JUDUL PENELITIAN :
MELALUI
PENGGUNAAN TORSO DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ORGAN TUBUH
MANUSIA DAN HEWAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER I SDN BENTENG
TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
MATA
PELAJARAN DAN BIDANG KAJIAN
1.
Mata
Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA)
2.
Bidang
Kajian : Penggunaan Torso
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Di dalam dunia pendidikan ada beberapa komponen yang saling berkaitan satu
sama lain, saling menunjang, saling mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan
proses pembelajaran. Komponen tersebut adalah Guru, Materi, Metode, Alat Peraga
dan Evaluasi.
Guru sebagai tenaga
pendidik dan pengajar mempunyai tanggung jawab yang besar dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan, yang ditunjukkan oleh hasil belajar yang
diperoleh siswa. Pelaksanaan tugas itu harus direncanakan terlebih dahulu dan
dilaksanakan oleh guru dengan sebaik mungkin agar tujuan dari pembelajaran
tersebut dapat tercapai dengan didukung oleh komponen yang lain seperti
penggunaan metode dan alat peraga yang tepat
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan Tekhnologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam
pemanfaatan hasil-hasil Tekhnologi dalam proses belajar. Para guru dituntut
agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah. Dan tidak
tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan
tuntutan zaman. Guru Setidaknya dapat menggunakan alat yang murah dan efesien
yang meskipun sederhana dapat bersahaja, tetapi merupakan keharusan dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Keberhasilan
Pembelajaran, tidak lepas dari peran guru sebagai pendidik. Peran guru yang paling pokok adalah
menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik. Tetapi peran lain yang perlu
dilakukan oleh guru didalam kelas dalam upaya perbaikan hasil belajar siswa
yaitu mengadakan penelitian didalam kelas tentang proses pembelajaran.
Proses
pembelajaran secara menyeluruh menerapkan prinsip: a). Kesamaan memperoleh
kesempatan, b). bepusat pada anak, c). pendekatan menyeluruh dan kemitraan, d).
kesatuan dalam kebijakan dan ragam dalam pelaksanaan, e). menekankan pada
ketercapaian kopetensi, f). berorientasi pada hasil belajar, g). menggunakan
metode berfariasi dan menyenagkan, h). Sumber belajar bukan hanya guru, i).
mengembangkan pilar pendidikan.
Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan ilmu pengatahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan dalam menerapkan
kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada proses pemberian pengalaman
langsung untuk mengembengkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk menemukan (inkuiri) dan
berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar.
Ilmu Pengetahuan
Alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia
melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan Ilmu
Pengatahuan Alam perlu dilakukan secara bijaksana agar tdak berdampakburuk
terhadap alam sekitar. Di tingkat SD/MI diharapkan adanya penekanan
pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungaan, teknologi dan masyarakatyang
diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya
melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah. Pendidikan IPA di SD/MI menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
ketrampil;an proses serta sikap ilmiah.
Dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD yang telah berjalan selama ini masih
terdapat banyak kendala baik dari pendidik dalam hal ini adalah guru ataupun
dari pesrta didik. Guru masih banyak menemukan kesulitan dalam mengajar IPA di
kelas, guru kurang mampu menerapkan prinsip pengajaran IPA seperti metodologi dan penyampaian materi bagi siswa
sekolah dasar, siswa kurang tertarik dengan pelajaran IPA karena siswa kurang
memiliki motivasi untuk belajar IPA. Dalam hal penyampaian materi dalam bentuk
kegiatan serta pemberian penilaian kepada peserta didik guru kurang memberikan
motivasi. Hal ini disebabkan oleh guru yang belum mempunyai kompetensi mengajar
yang cukup dan menguasai metodologi pembelajaran IPA untuk siswa sekolah dasar.
Peserta didik masih sering ditemukan bahwa anak tidak ingin mengikuti pelajaran
IPA karena merasa sulit dan takut
terhadap pelajaran tersebut.
