PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh :
Prof. Dr. Suwarsih Madya
A.
Pendahuluan
Anda adalah guru yang sudah banyak jam
terbangnya, bukan? Pasti Anda punya banyak
pengalaman, baik manis maupun pahit, dalam mengajar. Pengalaman manis dapat Anda rasakan ketika
siswa-siswa Anda berhasil meraih prestasi, yang sebagian merupakan kontribusi
Anda. Dan, Anda pasti menginginkan siswa-siswa Anda selalu berhasil meraih
prestasi terbaik. Namun, mungkin keinginan Anda yang mulia tersebut lebih
sering tidak tercapai karena berbagai alasan. Misalnya, mungkin Anda sering
menemukan siswa-siswa tidak bersemangat, kurang termotivasi, kurang percaya
diri, kurang disiplin, kurang bertanggung jawab dsb. Pasti Anda sudah melakukan
upaya untuk mengatasinya, tetapi mungkin hasilnya masih jauh dari yang Anda
inginkan.
Dan Anda masih ingin mengatasi
masalah-masalah yang Anda temukan di kelas, bukan? Mengapa tidak mencoba
mengatasinya lewat suatu kegiatan penelitian tindakan? Mendengar kata
’penelitian’ mungkin Anda ingat pengalaman pahit ketika dulu meneliti untuk
skripsi Anda karena harus mengembangkan instrumen yang berkali-kali direvisi
atas saran dosen pembimbing, harus minta ijin ke sana ke sini, harus terjun ke
lapangan menemui responden, yang tidak selalu menyambut dengan ramah kedatangan
Anda, harus kecewa karena angket tidak semua dikembalikan, harus
menganalisis data dan seirng tersandung masalah statistik, dan setelah analisis
selesai, harus kecewa karena hasilnya tidak selalu siap dipraktikkan di dunia
nyata. dsb. Singkatnya, kegiatan penelitian tidak mudah karena
pertanggungjawaban teoretisnya cukup berat.
Anda tidak perlu mengalami itu semua ketika
Anda melakukan penelitian tindakan. Mengapa? Karena jenis penelitian ini memang
berbeda dengan jenis penelitian lain. Kalau jenis penelitian lain layaknya
dilakukan oleh para ilmuwan di kampus atau lembaga penelitian, penelitian
tindakan layaknya dilakukan oleh para praktisi, termasuk Anda sebagai guru.
Kalau jenis penelitian lainnya untuk mengembangkan teori, penelitian tindakan
ditujukan untuk meningkatkan praktik lapangan. Jadi penelitian tindakan adalah
jenis penelitian yang cocok untuk para praktisi, termasuk guru.
Mari kita bicarakan hal ikhwal tentang
penelitian tindakan. Kalau Anda pernah mempelajarinya, pembicaraan ini berfungsi
untuk menyegarkan kembali atau memperkaya apa yang telah Anda ketahui. Kalau
Anda belum tahu banyak, lewat pembicaraan ini Anda akan mengenalnya,
memahaminya, dan akhirnya berminat untuk melaksanakannya, untuk mencapai
cita-cita Anda yang mulia, yaitu meningkatkan keberhasilan mendidik, mengajar
dan melatih murid-murid Anda, yang akan memberikan sumbangan yang signifikan
pada peningkatkan kualitas pendidikan nasional. Seperti tercantum dalama
UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, Pasal 3, pendidikan nasional befungsi untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang merupakan salah satu tujuan kemerdekaan
bangsa kita, seperti dinyatakan pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Oleh
sebab itu, upaya Anda untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas merupakan
amalan mulia karena memberikan kontribusi dalam mengisi kemerdekaan yang telah
direbut lewat pengorbanan yang tidak sedikit.
Mari kita menyamakan pemahaman tentang
apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas (PTK).
B. Apa yang Dimaksud
dengan PTK dan Apa Ciri-cirinya?
Karena penelitian tindakan cocok untuk para praktisi yang bergelut dengan dunia
nyata, maka ia cocok untuk Anda sebagai guru. Anda mungkin heran kenapa istilah
’penelitian’ yang biasanya berkenaan dengan teori sekarang dijodohkan dengan
istilah ’tindakan’. Keheranan Anda tidak berlebihan karena memang jenis
penelitian ini tergolong muda dibandingkan dengan penelitian tradisional yang
telah ratusan tahun dikembangkan. Uraian beberapa butir di bawah ini akan dapat
membantu Anda dalam memahami apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan
(Silakan baca Burns, 1999: 30; Kemmis & McTaggrt, 1982: 5; Reason &
Bradbury, 2001: 1).
