warna sebanyak jumlah siswa.
Dalam kartu peran tersebut sudah diberi tanda atau tulisan siapa yang menjadi
lawan bicaranya. Siswa yang lain mencari pasangan bicaranya. Setelah menemukan,
siswa yang mencari tersebut berusaha untuk mengorek keterangan tentang
kegemarannya dengan menggunakan pertanyaan yang sudah disediakan di kartu
perannya (boleh ditambah sendiri), tetapi siswa yang diajak bicara diberi tahu
supaya jangan menjawan secara langsung kegemaran dirinya. Dengan kegiatan ini,
siswa saling berusaha untuk mencari dan memainkan strategi untuk mengetahui
kegemaran teman bicaranya. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian. Setelah
selesai melakukan kegiatan tersebut, pengajar memberikan pengarahan sekaligus
bertanya jawab tentang kegiatan yang sudah dilakukan. Siswa yang dapat
mengetahui kegemaran lawan bicaranya diberi penghargaan.
Dalam
pembelajaran membaca dapat memakai metode STAD sebagai kegiatan memacu
anak-anak memahami bacaan dengan cara diskusi kelompok. Teori STAD (student
teams achievement division) merupakan metode yang menekankan kepada kerja sama
kelompok untuk menyelesaikan sebuah masalah. Dalam metode ini, siswa
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut
tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, siswa
bekerja dalam tim mereka untuk memastikan seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut. Saat belajar berkelompok, siswa saling membantu untuk
menuntaskan materi yang dipelajari. Guru memantau dan mengelilingi tiap
kelompok untuk melihat adanya kemungkinan siswa yang memerlukan bantuan guru.
Metode ini pun dibantu oleh metode pelatihan, penugasan, dan tanya jawab sesuai
satuan pelajaran sehingga ketuntasan materi dapat terwujud (Her World Indonesia
edisi Maret 2005, halaman 190 – 1).
Berdasarkan uraian di atas, judul yang
diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Upaya Meningkatkan Prestasi Dan Kualitas Belajar bahasa Indonesia Pada
Materi Berbicara dan Membaca Dengan Menerapkan Metode STAD dan Metode Role
Playing Pada Siswa Kelas …………………………Tahun Pelajaran 200X/200X
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
- Bagaimanakah
peningkatan prestasi belajar siwa dengan diterapkannya pembelajaran model
STAD dan Role Playing?
- Bagaimanakah
pengaruh metode pembelajaran model STAD dan Role Playing terhadap motivasi
belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan
permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
- Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
setelah diterapkannya pembelajaran model STAD dan Role Playing.
- Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa
setelah diterapkan pembelajaran model STAD dan Role Playing.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam
penelitian tindakan yang berjudul ……………………………. yang dilakukan oleh peneliti,
dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
"Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas ………………. menggunakan
metode………………. dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka dimungkinkan minat
belajar dan hasil belajar siswa kelas …………………… akan lebih baik dibandingkan
dengan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sebelumnya".
D. Manfaat Penelitian
Penulis
mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:
- Memberikan
informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi bahasa
Indonesia.
- Meningkatkan
motivasi pada pelajaran bahasa Indonesia
- Mengembangkan
metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi bahasa Indonesia.
E. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu,
maka diperlukan pembatasan masalah meliputi:
- Penelitian
inihanya dikenakan pada siswa kelas ………………………………… tahun pelajaran ...../......
- Penelitian ini dilakukan pada bulan September
semester ganjil tahun pelajaran ...../......
- Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan…………………
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Belajar Dan Pembelajaran
Belajar tidak akan pernah lepas dari manusia karena
pada hakikatnya belajar dilakukan manusia sepanjanghayatnya atau
sekurang-kurangnya dia terus belajar walaupun sudah lulus sekolah. Di era
globalisasi dewasa ini yang mana situasi lingkungan terus berubah seiring
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kearah yang lebih
modern, belajar menjadi suatu kebutuhan yang penting.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang
kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami, dilakukan dan dihayati
oleh siswa itu sendiri, dimana siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya
proses belajar, proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada
di lingkungan baik itu berupa keadaan alam, benda-benda, hewan,
tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar (Dimyati
& Mudjiono,1997:7).
Pada abad sekarang ini banyak teori-teori belajar
yang dikemukakan oleh para ahli, berikut ini akan dikemukakan beberapa teori
belajar, pengertian belajar menurut pandangan teori behavioristik belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respon, seorang siswa dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat
menunjukkan perubahan tingkah lakunya (Budiningsih, 2005:20). Teori kognitif
mendefinisikan belajar sebagai perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak
selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak sehingga dapat
diasumsikan bahwa proses belajar akan belajar dengan baik jika materi pelajaran
atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki
seseorang (Budiningsih, 2005:51).