Dalam pengamatan
guru kelas salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit bagi siswa
adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Data penilaian menunjukkan bahwa nilai
rata-rata dalam raport pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada semester I adalah
6,2 dari seluruh siswa sebanyak 32 orang. Pencapaian nilai tersebut tentu
sangat memprihatinkan sehingga menuntut upaya guru untuk memperbaiki proses
pembelajaran didalam kelas sehinga hasil
belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam dapat meningkat.
Oleh karena itu
mata pelajaran IPA ini dipilih sebagai bahan penelitian tindakan kelas, alasan
mata pelajaran tersebut dipilih sebagai bahan peneltian adalah karena nilai
rata-rata pelajaran IPA kelas VI SD Negeri Benteng Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur pada
semester I tahun ajaran 2011/2012 masih rendah. Nilai rata-rata yang diharapkan adalah 7,5 atau daya
serap minimal 75 persen.
Rendahnya nilai
IPA di SD Negeri Benteng disebabkan oleh banyak faktor antara lain: faktor
internal (peserta didik) berupa motivasi siswa,minat siswa, kesiapan siswa,
kecerdassn siswa dan keadaan fisik siswa. Sedangkan faktor eksternal antara
lain: kesiapan guru, perhatian orang tua, sarana dan prasarana, kurikulum, buku
penunjang, materi pokok dan lingkungan belajar. Hal ini dapat mengakibatkan
pelajaran menjadi membosankan dan tidak menyenangkan.
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tindakan kelas atau (Classroom Action Recearch)
yang berjudul “Melalui Penggunaan Torso Dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Materi Organ Tubuh Manusia Dan Hewan Pada Siswa Kelas VI Semester I SDN Benteng
Tahun Pelajaran 2012/2013”. Dengan tujuan guna memperbaiki permasalahan yang
timbul dalam pembelajaran IPA dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Apakah Melalui Penggunaan
Torso Dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Organ Tubuh Manusia Dan Hewan
Pada Siswa Kelas VI Semester I SDN Benteng
Tahun Pelajaran 2012/2013.
3.
Tujuan
Penelitian
a.
Tujuan Umum
Agar dapat
mengkongkritkan pembelajaran dan dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran matematika sehingga
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
b.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah penggunaan alat peraga berupa torso dapat meningkatkan
hasil belajar IPA pada siswa.
4.
Manfaat
Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua
manfaat, yaitu manfaat teoretis dan praktis.
a.
Manfaat teoretis
Manfaat teoretis dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk mengembangkan teori
dalam meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa.
b.
Manfaat praktis
Manfaat yang praktis yang diharapkan
dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut;
1) Bagi
Siswa
Mempermudah siswa untuk memahami
materi pembelajaran sekaligus memberikan motivasi belajar agar siswa lebih
kreatif terhadap mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
2) Bagi
guru
Sebagai bahan masukan bagi guru
dalam meningkatkan hasil belajar siswa
dan kualitas pembelajaran serta pengembangan model-model dan alat pembelajaran
3) Bagi
Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi inovasi pengembangan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah
Dasar
4) Bagi
Penulis
Sebagai pengalaman berharga untuk dijadikan dasar pada
penelitian selanjutnya.
B.
KAJIAN
PUSTAKA
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar
merupakan suatu prestasi yang dicapai seseorang dalam mengikuti proses
pembelajaran, dengan
kata lain hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri individu
yang belajar. Perubahan yang diperoleh dari hasil belajar adalah perubahan
secara menyeluruh terhadap tingkah laku yang ada pada diri individu. Hasil
belajar itu mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sesuai menurut
Bloom yang dikutip Djaafar (2001:83) menyatakan hasil belajar dibagi dalam tiga
ranah atau kawasan yaitu (1) Ranah Kognitif, (2) Ranah Afektif dan (3) Ranah
Psikomotor.
Masing-masing ranah
menghasilkan kemampuan tertentu. Hasil belajar ranah kognitif berorientasi
kepada kemampuan “berpikir” yang mencakup kemampuan memecahkan suatu masalah.
Hasil belajar ranah afektif berhubungan
dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati-hati yang menunjukkan
penerimaan atau penolakkan terhadap sesuatu. Sedangkan hasil belajar ranah
psikomotorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang
memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak.