Penelitian
tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk
meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh
guru ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung
jawabnya dan ia disebut ’penelitian tindakan kelas’ atau PTK.
Apakah
kegiatan penelitian tindakan tidak akan mengganggu proses pembelajaran? Sama
sekali tidak, karena justru ia dilakukan dalam proses pembelajaran yang alami
di kelas sesuai dengan jadwal. Kalau begitu, apakah penelitian tindakan kelas
(PTK) bersifat situasional, kontekstual, berskala kecil, terlokalisasi, dan secara
langsung gayut (relevan) dengan situasi nyata dalam dunia kerja? Benar. Apakah
berarti bahwa subyek dalam PTK termasuk murid-murid Anda? Benar. Lalu bagaimana
cara untuk menjaga kualitas PTK? Apakah boleh bekerjasama dengan guru lain?
Benar. Anda bisa melibatkan guru lain yang mengajar bidang pelajaran yang sama,
yang akan berfungsi sebagai kolaborator Anda.
Karena
situasi kelas sangat dinamis dalam konteks kehidupan sekolah yang dinamis pula,
apakah peneliti perlu menyesuaikan diri dengan dinamika yang ada? Benar. Anda
memang dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar kegiatan PTK Anda selaras
dengan situasi yang ada, tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada
tercapainya perbaikan. Hal ini menuntut komitmen untuk berpartisipasi dan
kerjasama dari semua orang yang terlibat, yang mampu melakukan evaluasi diri
secara kontinyu sehingga perbaikan demi perbaikan, betapapun kecilnya, dapat
diraih. Kalau begitu, apakah diperlukan kerangka kerja agar masalah
praktis dapat dipecahkan dalam situasi nyata? Benar. Tindakan dilaksanakan
secara terencana, hasilnya direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu untuk
dijadikan landasan dalam melakukan modifikasi.
C. Apa syarat-syarat agar PTK Anda berhasil?
Untuk dapat meraih perubahan yang diinginkan melalui PTK, apakah ada
syarat-syarat lain? Betul, silakan baca McNiff, Lomax dan Whitehead (2003).
Pertama, Anda dan kolaborator serta murid-murid harus punya tekad dan komitmen
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan komitmen itu terwujud dalam keterlibatan
mereka dalam seluruh kegiatan PTK secara proporsional. Andil itu mungkin
terwujud jika ada maksud yang jelas dalam melakukan intervensi tersebut. Kedua,
Anda dan kolaborator menjadi pusat dari penelitian sehingga dituntut untuk
bertanggung jawab atas peningkatan yang akan dicapai. Ketiga, tindakan
yang Anda lakukan hendaknya didasarkan pada pengetahun, baik pengetahuan
konseptual dari tinjauan pustaka teoretis, maupun pengetahuan teknis
prosedural, yang diperoleh lewat refleksi kritis dan dipadukan dengan
pengalaman orang lain dari tinjauan pustaka hasil penelitian tindakan),
berdasarkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Refleksi kritis dapat
dilakukan dengan baik jika didukung oleh keterbukaan dan kejujuran terhadap
diri sendiri, khususnya kejujuran mengakui kelemahan/kekurangan diri.
Keempat, tindakan tersebut dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan
bahwa situasi dapat diubah ke arah perbaikan. Kelima, penelitian
tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan melalui
tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya.
Keenam, Anda mesti mamantau secara sistematik agar Anda mengetahui
dengan mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya berkenaan dengan pemahaman
yang lebih baik terkadap praktik dan pemahaman tentang bagaimana perbaikan ini
telah terjadi. Kutujuh, Anda perlu membuat deskripsi otentik
objektif (bukan penjelasan) tentang tindakan yang dilaksanakan dalam riwayat
faktual, perekaman video and audio, riwayat subjektif yang diambil dari
buku harian dan refleksi dan observasi pribadi, dan riwayat fiksional.
Kedelapan, Anda perlu memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan
deskripsi autentik tersebut di atas, yang mencakup (1) identifikasi makna-makna
yang mungkin diperoleh (dibantu) wawasan teoretik yang relevan, pengaitan
dengan penelitian lain (misalnya lewat tinjauan pustaka di mana kesetujuan dan
ketidaksetujuan dengan pakar lain perlu dijelaskan), dan konstruksi model
(dalam konteks praktik terkait) bersama penjelasannya; (2) mempermasalahkan
deskripsi terkait, yaitu secara kritis mempertanyakan motif tindakan dan
evaluasi terhadap hasilnya; dan (3) teorisasi, yang dilahirkan dengan
memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan cara tertentu.