Pandangan konstruktivistik memandang belajar
merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui
asimilasi dan akomodasi yang menuju pada struktur kognitifnya, belajar
merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan yang mana pembentukan ini harus
dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir,
menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari
sehingga guru harus dapat menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi
terjadinya belajar. Namun pada akhirnya yang paling menentukan terwujudnya
gejala belajar adalah niat siswa itu sendiri atau dengan istilah lain kendali
belajar sepenuhnya ada pada diri siswa (Budiningsih, 2005:58).
Berdasarkan beberapa definisi di
atas dapat disimpulkan ciri-ciri kegiatan belajar adalah:
1. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan
perubahan pada diri individu pembelajar
2. Perubahan itu tidak harus segera nampak
setelah proses belajar tetapi dapat tampak pada kesempatan yang akan datang
3. Perubahan itu pada intinya adalah
didapatkannya kecakapan baru
4. Perubahan itu terjadi karena usaha dengan
sengaja
Sedangkan pembelajaran menurut Gagne (dalam
Saputra, dkk, 2003:31) pembelajaran adalah ”seperangkat peristiwa yang
diciptakan dan dirancang untuk mendorong, menggiatkan, dan mendukung belajar
siswa.”
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses
interaksi antara peserta didik dan lingkungannya sehingga terjadi perubahan
tingkah laku kearah yang lebih baik, dalam interaksi tersebut banyak sekali
faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari individu
maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas
guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang
terjadinya perubahan tingkah laku.
Pembelajaran memuat dua proses kegiatan yaitu
kegiatan guru dan kegiatan siswa. Kegiatan siswa adalah melakukan kegiatan
belajar. Sedangkan kegiatan guru adalah melakukan proses dan menjadikan siswa
belajar.
Saputra, dkk, 2003:5 menyebutkan bahwa:
Pembelajaran adalah tindakan
yang dirancang untuk menghasilkan terjadinya proses belajar. Dimasa lampau
peranan guru yang utama adalah penyebar informasi. Tindakan pembelajaran yang
dilakukan guru antara lain adalah berceramah kepada sejumlah anak dikelas,
memelihara disiplin kelas, dan mengevaluasi tiap-tiap siswa secara hati-hati
melalui tanya jawab atau tes, tetapi seiring dengan perkembangan pengetahuan
dan semakin kompleksnya pengetahuan manusia sekarang ini. Tindak pembelajaran
yang diperankan guru tidak sekedar sebagai penyebar informasi tetapi juga
memegang berbagai peran antara lain sebagai fasilitator, orang sumber,
organisator, moderator maupun evaluator
Dalam menciptakan kondisi belajar guru menggunakan
berbagai macam metode dan strategi, salah satunya adalah dengan dua pendekatan
pembelajaran kooperatif model STAD dan model pembelajaran role playing,
sehingga dengan menggunakan metode pembelajaran sehingga siswa dapat dengan
mudah memahami materi-materi yang diberikan oleh guru dan dapat menerapkannya
dikemudian hari.
B. Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa Latin communication yang berakar dari kata communis. Artinya adalah sama makna mengenai sesuatu hal. Dengan
kata lain, sesuatu peristiwa komunikasi akan berlangsung apabila orang – orang
yang terlibat didalmnya memiliki kesamaan persepsinya atau makna mengenai
sesuatu hal yang dikomunikasikan.
Sebagai sebuah istilah, komunikasi dapat
diartikan sebagai penyampaian dan penerimaan pesan atau informasi di antara dua
orang atau lebih dengan menggunakan simbol verbal (bahasa) dan noverbal. Dengan
demikian, mengajar, berpidato, memberi isyarat, menulis surat, membaca berita,
dan melihat tayangan telivisi, semuannyaitu dapat disebut komunikasi. Pendeknya
segala proses kegiatan antara dua orang atau lebih untuk berbagi informasi,
ide, dan perasaan, disebut komunikasi (Hybels dan Weaver,1992).
C. Karakteristik Komunikasi
1.
Komunikasi
itu unik
Unik dalam konteks ini mengacu kepada dua hal. Pertama, setiap orang
memiliki kebiasaan dan kebutuhan yang relatif berbeda ketika berkomunikasi.