Menurut Gagne yang
dikutip Djaafar (2001:82) hasil belajar merupakan kapabilitas atau kemampuan
yang diperoleh dari proses belajar yang dapat dikategorikan dalam lima macam,
yaitu: (1) informasi verbal, (2) keterampilan intelektual, (3) Strategi
kognitif, (4) Sikap, dan (5). Keterampilan motorik.
Hasil belajar dapat
diperoleh dari interkasi peserta didik dengan guru atau interaksi peserta didik
dengan lingkungan belajarnya yang sengaja dirancang dan direncanakan guru dalam
perbuatan mengajar. Sudjana (2004 : 54) menyatakan hasil
belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari
dalam diri dan dari lingkungan
Selanjutnya
Winataputra (2003:25)
lebih menjelaskan, hasil belajar berupa perilaku atau tingkah laku. Seseorang
belajar akan berubah atau bertambah perilaku, baik yang berupa pengetahuan,
keterampilan motorik atau penguasan nilai-nilai (sikap )
Menurut Ali Imron (2002:14) menyatakan bahwa
pengertian hasil belajar merupakan tingkatan pencapaian yang diperoleh peserta
didik setelah pembelajaran, dengan memberikan nilai atau angka terhadap
perkembangan dan kemajuan peserta didik
yang berkenaan dengan penguasaan materi pada tingkat pengetahuan,
ketrampilan pemahaman dan penerapan.
Hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap
kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka-angka. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian
terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran (Darmansyah,
2006:13)
Keberhasilan proses pembelajaran tentu tidak lepas
dari peran guru ketika menyampaikan materi pembelajaran didalam kelas, Peran
guru di dalam kelas selain mengajar adalah adanya waktu bagi guru untuk
mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang proses pembelajran di dalam
kelasnya sendiri. Penelitin tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan
oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri. Tujuannya adalah
utuk memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa akan meningkat
(Wardani, 2003:1.4)
2.
Hakekat
IPA/Sains
a.
Pengertian
James B. Conant,
mendeskripsikan sains sebagai rangkaian konsep dan pola konseptual yang saling
berkaitan yang dihasilkan dari eksperimen dan observasi. Hasil-hasil eksperimen
dan observasi yang diperoleh sebelumnya menjadi bekal bagi eksperimen dan
observasi selanjutnya, sehingga memungkinkan ilmu pengetahuan tersebut untuk
terus berkembang.
Pengertian IPA
menurut Carin & Sound (2003) adalah suatu sistem untuk memahami alam
semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Abruscato
(2006) dalam bukunya yang berjudul “Teaching Children Science”
mendefinisikan tentang IPA sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian
proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan
alam semesta.
The Harper
Encyclopedia of Science mendefinsikan sains sebagai suatu pengetahuan dan
pendapat yang tersusun dan didukung secara sistematis oleh bukti-bukti yang
dapat diamati.
Jika menggunakan
sudut pandang yang lebih menyeluruh, sains seharusnya dipandang sebagai cara
berpikir (a way of thinking) untuk
memeroleh pemahaman tentang alam dan sifat-sifatnya, cara untuk menyelidiki (a way of investigating) bagaimana
fenomena-fenomena alam dapat dijelaskan, sebagai batang tubuh pengetahuan (a body of knowledge) yang dihasilkan
dari keingintahuan (inquiry) orang.
Menggunakan pemahaman akan aspek-aspek yang fundamental ini, seorang guru sains
(IPA) dapat terbantu ketika mereka menyampaikan pada para siswa gambaran yang
lebih lengkap dan menyeluruh tentang semesta sains.
b. Sains Sebagai Cara Untuk Berpikir (Way of Thinking)
Sains
merupakan aktivitas manusia yang dicirikan oleh adanya proses berpikir
yang terjadi di dalam pikiran siapapun
yang terlibat di dalamnya. Pekerjaan para ilmuwan yang berkaitan dengan akal,
menggambarkan keingintahuan manusia dan keinginan mereka untuk memahami gejala
alam. Masing-masing ilmuwan memiliki sikap, keyakinan, dan nilai-nilai yang
memotivasi mereka untuk memecahkan persoalan-persoalan yang mereka temui di
alam. Ilmuwan digerakkan oleh rasa keingintahuan yang sangat besar, imajinasi,
dan pemikiran dalam penyelidikan mereka untuk memahami dan menjelaskan
fenomena-fenomena alam. Pekerjaan mereka termanifestasi dalam aktivitas kreatif
dimana gagasan-gagasan dan penjelasan-penjelasan tentang fenomena alam
dikonstruksi di dalam pikiran.
c.