Kesembilan,Anda perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai
bentuk termasuk: (1) tulisan tentang hasil refleksi-diri, dalam bentuk catatan
harian dan dialog, yaitu percakapan dengan dirinya sendiri; (2) percakapan
tertulis, yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan
tersebut; (3) narasi dan cerita; dan (4) bentuk visual seperti diagram, gambar,
dan grafik. Kesepuluh, Anda perlu memvalidasi pernyataan Anda tentang
keberhasilan tindakan Anda lewat pemeriksaan kritis dengan mencocokkan
pernyataan dengan bukti (data mentah), baik dilakukan sendiri maupun bersama
teman (validasi-diri), meminta teman sejawat untuk memeriksanya dengan
masukan dipakai untuk memperbaikinya (validasi sejawat), dan terakhir
menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar (validasi public). Perlu
dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain karena semuanya
berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika ada perbedaan,
pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.
D. Apa yang dapat Dicapai
lewat Penelitian Tindakan Kelas?
Pertanyaan ini dapat diubah menjadi,
”Kapan Anda secara tepat dapat melakukan PTK?” Jawabnya: Ketika Anda ingin
meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawab Anda dan
sekaligus ingin melibatkan murid-murid Anda dalam proses pembelajaran (lihat
Cohen dan Manion, 1980). Dengan kata lain, Anda ingin meningkatkan praktik
pembelajaran, pemahaman Anda terhadap praktik tersebut, dan situasi
pembelajaran kelas Anda (Grundy & Kemmis, 1982: 84). Dapat dikatakan bahwa
tujuan utama PTK adalah untuk mengubah perilaku pengajaran Anda, perilaku
murid-murid Anda di kelas, dan/atau mengubah kerangka kerja melaksanakan
pembelajaran kelas Anda. Jadi, PTK lazimnya dimaksudkan untuk mengembangkan
keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah
dengan penerapan langsung di ruang kelas.
PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas
pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai
(Cohen & Manion, 1980: 211): (a) alat untuk mengatasi masalah-masalah yang
didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas; (b) alat pelatihan
dalam-jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong
timbulnya kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat; (c) alat untuk memasukkan
ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau
inovatif; (d) alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara
guru dan peneliti; (e) alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang
subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas. Ada dua butir penting yang perlu disebut di sini.
Pertama, hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu
saja oleh orang lain yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di
dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan
hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga,
peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus
pengembangan.
E.
Kriteria dalam Penelitian Tindakan
Benarkah PTk harus memenuhi kriteria tertentu?
Benar. Seperti layaknya penelitian, PTK harus memenuhi kriteria
validitas. Akan tetapi, makna dasar validitas untuk penelitian tindakan condong
ke makna dasar validitas dalam penelitian kualitatif, yaitu makna langsung dan
lokal dari tindakan sebatas sudut pandang peserta penelitiannya (Erickson,
1986, disitir oleh Burns, 1999). Jadi kredibilitas penafsiran peneliti
dipandang lebih penting daripada validitas internal (Davis, 1995, disitir oleh
Burns, 1999). Karena PTK bersifat transformatif, maka kriteria yang cocok
adalah validitas demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas
katalitik, dan validitas dialogis, yang harus dipenuhi dari awal sampai akhir
penelitian, yaitu dari refleksi awal saat kesadaran akan kekurangan muncul
sampai pelaporan hasil penelitiannya (Burns, 1999: 161-162, menyitir Anderson
dkk,1994).