Kebiasaaan itu dibentuk dari pengetahuan, pengalaman, potensi, serta karakter
seseorang. Adapun kebutuhan datangnya dari tujuan dan harapan yang timbul dari
diri sesorang ketika berkomunikasi. Termasuk dalam kebutuhan adalah keinginan
untuk diakui, dihibur, diberi ide atau informasi, didukung dan dimotivasi, dan
sebagainya.
2.
Komunikasi
itu Proses yang Dinamis
Sebagai suatu
proses, komunikasi adalah suatu aktivitas yang selalu berubah, terus menerus,
tak pernah benar – benar tuntas, dan selalu tak jelas awal dan akhirnya.
Peristiwa yang dialami sebelumnya—sekalipun tak disadari—mempengaruhi
komunikasi yang terjadi saat itu. Peristiwa komunikasi saat ini akan
mempengaruhi peristiwa dan komunikasi yang akan datang. Proses ini disebut
dinamis karena semua faktor yang terlibat dalam komunikasi—orang, latar (tempat
dan waktu), peristiwa, perilaku, media—secara terus menerus berinteraksi
3.
Komunikasi
itu terikat konteks
Yang dimaksud konteks disini adalah segala sesuatu yang melingkupi
komunikasi. Termasuk didalmnya adalah situasi komunikasi, tradisi, atau adat
istiadat, dan budaya masyarakat. Ketidakberhasilan komunikasi dapat terjadi
karena para pelaku komunikasi tidak memahami dengan baik hal – hal tersebut.
Wujudnya dapat berupa kesalahpahaman atau ketersinggungan yang dapat
ketidaksampaian pesan.
4.
Komunikasi
itu simbolik
Kesimbolikan itu
karena pada dasarnya manusia berpikir dan berlaku simbolis. Simbol atau lambang
merupakan sesuatu yang digunakan dan dianggap mewakili sesuatu hal yang
disepaki pemakainya. Mengapa perlu simbol ? Dengan simbol, manusia dapat
berkomunikasi untuk mengungkapkan berbagai hal secara tak terbatas.
5.
Komunikasi
merupakan suatu transaksi
Sebagai suatu transaksi, didalam komunikasi terjadi proses kegiatan
menyampaikan dan menerima pesan. Di situ ada orang
atau pihak yang berperan sebagai penyampai dan penerima pesan. Masing – masing
pasti memiliki kepribadian, pengalaman, suasana hati, kesan, dan harapanyang
tidak selalu sama. Selain itu, para pelaku komunikasi memainkan peran tertentu.
Apa yang kita perankan ditentukan oleh masyarakat (norma sosial), hubungan
antar pribadi, serta aturan yang mengendalikan segala sesuatu dari pemilihan
kata sampai dengan bahasa tubuh.
D. Proses Komunikasi
1.
Penyandian
atau pengkodean
Penyandian
adalah suatu aktivitas mental yang dilakukan komunikator atau penyampaian pesan
untuk memilih dan menyusun lambang yang sesuai untuk memuat pesan yang akan
dikomunikasikannya.
2.
Pengiriman
kode
Pengiriman kode
yaitu penyampaian pesan melalui lambang verbal atau non verbal sebagai saluran
atau sarana komunikasi. Kegiatan ini dapat kita amati dalam bentuk berbahasa
seperti berbicara dan menulis, atau ungkapan nonnerbal seperti gerak tangan dan
ekspresi muka
3.
Penerimaan
dan pemahaman kode
Penerimaan kode
yaitu suatu proses kegiatan mental yang dilakukan oleh penerima pesan
(Komunikan) dalam memahami pesan yang disampaikan oleh pihak penyampai
(Komunikator). Menurut ahli komunikasi, keberterimaan pesan itu sangat
dipengaruhi oleh kejelasan komunikasi yang dilakukan. Sedangkan kejelasan
dipengaruhi oleh penguasaan komunikator atas apa yang dikomuni-kasikannya.
E. Pengertian
Membaca dan Mendengarkan
Membaca dan mendengarkan keduannya
termasuk penguasaan bahasa pasif.
Tujuan membaca
adalah menangkap yang tertulis dengan tepat dan teratur.
Mendengarkan
itu berlangsung secara sepontan, dan diajarkan dengan spontan pula. Sedangkan
membaca ialah menangkap pikiran dan perasaan orang lain dengan perantara
tulisan (gambar dari bahasa yang dilisankan). Jadi pada mndengarkan, dengan langsung kita tangkap melalui pengertian
tentang tanda – tanda. Untuk itu teknik membaca harus dikuasi.
F. Faedah dan Nilai Membaca
Adapun faedah dan nilai membaca itu banyak,
antara lain :
1. Di sekolah, membaca itu mengambil tempat sebagai
pembantu bagi seluruh mata pelajaran.