Sains
Sebagai Cara Untuk Menyelidiki (Way Of
Investigating)
Siapa
saja yang berkeinginan memahami alam dan menyelidiki hukum-hukumnya harus
mempelajari gejala alam/peristiwa alam dan segala hal yang terlibat di
dalamnya. Petunjuk-petunjuk yang ada pada gejala alam pada kenyataannya telah
tertanam di alam itu sendiri.
Sains
terbentuk dari proses penyelidikan yang terus menerus. Hal yang menentukan
sesuatu dinamakan sebagai sains adalah adanya pengamatan empiris. Jika
ketajaman perhatian kita pada fenomena alam ditandai dengan adanya penggunaan
proses ilmiah seperti pengamatan, pengukuran, eksperimen, dan prosedur-prosedur
ilmiah lainnya, maka itulah pengetahuan ilmiah.
d. Sains Sebagai Batang Tubuh
Pengetahuan (A Body Of Knowledge)
Sains
merupakan batang tubuh pengetahuan yang terbentuk dari fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, hipotesis-hipotesis, teori-teori, dan
model-model membentuk kandungan (content)
sains. Pembentukan ini merupakan proses akumulasi yang terjadi sejak
zaman dahulu hingga penemuan pengetahuan yang sangat baru.
3. Ruang Lingkup Kajian IPA
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD
meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
a. Mahluk
hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan
lingkungan, serta kesehatan.
b. Benda/materi,
sifat-sifat dan kegunaanya meliputi cair, padat dan gas
c. Energi
dan perubahanya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, pesawat
sederhana.
d. Bumi
dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit
lainya.
Tujuan umum
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD
a. Memperoleh
keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,
keindahan dan keteraturan alam ciptaanya.
b. Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling mempengaruhi. Antara IPA, lingkungan, tekhnologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan.
e. Meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan.
f. Meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dan memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam.
g. Memperoleh
bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di
tingkat Sekolah Dasar beberapa hal berikut perlu menjadi perhatian antara lain
:
a. Karakteristik
dasar anak dalam belajar IPA/alam sekitar
b. Peran
guru dalam membantu siswa belajar IPA
c. Tahapan
dalam proses pembelajaran IPA
d. Pengelolaan
kelas dan kit
e. Pengamatan
dan penilaian
4.
Karakteristik
dasar anak dalam belajar IPA.
Dalam belajar IPA seorang anak akan
menggunakan seluruh panca indranya untuk memahami alam. Beberapa karakteristik
anak dalam belajar IPA antara lain :
a. Anak-anak
usia SD menganggap kit (peraga) adalah alat untuk pembuktian dan di dasarkan
atas cara-cara untuk praktek dengan senang.
b. Anak-anak
dapat memahami alat-alat atau bagian-bagian tubuh kita dengan alat peraga yang
bermakna bukan mainan semata misalnya torso.
c. Dalam
belajar IPA anak-anak lebih cepat memahami ketika diajari secara langsung
mengamati dan mempraktekan.
d. Anak-anak
selalu memiliki insting untuk berinteraksi dengan alam sekitar.
e. Anak
cenderung bersikap agresif dan mereka menghubungkan apa yang mereka lakukan
dengan alam.
f. Anak-anak
cenderung imajinatif dan aktif secara fisik.
5.