Validitas:
demokratik, hasil, proses, katalitik, dan dialoguis
Validitas
Demokratik berkenaan dengan
kadar kekolaboratifan penelitian dan pencakupan berbagai suara. Dalam PTk,
idealnya Anda, guru lain/pakar sebagai kolaborator, dan murid-murid Anda
masing-masing diberi kesempatan menyuarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan
serta dialaminya selama penelitian berlangsung. Pertanyaan kunci
mencakup: Apakah semua pemangku kepentingan (stakeholders)
PTK (guru, kolaborator, administrator, mahasiswa, orang tua) dapat menawarkan
pandangannya? Apakah solusi masalah di kelas Anda memberikan manfaat kepada
mereka? Apakah solusinya memiliki relevansi atau
keterterapan pada konteks kelas Anda? Semua pemangku kepentingan di atas diberi
kesempatan dan/atau didorong lewat berbagai cara yang cocok dalam situasi
budaya setempat untuk mengungkapkan pendapatnya, gagasan-gagasannya, dan
sikapnya terhadap persoalan pembelajaran kelas Anda, yang fokusnya adalah
pencarian solusi untuk peningkatan praktik dalam situasi pembelajaran kelas
Anda. Misalnya, dalam kasus penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
kualitas proses pembelajaran bahasa Inggris, pada tahap refleksi awal guru-guru
yang berkolaborasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas, siswa, Kepala
Sekolah, dan juga orang tua siswa, diberi kesempatan dan/atau didorong untuk
mengungkapkan pandangan dan pendapatnya tentang situasi dan kondisi pembelajaran
bahasa Inggris di sekolah terkait. Hal ini dilakukan untuk mencapai suatu
kesepatakan bahwa memang ada kekurangan yang perlu diperbaiki dan kekurangan
tersebut perlu diperbaiki dalam konteks yang ada, atau juga disebut kesepakatan
tentang latar belakang penelitian. Selanjutnya, diciptakan proses yang sama
untuk mencapai kesepakatan tentang masalah-masalah apa yang ada, yaitu
identifikasi masalah, dan tentang masalah apa yang akan menjadi fokus
penelitian atau pembatasan masalah penelitian. Kemudian, proses yang sama
berlanjut untuk merumuskan pertanyaan penelitian atau merumuskan hipotesis
tindakan yang akan menjadi dasar bagi perencanaan tindakan, yang juga
dilaksanakan melalui proses yang melibatkan semua peserta penelitian untuk
mengungkapkan pandangan dan pendapat serta gagasan-gagasannya. Proses yang
mendorong setiap peserta penelitian untuk mengungkapkan atau menyuarakan
pandangan, pendapat, dan gagasannya ini diciptakan sepanjang penelitian
berlangsung.
Validitas
Hasil mengandung konsep bahwa tindakan kelas
Anda membawa hasil yang sukses di dalam konteks PTK Anda. Hasil yang paling
efektif tidak hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga meletakkan kembali
masalah ke dalam suatu kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan
baru. Hal ini tergambar dalam siklus penelitian pada Gambar 1 di bawah, di mana
ketika dilakukan refleksi pada akhir tindakan pemberian tugas yang menekankan
kegiatan menggunakan bahasa Inggris lewat tugas ‘information gap’,
ditemukan bahwa hanya sebagian kecil siswa menjadi aktif dan sebagian besar
siswa merasa takut salah, cemas, dan malu berbicara. Maka timbul pertanyaan
baru, ‘Apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi agar siswa tidak takut salah,
tidak cemas, dan tidak malu sehingga dengan suka rela aktif melibatkan diri
dalam kegiatan pembelajaran?’ Hal ini menggambarkan bahwa pertanyaan baru
timbul pada akhir suatu tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu
pertanyaan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara
bertahap, berkesinambungan tidak pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi
dan kondisi. (Mohon dicermati uraian masing-masing tahap
dan kesinambungan masalah yang timbul). Validitas hasil juga tergantung pada
validitas proses pelaksanaan penelitian, yang merupakan kriteria berikutnya.
Validitas
Proses berkenaan dengan ‘keterpercayaan’ dan
‘kompetensi’, yang dapat dipenuhi dengan menjawab sederet pertanyaan berikut:
Mungkinkah menentukan seberapa memadai proses pelaksanaan PTK Anda? Misalnya,
apakah Anda dan kolaborator Anda mampu terus belajar dari proses tindakan
tersebut? Artinya, Anda dan kolaborator secara terus menerus dapat mengkritisi
diri sendiri dalam situasi yang ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan
segera berupaya memperbaikinya. Apakah peristiwa atau perilaku dipandang dari
perspektif yang berbeda dan melalui sumber data yang berbeda agar terjaga dari
ancaman penafsiran yang ‘simplistik’ atau ‘rancu’?
Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang disebut di atas, para
peneliti dapat menentukan indikator kelas bahasa Inggris yang aktif, mungkin
dengan menghitung berapa siswa yang aktif terlibat belajar menggunakan bahasa
Inggris untuk berkomunikasi lewat tugas-tugas yang diberikan guru, dan berapa
banyak bahasa Inggris yang diproduksi siswa, yang bisa dihitung dari jumlah
kata/kalimat yang diproduksi dan lama waktu yang digunakan siswa untuk
memproduksinya, serta adanya upaya guru memfasilitasi pemelajaran siswa.