2.
Mempunyai
nilai praktis. Sangat berguna bagi kehidupan sehari –hari dalam masyarakat. Bagi
perseorangan, membaca itu merupakan alat untuk manambah pengetahuan.
3.
Sebagai
penghibur. Untuk mengisi waktu luang (seperti membaca syair, sjak, roman,
majalah, dan sebagainya)
4.
Memperbaiki
akhlak dan nilai bernilai keagamaan;jika yang dibaca adalah buku-buku yang
bernilai etika maupun keagamaan.
5.
Bernilai
fungsional. Dalam arti berguna bagi pembentukkan fungsi-fungsi kejiwaan;seperti
membentuk daya ingatan, daya fantasi, daya pikir (akal), berbagai jenis
perasaan, dan sebagainya.
G. Jenis – jenis Buku
bacaan
1.
Buku
bacaan pusparagam
Yaitu
buku bacaan yang didalmnya mengandung bermacam – macam hal. Contohnya: buku
Bendera Berkibar, Mutiara, Buku Bacaan Baru, dan sebaginya.
2.
Buku
bacaan dengan cerita bersambung
Dari buku ini dapat
dibedakan :
a.
Yang memiliki nilai
pendidikan budi pekerti dan keteladanan-teladanan yang disajikan dalam buku
ini. Contoh Bacaan Bahasaku, Si Didi Anak Jakarta, Bacaan Bahasa Kita, dan
sebagainya.
b.
Yang mengandung
berbagai ilmu yang terdapat dalam lingkungan siswa, misalnya: pertanian,
perindustrian, negara dan bangsa asing, zaman yang silam, dan sebagainya.
3.
Buku
bacaan pelajaran
Yang
dimaksud dengan buku bacaan pelajaran ialah buku yang khusus mengenai suatu
mata pelajaran. Seperti: IPS (Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Sejarah, dsb); bahasa
Indonesia(Fisika, Biologi, Kimia); Matematika (Berhitung, Aljabar, Geometri),
dan sebagainya.
4.
Buku
bacaan monografis
Yaitu
buku yang membicarakan suatu hal, misalnya: roman anak-anak, cerita pendek,
kisah perjalanan, penemuan negeri baru, dan lain lain. Buku bacaan jenis ini kebanyakan dimasukkan ke dalam perpustakaan kelas,
ataupun perpustakaan sekolah. Contoh: Buku berternak Itik, 44 Hari Mengelilingi
Dunia, Lutung Kasarung, dan sebaginya.
5.
Buku
bacaan bercorak sastra
Umumnya buku karya sastrawan,
antara lain berupa fiksi(prosa dan puisi). Buku – buku ini memberikan keindahan
bahasa. Isinya kerap kali kurang diperhatikan oleh pengajaranya, padahal tanpa
memahami isi tidak mungkin siswa merasa keindahan sastra.
6.
Buku
Bacaan yang bercorak kesusilaan
Biasanya
buku jenis ini menceritakan tentang tingkah laku anak – anak yang baik, atau
kurang baik/tidak baik, atau menceritakan riwayat orang-orang bedar.
H.
Model STAD (Student Teams Achivement
Division )
Metode STAD dikembangkan oleh Robert
Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang
sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran
kooperatif. Para guru menggunakan metode STAD
untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik
melalui penyajian verbal maupun tertulis. Para
siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tiem, masing-masing
terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang
heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuannya (tinggi, sedang,
rendah). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik; dan kemudian saling
membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi
antarsesama anggota tim. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua
minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap
bahan akademik yang telah dipelajari. Tiap siswa dan tim diberi skor atas
penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim
yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih
suatu kriteria atau standar tertentu.
Langkah-langkah dalam pembelajaran
kooperatif mode STAD sebagai berikut:
- Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok
terdiri dari tiga sampai dengan lima
orang. Anggota-anggota kelompok dibuat heterogen meliputi karakteristik
kecerdasan, kemampuan awal matematika, motivasi belajar, jenis kelamin,
atupun latar belakang etnis yang berbeda.
- Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi
guru dalam menjelaskan pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data,
pemberian contoh. Tujuan peresentasi adalah untuk mengenalkan konsep dan
mendorong rasa ingin tahu siswa.
- Pemahan
konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas kelompok. Mereka
boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secara serentak atau saling
bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan masalah
dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut.
Para siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban tetapi juga
untuk mempelajari konsepnya. Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka
dianggap belum selesai mempelajari materi sampai semua anggota kelompok
memahami materi pelajaran tersebut.