Peran
guru dalam membantu siswa belajar IPA.
a. Gunakan
metode yang selalu diawali dengan hal-hal yang kongkrit dan berangsur menuju ke
hal-hal yang lebih abstrak, misalnya dengan menggunakan rangka manusia/hewan
yang dapat membantu siswa untuk memahami bagian-bagian tubuh manusia/hewan.
b. Untuk
tujuan belajar didalam kelas guru dapat memanfaatkan cirri-ciri sikap anka-anak
tersebut diatas dengan menunjukan bagian-bagian tubuh kita pada rangka/Kit
murid.
c. Karena
anak-anak mudah bosan, maka setiap kegiatan seharusnya diganti setiap 10-15
menit dan berimbang antara kegiatan yang terfokus pada aktifitas fakir dan
aktifitas praktik.
d. Memajang
pekerjaan siswa dikelas akan dapat membantu siswa untuk mengingat yang telah
dipelajarinya. Dengan kegiatan semacam itu akan secara tidak langsung
memngingat apa yang telah dipelajarinya dan merasa lebih percaya diri dalam
memahami bagian bagian tubuh kita.
e. Pilihlah
topik-topik dan kegiatan yang langsung berhubungan dengan alam lingkungan dan
diri kita. Dalam menyajikan materi, guru sebaiknya selalu mempertimbangkan juga
karakteristik anak dalam kehidupan sehari-hari diluar kelas.
f. Dalam
mengajar anak-anak guru sebaiknya memberikan kegiatan dan tugas-tugas yang
menantang, tetapi tetap dalam batas tingkat kemampuan anak.
g. Gunakan
alat peraga yang lazim digunakan
sehingga anak-anak akan lebih percaya diri untuk menggunakannya.
h. Ciptakan
suasana menyenangakn melalui kegiatan-kegiatan yang membuat mereka gembira.
Kegiatan maupun tugas yang disertai dengan alat-alat peraga dan Kit akan lebih
menarik bagi anak-anak.
i.
Interaktif yaitu guru melibatkan
anak-anak dalam kegiatan yang dilakukan.
j.
Melibatkan keempat ketrampilan mengamati,
menunjukkan, diskusi. menyimpulkan hasilnya.
k. Guru
harus dapat meyakinkan bahwa IPA itu tidak sulit dan mereka dapat memaham dengan
cara mengamati.
l.
Guru dapat menggunakan apa yang ada
dilingkungan anak sehingga mereka merasa lebih mudah untuk melihat hubungan
antara manusia dengan penciptanya yang mereka gunakan.
6.
Tahapan-tahapan
dalam proses pembelajaran di kelas
Dalam
peroses belajar mengajar terdapat tahapan utama yaitu :
a. Penyajian
(presentation)
b. Pelatihan
(practice)
c. Penggunaan
(production)
d. Diskusi
e. Menyimpulkan
Dalam menyajikan topik baru di dalam
kelas, tahapan-tahapan utama tersebut harus disajikan secara runtut dan jelas
sehingga anak-anak dapat mendapatkan gambaran yang nyata mengenai apa yang
sedang mereka pelajari pada satu sesi tertentu, terutama jika pada saat itu
mereka diperkenalkan pada konsep yang baru. Bila dalam satu sesi atau pertemuan
tidak ada topik baru yang disajikan maka guru sebaiknya akan mengulangi
pel;ajaran yang sebelumnya dan selanjutnya melakukan kegiatan pada tahapan
peraktis dan produksi atau latihan bebas.
a. Penyajian
(presentation)
Dalam
tahap ini :
1) Guru
memperkenalkan alat peraga yang baru dan bagaimana cara mengajarkannya.
2) Guru
harus memberikan beberapa alat sebagai model dalam suatu konteks bermakna yang
realistis bagi anak-anak.
3) Pada
tahap ini peran adalah guru sebagai informan yang mengontrol atau mengendalikan
hamper semua kegiatan dan juga bertindak sebagai model bagi para siswa. Guru
dapat melakukan aktifitas dengan melibatkan beberapa siswa saja atau seluruh
siswa dalam kelas.
4) Sebaiknya
aktifitas pada tahap ini tidak dilakukan lebih dari 10 menit.
5) Pada
tahap ini bila siswa membuaat kesalahan, sebaiknya dikoreksi segera menghindari
kesalahan persepsi terahdap bagian yang diperlajari.