Kemudian jika keaktifan siswa terlalu rendah yang tercermin dalam sedikitnya
ungkapan yang diproduksi, guru secara kritis merefleksi bersama kolaborator
untuk mencari sebab-sebabnya dan menentukan cara-cara mengatasinya. Kalau
diperlukan, siswa yang tidak aktif didorong untuk menyuarakan apa yang
dirasakan sehingga mereka tidak mau aktif dan siswa yang aktif diminta
mengungkapkan mengapa mereka aktif. Perlu juga ditemukan apakah ada perubahan
pada diri siswa sesuai dengan indikator bahwa para siswa berubah lewat tindakan
pertama berupa pemberian tugas ‘information gap’ dan tindakan kedua
berupa pembelakuan kriteria penilaian, dan perubahan pada diri guru dari peran
pemberi pengetahuan ke peran fasilitator dan penolong. Begitu seterusnya
sehingga pemantauan terhadap perubahan hendaknya dilakukan secara cermat dan
disimpulkan lewat dialog reflektif yang demokratik.
Perlu dicatat bahwa kompetensi peneliti dalam bidang terkait sangat menentukan
kualitas proses yang diinginkan dan tingkat kemampuan untuk melakukan
pengamatan dan membuat catatan lapangan. Dalam kasus penelitian tindakan kelas
bahasa Inggris yang dicontohkan di atas, misalnya, kualitas proses akan sangat
ditentukan oleh wawasan, pengetahuan dan pemahaman sejati peneliti
tentang (1) hakikat kompetensi komunikatif, (2) pembelajaran bahasa yang
komunikatif yang mencakup pendekatan komunikatif bersama metodologi dan
teknik-tekniknya, dan (3) karakteristik siswanya (intelegensi, gaya belajar,
variasi kognitif, kepribadian, motivasi, tingkat perkembangan/pemelajaran) dan
pengaruhnya terhadap pembelajaran bahasa asing. Jika wawasan, pengetahuan dan
pemahaman tersebut kuat, maka peneliti akan dapat dengan lebih mudah menentukan
perilaku-perilaku mana yang menunjang tercapainya perubahan yang diinginkan
dengan indikator yang tepat, dan juga perilaku-perilaku mana yang menghambatnya.
Namun
demikian, hal ini masih harus didukung dengan kemampuan untuk mengumpulkan
data, misalnya melakukan pengamatan dan membuat catatan lapangan dan harian.
Dalam mengamati, tim peneliti dituntut untuk dapat bertindak seobjektif mungkin
dalam memotret apa yang terjadi. Artinya, selama mengamati perhatiannya
terfokus pada gejala yang dapat ditangkap lewat pancainderanya saja, yaitu apa
yang didengar, dilihat, diraba (jika ada), dikecap (jika ada), dan tercium,
yang terjadi pada semua peserta penelitian, dalam kasus di atas pada peneliti,
guru dan siswa. Dalam pengamatan tersebut harus dijaga agar jangan sampai
peneliti melakukan penilaian terhadap apa yang terjadi. Seperti telah diuraikan
di depan, perlu dijaga agar tidak terjadi penyampuradukan antara deskripsi dan
penafsiran. Kemudian, diperlukan kompetensi lain untuk membuat catatan lapangan
dan harian tentang apa yang terjadi. Akan lebih baik jika para peneliti
merekamnya dengan kaset audio atau audio-visual sehingga catatan lapangan
dapat lengkap. Singkatnya, kompetensi peneliti dalam bidang yang diteliti dan
dalam pengumpulan data lewat pengamatan partisipan sangat menentukan kualitas
proses tindakan dan pengumpulan data tentang proses tersebut.
Validitas
Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang Anda
capai realitas kehidupan kelas Anda dan cara mengelola perubahan di dalamnya,
termasuk perubahan pemahaman Anda dan murid-murid terhadap peran masing-masing
dan tindakan yang diambil sebagai akibat dari perubahan ini.
Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa
Inggris yang dicontohkan di atas, validitas katalitik dapat dilihat dari segi
peningkatan pemahaman guru terhadap faktor-faktor yang dapat menghambat dan
factor-faktor yang memfasilitasi pembelajaran. Misalnya faktor-faktor
kepribadian (lihat Brown, 2000) seperti rasa takut salah dan malu melahirkan inhibition
dan kecemasan. Sebaliknya, upaya-upaya guru untuk mengorangkan
siswa dengan mempertimbangkan pikiran dan perasaan serta mengapresiasi usaha
belajarnya merupakan faktor positif yang memfasilitasi proses pembelajaran.
Selain itu, validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam peningkatan
pemahaman terhadap peran baru yang mesti dijalani guru dalam proses
pembelajaran komunikatif. Peran baru tersebut mencakup peran fasilitator dan peran
penolong serta peran pemantau kinerja. Validitas katalitik juga tercermin dalam
adanya peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar hasil tindakan yang
dilaksanakan tetap memotivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan diri
secara stabil alami dan berkelanjutan. Semua upaya memenuhi tuntutan validitas
katalitik ini dilakukan melalui siklus perencanaan tindakan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi.
Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum dipakai
dalam penelitian akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau
melalui tinjauan sejawat untuk publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya,
review sejawat dalam PTK berarti dialog dengan guru-guru lain, bisa lewat
sarasehan atau dialog reflektif dengan ‘teman yang kritis’ atau pelaku
PTK lainnya, yang semuanya dapat bertindak sebagai ‘jaksa tanpa kompromi’.
Kriteria
validitas dialogis ini dapat juga mulai dipenuhi ketika penelitian masih
berlangsung, yaitu secara beriringan dengan pemenuhan kriteria demokratik.
Yaitu, setelah seorang peserta mengungkapkan pandangan, pendapat, dan/atau
gagasannya, dia akan meminta peserta lain untuk menanggapinya secara kritis
sehingga terjadi dialog kritis atau reflektif. Dengan demikian,
kecenderungan untuk terlalu subjektif dan simplistik akan dapat dikurangi
sampai sekecil mungkin. Untuk memperkuat validitas dialogik, seperti telah
disebut di atas, proses yang sama dilakukan dengan sejawat peneliti tindakan
lainnya, yang jika memerlukan, diijinkan untuk memeriksa semua data mentah yang
terkait dengan yang sedang dikritisi.
Trianggulasi
untuk Mengurangi Subjektivitas
Bagaimana Anda meningkatkan validitas PTK Anda? Tidak
lain dengan meminimalkan subjektivitas melalui trianggulasi. Anda sebagai
pelaku PTK dapat menggunakan metode ganda dan perspektif kolaborator Anda
untuk memperoleh gambaran kaya yang lebih objektif. Bentuk lain dari
trianggulasi adalah: trianggulasi waktu, trianggulasi ruang, trianggulasi
peneliti, dan trianggulasi teoretis (Burns, 1999: 164). Trianggulasi waktu
dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dalam waktu yang berbeda, sedapat
mungkin meliputi rentangan waktu tindakan dilaksanakan dengan frekuensi yang
memadai untuk menjamin bahwa efek perilaku tertentu bukan hanya suatu
kebetulan. Misalnya, data tentang proses pembelajaran dengan seperangkat teknik
tertentu dapat dikumpulkan pada jam awal, tengah dan siang pada hari yang
berbeda dan jumlah pengamatan yang memadai, katakanlah 4-5 kali. Trianggulasi
peneliti dapat dilakukan dengan pengumpulan data yang sama oleh
beberapa peneliti sampai diperoleh data yang relatif konstan. Misalnya,
dua atau tiga peserta penelitian dapat mengamati proses pembelajaran yang sama
dalam waktu yang sama pula. Trianggulasi ruang dapat dilakukan dengan mengumpulkan
data yang sama di tempat yang berbeda. Dalam contoh proses pembelajaran bahasa
Inggris di atas, ada dua atau tiga kelas yang dijadikan ajang penelitian yang
sama dan data yang sama dikumpulkan dari kelas-kelas tersebut. Trianggulasi
teoretis dapat dilakukan dengan memaknai gejala perilaku tertentu dengan
dituntun oleh beberapa teori yang berbeda tetapi terkait. Misalnya, perilaku
tertentu yang menyiratkan motivasi dapat ditinjau dari teori motivasi aliran
yang berbeda: aliran behavioristik, kognitif, dan konstruktivis.
Reliabilitas
Reliabilitas data PTK Anda secara hakiki memang rendah. Mengapa? Karena situasi
PTk terus berubah dan proses PTK bersifat transformatif tanpa kendali apapun
(alami) sehingga sulit untuk mencapai tingkat reliabilitas yang tinggi, padahal
tingkat reliabilitias tinggi hanya dapat dicapai dengan mengendalikan hampir
seluruh aspek situasi yang dapat berubah (variabel) dan hal ini tidak mungkin
atau tidak baik dilakukan dalam PTK. Mengapa tidak mungkin? Karena akan bertentangan
dengan ciri khas penelitian tindakan itu sendiri, yang salah satunya adalah
kontekstual/situasional dan terlokalisasi, dengan perubahan yang menjadi
tujuannya. Penilaian peneliti menjadi salah satu tumpuan reliabilitas PTK.
Cara-cara meyakinkan orang atas reliabilitas PTK termasuk: menyajikan (dalam
lampiran) data asli seperti transkrip wawancara dan catatan
lapangan (bila hasil penelitian dipublikasikan), menggunakan lebih dari satu
sumber data untuk mendapatkan data yang sama dan kolaborasi dengan sejawat atau
orang lain yang relevan.