- Siswa
diberi tes atau kuis individual dan teman sekelompoknya tidak boleh
menolong satu sama lain. Tes individual ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat penguasaaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa
diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang
dimiliki sebelumnya.
- Hasil
tes atau kuis selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan
poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau
melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk
membentuk skor kelompok.
- Setelah itu guru memberikan pernghargaan kepada
kelompok yang terbaik prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria
tertentu. Penghargaan disini dapat berupa hadiah, sertifikat, dan
lain-lain.
Gagasan utama dibalik model STAD adalah
untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan membantu satu sama lain untuk
menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para siswa
menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka harus membantu
teman sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan. Mereka harus mendorong
teman meraka untuk melakukan yang terbaik dan menyatakan suatu norma bahwa
belajar itu merupakan suatu yang penting, berharga dan menyenangkan.
H.
Model Pembelajaran Kartu Peran (Role
Playing)
Bermain peran merupakan salah satu model
pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan
dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship), terutama yang
menyangkut kehidupan peserta didik.
Pengalaman belajar yang diperoleh dari
metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan
suatu kejadian
Melalui
bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan
antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara
bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan,
sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.
Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel,
(E. Mulyasa, 2003) mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi :
(1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; (2) memilih peran; (3)
menyusun tahap-tahap peran; (4) menyiapkan pengamat; (5) menyiapkan pengamat;
(6) tahap pemeranan; (7) diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap
I ; (8) pemeranan ulang; dan (9) diskusi dan evaluasi tahap II; dan (10)
membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.
Langkah – langkah Pembelajaran:
1. Guru menyusun sekenario yang ditampilkan
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari
sekenario dua hari sebelum KBM
3. Guru menunjuk kelompok siswa yang
anggotanya 5 orang
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi
yang ingin dicapai dalam pembelajaran
5. Memanggil siswa yang sudah ditunjuk untuk
melakonkan sekenario yang sudah dipersiapkan
6. Masing – masing siswa duduk dikelompoknya,
masing-masing sambil memperhatikan mengamati sekenario yang sedang diperagakan
7. Setelah selesai dipentaskan, masing –
masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk dibahas
8. Masing – masing kelompok menyampaikan
hasil kesimpulannya
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
10. Evaluasi
11. Penutup
I. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap
Metode pembelajaran STAD dan Metode Pembelajaran Role Playing
Motivasi adalah suatu
kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses
kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu
akan menyerap dan mengendapkan materi itu
dengan lebih baik (Nur, 2001: 3). Sedangkan prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya
setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Student Team Achivement Divisions (STAD)
dan Kartu Peran(Role Playing) adalah suatu strategi pembelajaran model baru yang bersifat kooperatif,
menyenangkan dan efektif. Model STAD merupakan metode yang menekankan kepada
kerja sama kelompok untuk menyelesaikan sebuah masalah sedangkan Metode Role
Playing merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik terlibat
dalam situasi masalah nyata dan sehingga terjadi pemahaman dan pandangan mengenai
situasi nyata tersebut.
Dari uraian tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam pembelajaran model think
pair share tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan
makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tingi
pula. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa.
Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti,
1997; 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru
bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan
terintegratif, dan (d) administrasi social ekperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentu
guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah
praktisi (guru). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan
hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian
mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama
dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar
tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti.
Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi
kevalidan data yang diperlukan.
Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan
belajar secara kalasikal telah mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian
ini, peneliti tidak tergantung pada jumlah siklus yang harus dilalui.
A. Tempat,
Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian
adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data
yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di ………………………………………………. tahun
pelajaran ...../......
2. Waktu Penelitian
Waktu
penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini
dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester gasal ...../......
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian
adalah siswa-siswi kelas ………………………………..pada pokok bahasan …………
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah
suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan
untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana
praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis
(2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif
oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK
adalah untuk memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara
berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya
meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai
dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu
berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus
meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection
(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1
dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian
tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
- Rancangan/rencana
awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah,
tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen
penelitian dan perangkat pembelajaran.
- Kegiatan
dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai
upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak
dari diterapkannya metode pembelajaran
model discovery .
- Refleksi,
peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh
pengamat.
- Rancangan/rencana
yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan
yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi
dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran
dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub
pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat
dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
C. Instrumen
Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana
dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta
penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun
untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indicator
pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegaian ini yang
dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Lembar Observasi Kegiatan
Belajar Mengajar
a.
Lembar observasi pengolahan pembelajaran model STAD dan
Role Playing, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b.
Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk
mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5. Tes formatif
Tes ini
disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes formatif ini
diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda
(objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46
D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi pengolahan pembelajaran model STAD dan Role Playing, observasi
aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.
E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan
tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk
memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa
selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini
dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
- Untuk menilai ulangan atu tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
Dengan :
=
Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan
belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk
pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang
siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan
kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah
mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. Untuk menghitung
persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
BAB IV
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh
berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan
pengelolaan pembelajaran model STAD dan Role Playing dan pengamatan aktivitas
siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap
siklus.
Data
hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul
mewakili apa yang diinginka. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Data
lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan penglolaan
pembelajaran model STAD dan Role Playing yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh penerapan metode pembelajaran model STAD dan Role Playing dalam
meningkatkan prestasi
Data
tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan pembelajaran model STAD dan Role Playing.
A. Analisis Item Butir Soal
Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian
berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan
dianalisi. Uji coba dilakukan pada
siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan meliputi:
- Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes
sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari
perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari
validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1. Soal Valid dan
Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid
|
Soal Tidak Valid
|
1,
2, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30,
36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45
|
3,
4, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 31, 32, 33, 34, 35, 40, 46
|
- Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya.
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar
0, 775. Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa
(N = 22) dengan r (95%) = 0,423. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan
telah memenuhi syarat reliabilitas.
- Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.
Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat:
-
20 soal mudah
-
16 soal sedang
-
10 soal sukar
- Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam
membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek
sebanyak 14 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkreteria baik 10 soal, dan yang
berkriteria tidak baik 2 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan
telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya
pembeda.
B. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan
Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada
tanggal 4 September 2001 di kelas VI dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal
ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa
Pada Siklus I
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
T
|
TT
|
T
|
TT
|
1
|
60
|
|
√
|
12
|
60
|
|
√
|
2
|
70
|
√
|
|
13
|
80
|
√
|
|
3
|
70
|
√
|
|
14
|
70
|
√
|
|
4
|
60
|
|
√
|
15
|
80
|
√
|
|
5
|
80
|
√
|
|
16
|
70
|
√
|
|
6
|
80
|
√
|
|
17
|
90
|
√
|
|
7
|
70
|
√
|
|
18
|
60
|
|
√
|
8
|
70
|
√
|
|
19
|
60
|
|
√
|
9
|
60
|
|
√
|
20
|
70
|
√
|
|
10
|
80
|
√
|
|
21
|
70
|
√
|
|
11
|
50
|
|
√
|
22
|
60
|
|
√
|
Jumlah
|
750
|
7
|
4
|
Jumlah
|
770
|
8
|
3
|
Jumlah Skor 1520
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai
69,09
|
Keterangan: T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas :
15
Jumlah siswa yang belum tuntas :
7
Klasikal :
Belum tuntas
Tabel
4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus I
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase
ketuntasan belajar
|
69,09
15
68,18
|
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode
pembelajaran model STAD dan Role Playing diperoleh nilai rata-rata prestasi
belajar siswa adalah 69,09 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15
siswa dari 22 siswa sudah tuntas
belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal
siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya
sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum
mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode
pembelajaran model STAD dan Role Playing.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan
pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada
tanggal 12 September 2001 di kelas VI dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal
ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga
kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif
II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa Pada
Siklus II
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
T
|
TT
|
T
|
TT
|
1
|
60
|
|
√
|
12
|
90
|
√
|
|
2
|
80
|
√
|
|
13
|
80
|
√
|
|
3
|
80
|
√
|
|
14
|
80
|
√
|
|
4
|
90
|
√
|
|
15
|
80
|
√
|
|
5
|
90
|
√
|
|
16
|
80
|
√
|
|
6
|
60
|
|
√
|
17
|
60
|
|
√
|
7
|
80
|
√
|
|
18
|
80
|
√
|
|
8
|
70
|
√
|
|
19
|
70
|
√
|
|
9
|
60
|
|
√
|
20
|
60
|
|
√
|
10
|
80
|
√
|
|
21
|
80
|
√
|
|
11
|
90
|
√
|
|
22
|
80
|
√
|
|
Jumlah
|
840
|
8
|
3
|
Jumlah
|
840
|
9
|
2
|
Jumlah Skor 1680
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai
76,36
|
Keterangan: T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas :
17
Jumlah siswa yang belum tuntas :
5
Klasikal :
Belum tuntas
Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil
Tes Siklus II
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus II
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase
ketuntasan belajar
|
76,36
17
77,27
|
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 76,36 dan ketuntasan belajar mencapai 77,27% atau ada 17 siswa dari 22
siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini
ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih
baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah
guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes
sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar.
Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan
guru dengan menerapkan metode pembelajaran model STAD dan Role Playing.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat-alat
pengajaran yang mendukung
b. Tahap kegiatan dan
pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan
pada tanggal 19 September 2001 di kelas VI dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam
hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga
kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif
III. Adapun data hasil peneitian pada siklus III adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif
Siswa Pada Siklus III
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
T
|
TT
|
T
|
TT
|
1
|
90
|
√
|
|
12
|
90
|
√
|
|
2
|
90
|
√
|
|
13
|
90
|
√
|
|
3
|
90
|
√
|
|
14
|
90
|
√
|
|
4
|
80
|
√
|
|
15
|
60
|
|
√
|
5
|
90
|
√
|
|
16
|
90
|
√
|
|
6
|
80
|
√
|
|
17
|
80
|
√
|
|
7
|
90
|
√
|
|
18
|
70
|
√
|
|
8
|
60
|
|
√
|
19
|
70
|
√
|
|
9
|
90
|
√
|
|
20
|
80
|
√
|
|
10
|
90
|
√
|
|
21
|
90
|
√
|
|
11
|
60
|
|
√
|
22
|
80
|
√
|
|
Jumlah
|
910
|
9
|
2
|
Jumlah
|
890
|
10
|
1
|
Jumlah Skor 1800
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai
81,82
|
Keterangan: T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas :
19
Jumlah siswa yang belum tuntas :
3
Klasikal :
Tuntas
Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus III
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase
ketuntasan belajar
|
81,82
19
86,36
|
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar
81,82 dan dari 22 siswa yang telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum
mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah
tercapai sebesar 86,36% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada
siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam
menerapkan pembelajaran model STAD dan Role Playing sehingga siswa menjadi
lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam
memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus III ini ketuntasan secara
klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus III.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun
yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan
pembelajaran model STAD dan Role Playing. Dari data-data yang telah diperoleh
dapat duraikan sebagai berikut:
1)
Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan
semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup
besar.
2)
Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa
aktif selama proses belajar berlangsung.
3)
Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah
mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4)
Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran model STAD dan Role
Playing dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa
pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan
revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan
selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang telah ada dengan
tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan
pembelajaran model STAD dan Role Playing dapat meningkatkan proses belajar
mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
C. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian
ini menunjukkan bahwa pembelajaran model STAD dan Role Playing memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru
(ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing
68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara
klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data,
diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran model STAD dan Role Playing
dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap
prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data,
diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada pokok
bahasan ………… yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media,
mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara
siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat
dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas
guru selama pembelajaran telah melaksanakan langah-langkah pembelajaran model
STAD dan Role Playing dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang
muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan
kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi
umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas
cukup besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh
pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pembelajaran dengan model STAD dan Role Playing memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
(68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).
- Penerapan
metode pembelajaran model STAD dan Role Playing mempunyai pengaruh
positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan
dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa
menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran model
STAD dan Role Playing sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang
diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar bahasa Indonesia
lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka
disampaikan saran sebagai berikut:
- Untuk
melaksanakan model model STAD dan Role Playing memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan model model STAD dan Role Playing dalam
proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
- Dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering
melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang
sederhana, dimana siswa nantinya
dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan,
sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya.
- Perlu
adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakuakan di ………………………………… tahun pelajaran ...../......
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi bahasa Indonesia dan Remidi
Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Joyce, Bruce dan Weil,
Marsh. 1972. Models of Teaching
Model. Boston:
A Liyn dan Bacon.
Masriyah. 1999. Analisis Butir
Tes. Surabaya:
Universitas Press.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian
Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk
Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian
Siswa untuk Belajar. Surabaya.
University Press. Universitas Negeri Surabaya.
Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman
Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa Universitas Press.
Suryosubroto, B.
1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
UPAYA
MENINGKATKAN PRESTASI DAN KUALITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA MATERI
BERBICARA DAN MEMBACA DENGAN MENERAPKAN METODE STAD DAN METODE ROLE PLAYING
PADA SISWA
KELAS ………………
TAHUN
PELAJARAN ………………………
KARYA
ILMIAH
OLEH
………………………………..
NIP: ……………………………
DINAS PENDIDIKAN …………………………………..
…………………………………………
………………………………………………
HALAMAN PERSETUJUAN DAN
PENGESAHAN
Setelah membaca dan mencermati karya
ilmiah yang merupakan ulasan hasil penelitian yang tidak dipublikasikan tetapi
didokumentasikan di perpustakaan ………………………………….. hasil karya dari:
Nama : ……………………….