Alat
Bantu yang dapat digunakan pada tahap ini :
1) Gambar - Murid
2) Buku
text - Guru dengan acting
3) Benda/Kit - Torso
b.
Tahap
Latihan (Practice)
Pada tahap ini
diberikan kesempatan kepada siswa untuk memperaktekan pokok bahasan baru dalam
kegiatan yang terkontrol sehingga mereka dapat mengingat pelajaran tersebut dan
mengerti maknanya dalam konteks yang diberikan.
Tujuan utama pada
tahap ini adalah untuk mengingatkan tingkat kepercayaan diri siswa dalam
memahami materi
yang baru diajarkan dalam situasi yang telah diciptakan. Guru seharusnya
meminimalkan kesalahan siswa dan memberi kesempatan bagi siswa untuk lebih
banyak mengamati.
c.
Tahap
Production
Tujuan pada
tahap ini adalah untuk memberi kesempatan bagi siswa untuk menggunakan peraga
yang baru dipelajari dalam kegiatan yang lebih bebas, dengan cara yang lebih
kreatif. Guru dapat menghubungkan kit yang baru tersebut dengan kit (alat
peraga) yang telah dipelajari pada waktu sebelumnya. Misalnya :
1)
Jika
pada pelajaran sebelumnya siswa belajar mengenai bagian-bagian tubuh dan
nama-namanya, saat ini mereka belajar memahami fungsinya. Untuk menunjukan
kegunaan yang sebenarnya, guru dapat menggabungkan ketiga topik tersebut dalam
kegiatan yang terpadu/intergrated. Siswa dapat memahami alat/bagian tubuh dan
fungsinya.
2)
Bila
topik yang telah dipelajari adalah bagian dan fungsinya tubuh kita, berikutnya guru
mengadakan pelatihan.
Tujuan
kegiatan pada tahap ini adalah memotifasi siswa menggunakan konsep yang dipelajari tanpa takut salah, oleh sebab itu guru
harus memastikan bahwa siswa telah menguasai topik yang dipelajarinya dan
perintahnya jelas. Apabila tidak maka mereka akan merasa bahwa mereka tidak
mampu menyelesaikan dan merasa frustasi/gagal/turun semangat.
d.
Tahap diskusi
Siswa bekerja sesuai dengan kemampuan masing-masing, oleh sebab itu guru harus
membagi kelompok atau pasangan ssecara adil, tidak menggabungkan anak-anak yang
kurang dengan anak-anak yang lebih pandai. Tetapi mencampur mereka sehingga
tidak ada kelompok yang selesai jauh lebih dulu dari kelompok atau pasangan
yang lain.
Kegiatan yang cocok
untuk dilakukan pada tahap ini antar lain biasanya adalah mengamati,
mencoba, dalam hal ini guru berperan sebagai pengawas, pemberi pengarahan dan
semangat serta “ mistake hearer” (hanya mendengarkan kesalahan yang dibuat oleh
siswa dan tidak selalu mengkoreksi) dan ketika kegiatan berlangsung guru tidak
mengawasi secara ketat maupun menkoreksi kesalahan yang dibuat oleh siswa.
e. Tahap
menyimpulkan
Dalam
tahap ini guru bersama-sama siswa berusaha menyimpulkan materi pelajaran yang
baru diajarkan.
7. Penggunaan
Alat Peraga Torso
Pada dasarnya dunia
anak sekolah dasar sangat erat dengan permainan. Anak SD dapat secara otomatis
melakukan berbagai macam permainan. Sering kita temukan anak-anak bermain yang
tidak kita ajarkan dalam pendidikan formal. Alat permainan juga berkembang
sangat banyak. Hal ini tentu saja membawa dampak dalam pola pembelajaran
baginya.
Dalam mempelajari
IPA banyak metode yang telah lama dilaksanakan. Sejak dulu sudah ada pendekatan
dalam mempelajari IPA yaitu melelui pendekatan tradisional antara lain
mengamati langsung dan pendekatan komunikatif (comunicative metod). Pendekatan
tradisional selalu mengamati alam sekitar. Pendekatan ini biasanya lebih menekankan
pemahaman berdasarkan fakta. Pendekatan ini mudah difahami oleh para peserta
didik pemula seperti siswa sekolah dasar.