Kelebihan dan Kekurangan PTK
PTK
memiliki kelebihan berikut (Shumsky, 1982): (1) tumbuhnya rasa memiliki melalui
kerja sama dalam PTK; (2) tumbuhnya kreativitias dan pemikiran kritis lewat
interaksi terbuka yang bersifat reflektif/evaluatif dalam PTK;
(3) dalam
kerja sama ada saling merangsang untuk berubah; dan (4) meningkatnya
kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam PTK (silakan lihat
Passow, Miles, dan Draper, 1985).
PTK Anda
juga memiliki kelemahan: (1) kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam
teknik dasar penelitian pada Anda sendiri karena terlalu banyak berurusan
dengan hal-hal praktis, (2) rendahnya efisiensi waktu karena Anda
harus punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya sementara
Anda masih harus melakukan tugas rutin ; (3) konsepsi proses kelompok
yang menuntut pemimpin kelompok yang demokratis dengan kepekaan tinggi
terhadap kebutuhan dan keinginan anggota-anggota kelompoknya dalam situasi
tertentu, padahal tidak mudah untuk mendapatkan pemimimpin demikian.
Persyaratan Keberhasilan PTK
Agar PTK
berhasil, persyaratan berikut harus dipenuhi (Hodgkinson, 1988): (1) kesediaan
untuk mengakui kekurangan diri; (2) kesempatan yang memadai untuk menemukan
sesuatu yang baru; (3) dorongan untuk mengemukakan gagasan baru; (4) waktu yang
tersedia untuk melakukan percobaan; (5) kepercayaan timbal balik antar
orang-orang yang terlibat; dan (6)pengetahuan tentang dasar-dasar proses
kelompok oleh peserta penelitian.
Penelitian Tindakan Kolaboratif
Kolaborasi atau kerja sama perlu dan penting dilakukan
dalam PTK karena PTK yang dilakukan secara perorangan bertentangan dengan
hakikat PTK itu sendiri (Burns, 1999). Beberapa butir penting tentang PTK
kolaboratif Kemmis dan McTaggart (1988: 5; Hill & Kerber, 1967,
disitir oleh Cohen & Manion, 1985, dalam Burns, 1999: 31): (1) penelitian
tindakan yang sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang
dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama, (2)
penelitian kelompok tersebut dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota
kelompok perorangan yang diperiksa secara kritis melalui refleksi demokratik
dan dialogis; (3) optimalisasi fungsi PTK kolaboratif dengan mencakup
gagasan-gagasan dan harapan-harapan semua orang yang terlibat dalam situasi
terkait; (4) pengaruh langsung hasil PTK pada Anda sebagai guru dan murid-murid
Anda serta sekaligus pada situasi dan kondisi yang ada.
Kolaborasi atau kerja sama dalam melakukan penelitian
tindakan dapat dilakukan dengan: mahasiswa; sejawat dalam
jurusan/sekolah/lembaga yang sama; sejawat dari lembaga/sekolah lain;
sejawat dengan wilayah keahlian yang berbeda (misalnya antara guru dan
pendidik guru, antara guru dan peneliti; antara guru dan manajer); sejawat
dalam disiplin ilmu yang berbeda (misalnya antara guru bahasa asing dan guru
bahasa ibu); dan sejawat di negara lain (Wallace, 1998).
2. PTK Anda hendaknya benar-benar
memanfaatkan keterampilan, minat dan keterlibatan Anda sebagai guru dan
sejawat;
3. PTK Anda hendaknya terpusat pada
masalah-masalah pembelajaran kelas Anda, yang ditemukan dalam kenyataan
sehari-hari. Namun demikian, hasil PTK Anda daapt juga memberikan masukan untuk
pengembangan teori pembelajaran bidang studi Anda;
4. Metodologi PTK Anda hendaknya
ditentukan dengan mempertimbangkan persoalan pembelajaran kelas Anda yang
sedang diteliti, sumber daya yang ada dan murid-murid sebagai sasaran
penelitian.
5. PTK Anda hendaknya direncanakan,
dilaksanakan dan dievaluasi secara kolaboratif. Tujuan, metode,
pelaksanaan dan strategi evaluasi hendaknya Anda negosiasikan dengan pemangku
kepentingan (stakeholders) terutama penelitian Anda, sejawat,
murid-murid, dan kepala sekolah (yang mungkin diperlukan dukungan
kebijakannya).
6. PTK Anda hendaknya bersifat
antardisipliner, yaitu sedapat mungkin didukung oleh wawasan dan pengalaman
orang-orang dari bidang-bidang lain yang relevan, seperti ilmu jiwa,
antropologi, dan sosiologi serta budaya. Jadi Anda dapat mencari masukan dari
teman-teman guru atau dosen LPTK yang relevan.