NIP : ……………………….
Unit
Kerja : ………………………………
Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Dan Kualitas
Belajar bahasa Indonesia Pada Materi Berbicara dan Membaca Dengan Menerapkan
Metode STAD dan Metode Role Playing Pada Siswa Kelas …………………………………………….. Tahun
Pelajaran 200X/200X.
Menyetujui dan mengesahkan untuk diajukan mendapatkan Penetapan Angka
Kredit Kenaikan Pangkat dalam jabatan fungsional guru.
Mengetahui
Ketua PD PGRI II
Kepala …………………
…………………….
……………………………
……………………………… …………………………..
NPA: NIP:
……………….
HALAMAN PERSETUJUAN DAN
PENGESAHAN
Karya Ilmiah ini diajukan sebagai syarat
untuk memenuhi penetapan angka kredit kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional
guru. Karya ilmiah ini tidak dipublikasikan tetapi telah disetujui dan disahkan
untuk didokumentasikan di perpustakaan …………………………………..
Pada Hari :
……………………
Tanggal : ……………………
Pustakawan
Kepala
…………………. …………………………..
NIP: ………………. NIP: …………………
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur
Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan karya ilmiah dengan
judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Dan
Kualitas Belajar bahasa Indonesia Pada Materi Berbicara dan Membaca Dengan
Menerapkan Metode STAD dan Metode Role Playing Pada Siswa Kelas
…………………………………………….. Tahun Pelajaran 200X/200X”, penulisan karya ilmiah ini
kami susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat dipakai
sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga anak
didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja.
Dalam penyusunan karya
ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan
tulus dan sedalam-dalamnya kepada:
1.
Yth. Kepala Dinas Pendidikan …………………………………….
2.
Yth. Ketua PD II PGRI ………………………….
3.
Yth. Rekan-rekan Guru ……………………………….
4.
Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga
penulisan ini selesai.
Penulis
menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk itu segala
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan.
Penulis
ABSTRAK
…………………., 200X.Upaya
Meningkatkan Prestasi Dan Kualitas Belajar bahasa Indonesia Pada Materi Berbicara dan
Membaca Dengan Menerapkan Metode STAD dan Metode Role Playing Pada Siswa Kelas
…………………………………………….. Tahun Pelajaran 200X/200X
Kata Kunci: bahasa
Indonesia, metode model STAD dan Role Playing
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan
oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan
meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan
di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat
penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu
memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata
pelajaran yang akan disampaikan.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini
adalah: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan
diterapkannya pembelajaran model STAD dan Role Playing? (b) Bagaimanakah
pengaruh metode pembelajaran model STAD dan Role Playing terhadap motivasi
belajar siswa?
Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah: (a)
Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya
pembelajaran model STAD dan Role Playing. (b) Ingin mengetahui pengaruh
motivasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran model STAD dan
Role Playing.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran.
Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas
………………………………………. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar
observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar
siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I
(68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode model
STAD dan Role Playing dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa
……………………………., serta metode pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif pembelajaran bahasa Indonesia.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .................................................................................................
Lembar Pengesahan ..................................................................................................
Kata Pengantar ..........................................................................................................
Abstrak ......................................................................................................................
Daftar
Isi ...................................................................................................................
BAB ..... I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah .............................................................
B.
Perumusan Masalah......................................................................
C.
Tujuan Penelitian .........................................................................
D.
Manfaat Penelitian ......................................................................
E.
Batasan Masalah .........................................................................
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Belajar
Dan Pembelajaran..............................................
B. Pengertian Komunikasi................................................................
C. Karakteristik Komunikasi............................................................
D. Proses Komunikasi.......................................................................
E. . Pengertian Membaca dan Mendengarkan..........................
F.
Faedah dan Nilai Membaca................................................
G. Model STAD (Student Teams Achivement Division
)......
H. Model Pembelajaran Kartu Peran (Role Playing)
..............
I. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar
Terhadap
Metode pembelajaran STAD dan Metode
Pembelajaran
Role Playing........................................................................
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Waktu, dan Subyek
Penelitian ......................................
B.
Rancangan Penelitian
.................................................................
C.
Instrumen Penelitian ...................................................................
D.
Metode Pengumpulan Data
.......................................................
E.
Teknik Analisis Data ...................................................................
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Analisi Item Butir Soal
..............................................................
B.
Analisis Data Penelitian Persiklus ..............................................
C.
Pembahasan .......................................................................
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan .................................................................................
B.
Saran ...........................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA ..............................................................................................