Kompetensi yang
akan dicapai oleh siswa SD adalah :
a.
Merespondan
memberi intruksi sederhana yang digunakan dalam kelas, baik secara fisik maupun secara verbal.
b.
Melakukan
pengamatan / percobaan
c.
Diskusi
d.
Menulis kesimpulan.
Salah satu
kegiatan yang paling disukai siswa adalah belajar melalui menunjukan dengan
menggunakan alat peraga. Karakteristik siswa SD selalu senang dalam permainan
baik di dalam maupun di luar kelas.
C.
METODOLOGI
PENELITIAN
1. Setting Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Benteng yang terletak di jalan Dusun
Makmur tepatnya di Desa Benteng Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur. Waktu
penyelenggaraan penelitian dilakukan pada semester I, yaitu pada bulan Agustus
s/d November tahun pelajaran 2012/2013.
2. Subjek
Penelitian
Sebagai subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VI dengan jumlah 32 orang terdiri dari 14
laki-laki dan 18 perempuan. Adapun nama- nama siswa tersebut terlampir pada
lembar lampiran.
3. Sumber Data
Data
yang digunakan observer dalam penelitian ini adalah hasil tes formatif siklus I
dan siklus II serta catatan pengamatan lapangan pada kondisi awal, siklus I,
dan Siklus II serta hasil pengamatan kelas.
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data dilakukan pada awal proses pembelajaran, saat proses mengikuti
pembelajaran, pada kondisi awal maupun pada siklus I, dan Siklus II menggunakan
alat berupa lembar penilaian, pengamatan dan tes tertulis serta praktek.
5.
Validasi
Data
Validasi ini
meliputi validasi teoretis dan validasi empiris. Validasi teoretis artinya
mengadakan analisis instrumen yang terdiri atas face validity (tampilan tes), content
validity (validitas isi) dan construct
validity (validitas kostruksi).
Validitas empiris artinya analisis terhadap butir-butir
tes, yang dimulai dari pembuatan kisi-kisi soal, penulisan butir-butis soal,
kunci jawaban dan kriteria pemberian skor
6. Analisis Data
Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis diskriptip adalah peneliti
menggambarkan hasil dengan membandingkan secara prosentase dari kondisi awal,
siklus I, dan siklus II
7. Indikator Keberhasilan
Adapun
indikator keberhasilan Pelaksanaan penelitian ini yaitu:
a. Apabila
rata-rata keaktifan dan kerjasama siswa serta nilai tes formatif lebih dari 7,0
(70 %), pembelajaran dapat dikatakan berhasil.
b. Apabila
rata-rata keaktifan dan kerjasama siswa serta
nilai tes formatif kurang dari 7,0 (70 %), pembelajaran dianggap belum
berhasil sehingga perlu dilakukan remedial.
c. Nilai
rata-rata adalah jumlah nilai seluruhnya dibagi banyaknya siswa yang diteliti.
Prosentase nilai
rata-rata adalah jumlah nilai seluruhnya dibagi banyaknya siswa yang diteliti
dan hasilnya dikalikan seratus persen
8. Prosedur Penelitian
Dalam menerapkan perangkat pembelajaran IPA digunakan
rancangan penelitian tindakan, selain itu juga untuk memperbaiki strategi pembelajaran
dengan menghadirkan alat bantu pembelajaran. Proses ini dapat
memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran atau dapat menolong proses
berpikir siswa dalam membangun pengetahuannya.
Dalam penelitian ini tindakan yang
dimaksud adalah penerapan penggunaan alat peraga berupa torso pada materi alat
pernapasan manusia dan hewan , untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI
Dalam penelitian tindakan kelas
dilaksanakan dalam 2 siklus, tiap siklus
terdiri 4 tahap yaitu, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi.
Prosedur penelitian dapat digambarkan
dengan skema sebagai
Berikut :
Gambar
Alur Penelitian
Pada kegiatan siklus akan dilakukan sesuai dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
Siklus
I
a.