Dalam PTK,
butir-butir pelaksanaan di bawah harus dipertimbangkan (Burns,
1999: 207-208):
1. Anda sebagai pelaku PTK
hendaknya berupaya memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan
untuk melaksanakannya. Upayakan mendapatkan dari pemimpin dukungan dan bantuan
secara terus menerus dalam tahap-tahap pelaksanaan, diseminasi, dan
tindak-lanjut penelitiannya.
2. PTK Anda selayaknya
dilakukan dalam kelas sendiri.
3. PTK Anda akan berjalan
dengan baik jika terkait dengan program peningkatan guru dan pengembangan
materi di sekolah atau wilayah sendiri.
4. PTK Anda hendaknya
dipadukan dengan komponen evaluasi.
Dalam tahap diseminasi
PTK perlu dipertimbangkandua butir berikut (Burns, 1999: 208)
1. Bentuk pelaporan hasil
penelitian tindakan ditentukan oleh audiens sasaran. Jika audiens sasarannya
adalah guru-guru bahasa Inggris di SD, misalnya, bentuk laporannya berbeda
dengan jika audiens sasarannya adalah pendidik guru bahasa Inggris di
universitas.
2. Jaringan kerja dan
mekanisme yang tersedia di dalam lembaga pendidikan Anda hendaknya digunakan
untuk menyebarkan hasil penelitian terkait. Misalnya, penyebaran hasil
penelitian dilakukan lewat simposium guru, sarasehan MGMP, atau seminar daerah.
Kelebihan dan Kelemahan PTK Kolaboratif
Apa kelemahan dan kelebihan PTK? Kelebihannya seperti
dikatakan Burns (1999: 13) sebagai berikut. Proses penelitian kolaboratif
memperkuat kesempatan bagi hasil penelitian tentang praktik pendidikan untuk
diumpanbalikkan ke sistem pendidikan dengan cara yang lebih substansial dan
kritis. Proses tersebut mendorong guru untuk berbagi masalah-masalah umum dan
bekerja sama sebagai masyarakat penelitian untuk memeriksa asumsi, nilai dan
keyakinan yang sedang mereka pegang dalam kultur sosio-politik lembaga
tempat mereka bekerja. Proses kelompok dan
tekanan kolektif kemungkinan besar akan mendorong keterbukaan terhadap
perubahan kebijakan dan praktik. Penelitian tindakan kolaboratif secara
potensial lebih memberdayakan daripada penelitian tindakan yang dilakukan
secara individu karena menawarkan kerangka kerja yang mantab untuk perubahan
keseluruhan.
Selain itu, ada kelebihan lain dari PTK kolaboratif (Wallace, 1998: 209-210):
(1) kedalaman dan cakupan, yang artinya makin banyak orang terlibat
dalam proyek penelitian tindakan, makin banyak data dapat dikumpulkan, apakah
dalam hal kedalaman (misalnya studi kasus kelas bahasa Inggris) atau
dalam hal cakupan (misalnya beberapa studi kasus suplementer; populasi yang
lebih besar), atau dalam keduanya dan ini disebabkan makin banyak
perspektif yang digunakan akan makin intensif pemeriksaan terhadap data
atau makin luas cakupan persoalan dalam hal tim peneliti saling berkolaborasi
dalam meneliti kelasnya masing-masing; (2) Validitas dan reliabilitas,
yaitu keterlibatan orang lain akan mempermudah penyelidikan terhadap satu
persoalan dari sudut yang berbeda, mungkin dengan menggunakan teknik penelitian
yang berbeda (yaitu menggunakan trianggulasi); dan (3) Motivasi yang
timbal lewat dinamika kelompok yang benar, di mana bekerja sebagai anggota tim
lebih bersemangat daripada bekerja sendiri.
Kelemahan terbesar PTK kolaboratif terkait
dengan sulitnya mencapai keharmonisan kerjasama antara orang-orang yang
berlatar belakang yang berbeda. Hal ini dapat dipecahkan dengan membicarakan
aturan-aturan dasar (Wallace, 1998: 210), seperti yang tersirat dalam
pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa yang akan kita lakukan? Mengapa kita menangani masalah ini? (Apakah kita memiliki
motivasi yang sama, atau motivasi yang berbeda?) Bagaimana kita akan
melakukannya? (Siapa melakukan apa dan kapan?) Berapa banyak waktu
masing-masing dari kita akan siap dihabiskan untuk keperluan ini? Berapa sering
kita akan bertemu, di mana dan kapan? Apa hasil akhir yang diharapkan? (Suatu
ceramah atau artikel; atau sekadar pengalaman yang sama?)