Tahap
perencanaan
Guru merencanakan skenario pembelajaran berupa:
1)
Persiapan mengajar yang berisi kompetensi
dasar, indikator, materi pokok , waktu, metode, media dan alat peraga
2)
Pedoman pengamatan
3)
Instrumen yaitu tes formatif, soal dan kunci jawaban.
b. Tahap pelaksanaan
Peneliti
melaksanakan kegiatan sesuai tahapan yang ada pada perencanan. Tahapan pelaksanakan
ini terdiri dari 3 kali pertemuan yang terdiri dari pertemuan pertama
pengajaran Siklus I, pertemuan kedua pengajaran siklus II, pertemuan ke tiga pengajaran
siklus III.
c. Tahapan Observasi/pengamatan
Pada tahap ini peneliti mengamati
dan mencatat proses pelaksanaan tindakan baik dalam, siklus I, siklus II dan
siklus III data yang diperoleh di buat dalam bentuk catatan pengamatan.
d.
Tahap
refleksi
Pada tahap ini peneliti
mendiskusikan hasil temuan dikelas bersama kolaborator yaitu dengan para
pengamat/anggota penelitian. Temuan ini berupa hal yang positif dan hal yang negative
yang nantinya akan dievaluasi dan dibahas bersama.
Siklus
II
Pada dasarnya
siklus II memiliki prosedur yang sama
dengan siklus I, hanya saja diadakan
perbaikan pada hal-hal yang dilihat ada
kelemahan serta memperhatikan hal-hal
yang sudah berjalan dengan baik. Tidak menutup kemungkinan juga dilakukan modifikasi terhadap hal-hal
sudah baik supaya tindakan yang
diberikan tidak membosankan.
D. JADWAL PENELITIAN
Jadwal Pelaksanaan
Penelitian Kelas VI SD Negeri 1 Benteng Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013
No
|
Uraian
|
Bulan
/Minggu Ke
|
Agu
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Persiapan
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Penyusunan
Instrumen Siklus I
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pelaksanaan Siklus I
|
|
|
|
|
|
X
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Evaluasi Siklus I
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penyusunan
Instrumen Siklus II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Pelaksanaan Siklus II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
X
|
|
|
|
|
|
7
|
Evaluasi Siklus II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
8
|
Penyusunan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
9
|
Seminar
Hasil Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
E. DAFTAR
PUSTAKA
Ali Imron, 2002, Belajar
dan Pembelajaran, Jakarta, Pustaka Jaya
Azhar Arsyad, 2007 Media
Pembelajaran, Jakarta, Grafindo
Departemen Pendidikan Nasional, 2007 Kurikulum KTSP, BSNP, Jakarta
Depdiknas, 2007 Panduan
Lengkap KTSP, BSNP, Jakarta
Dr. H. CH.
Suprapto, 2004 Direktorat Pendidikan
Dasar dan Menengah, Jakarta.
Johnson dalam
Nurhadi,2003 Contektual Teaching and
Learning (CTL), Menjadikan Belajar
Mengajar Mengasikkan dan Bermakna,
Bandung, Mizan Learning Center.
Nurhadi, 2003 Pembelajaran Contekstual Teaching and
Learning (CTL) Universitas Negeri Malang.
R. Rohadi. 2006. Memberdayakan
Anak Melalui Pendidikan Sains—makalah. Dalam buku kumpulan tulisan, Pendidikan Sains yang Humanistis.
Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Subiyanto, M. Sc, Dr. 2004. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.
Depdikbud: Jakarta
Umar Hamalik,2005 Proses
Belajar Mengajar,Jakarta, Bumi Aksara
Wardani I GAK, 2003 Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta,
Universitas Terbuka
A. TIM
PENELITIAN
1. Nama : NURAINI,
S.Pd
NIP :
19720926 199401 2 001
Jabatan :
Ketua
Lokasi
penelitian : SDN Benteng Kec.Birem Bayeun
kab. Aceh Timur
2. Nama : Purwanti,
S.Pd
NIP :
19811203 200312 2 002
Jabatan :
Anggota